Teknologi Pembangkit Listrik Terus Berkembang

- Editor

Rabu, 3 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tahun ini, Indonesia mulai memasuki tahap pengoperasian pembangkit listrik tenaga angin atau PLT bayu secara komersial seiring beroperasinya PLT Bayu Sidrap I dan PLT Bayu Jeneponto di Sulawesi Selatan. Dua sistem pembangkit memakai teknologi generasi kedua dari Spanyol dan Jerman.

Ketua Masyarakat Energi Angin Indonesia, Soeripno Martosaputro, di Jakarta, Selasa (2/1), memaparkan, sistem pembangkit generasi kedua memiliki kapasitas pembangkitan listrik dua kali dibanding generasi pertama yang hanya 20-22 persen.

Soeripno yang pernah jadi peneliti energi angin di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menjelaskan, peningkatan daya listrik dihasilkan dari perbaikan desain sudu baling-baling dan perpanjangan garis tengah. Selain itu, ada perbaikan sistem generator dan kendali sehingga turbin berfungsi optimal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Turbin yang dibangun di Sidrap adalah teknologi Spanyol, memiliki baling-baling tiga sudu bergaris tengah 114 milimeter (mm) atau panjang tiap sudu 57 mm. Untuk membangkitkan daya total 70 megawatt, 30 unit turbin dibangun di lokasi ini. Saat ini terbangun sekitar 20 unit turbin. Tiap unit menghasilkan daya listrik 2,5 MW. Sistem ini berdiri di tiang penyangga 80 meter.

Sementara di Jeneponto, unit turbin yang dibangun buatan Spanyol-Jerman. Berbeda dengan versi turbin di Sidrap, PLT bayu di Jeneponto punya garis tengah baling-baling lebih panjang, yaitu 130 mm dan tinggi menara 100 meter lebih. Pemilihan turbin angin di Jeneponto disesuaikan karakteristik lokasinya yang datar, sedangkan di Sidrap berada di punggung bukit.

Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Andhika Prastawa menjelaskan, potensi angin di Sidrap 6 meter per detik (m/detik) di ketinggian 50 meter, sedangkan di ketinggian 80 meter kecepatannya 7,3 m/detik. “Kecepatan minimum untuk menghasilkan daya listrik 3 m/detik. Pada kecepatan 7,3 m/detik, dihasilkan 80 persen daya maksimum,” ujarnya.

Riset pembangkit tenaga angin, menurut Soeripno, telah lama dirintis Lapan, tetapi belum sampai tahap rancang bangun dan fabrikasi. Pada 1990-an sampai 2006, pembangunannya sebagai proyek uji coba ditangani pemerintah, koperasi, dan masyarakat, secara nonkomersial. (YUN)

Sumber: Kompas, 3 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB