Peneliti UGM Kembangkan Teknologi Air

- Editor

Jumat, 4 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Institut Teknologi Karlsruhe, Jerman, membangun instalasi teknologi menaikkan air dengan menggunakan pompa air yang sekaligus berfungsi sebagai turbin. Fasilitas yang dibangun di utara kompleks FT UGM itu akan dijadikan model pembelajaran mahasiswa untuk ditularkan kepada masyarakat.

”Pompa yang dirancang khusus menaikkan air dari kedalaman 100-200 meter di bawah permukaan tanah ini menggunakan sumber energi dari aliran air,” kata Suhana, salah satu anggota peneliti, Kamis (3/4).

Menurut dia, teknologi pompa air sebagai turbin itu bisa menjadi teknologi alternatif mengangkat air dari perbukitan sulit air, bahkan bisa menjadi pembangkit listrik tenaga mikrohidro. ”Di sini, kami menggunakan empat pompa air, sedangkan sumber air berasal air selokan mataram dengan debit 20-25 meter per detik. Keempat pompa ini mampu menaikkan air hingga 18 meter,” kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika kebanyakan pompa air menggunakan sumber energi berbahan bakar minyak dan panel surya, maka teknologi pompa turbin itu hanya menggunakan sumber daya dari air itu sendiri.

Suhana menambahkan, selain menggunakan pompa turbin, teknologi tambahan untuk mengangkat air yang diciptakan di FT UGM itu juga menggunakan pipa pesat (penstock) berbahan kayu berdiameter 60 cm. Pemilihan kayu nantinya bisa dijadikan contoh bagi daerah sulit mendapat pipa logam.

Anggota peneliti Agus Maryono mengatakan, kayu bisa digunakan sebagai pipa pesat berdaya tahan hingga 25 tahun. Selain ramah lingkungan, kayu mudah dikerjakan dengan peralatan sederhana. ”Umurnya bisa sampai 25 tahun asal selalu basah,” kata dosen teknik sipil ini.

Dekan Fakultas Teknik UGM Panut Mulyono mengatakan, teknologi menaikkan air ini bisa dijadikan tempat praktikum mahasiswa. ”Juga bisa digunakan mahasiswa dari kampus lain,” kata dia. (TOP)

Sumber: Kompas, 4 April 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB