Ahli taksonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengidentifikasi jenis anggrek baru dari flora endemik Gunung Kinabalu, Sabah, Malaysia. Observasi dan penelitian dilakukan dari spesimen yang disimpan di Herbarium Kew, Inggris, periode Mei sampai Juli 2011 dan dimuat pada jurnal ilmiah di pertengahan 2012 ini dengan nama Cleisocentron kinabaluense Metusala & J.J.Wood.
”Anggrek itu dibawa dan disimpan di Inggris sejak tahun 1961,” kata Destario Metusala, penemu spesies anggrek baru tersebut, Minggu (1/7), ketika dihubungi di Pasuruan, Jawa Timur. Destario menjadi peneliti pada Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Purwodadi, Pasuruan. Destario mengatakan, Gunung Kinabalu sebagai salah satu hot spot keragaman tumbuhan di kawasan Asia Tenggara.
Eksplorasi dan observasi secara intensif telah dilakukan lebih dari seratus tahun silam. Tempat ini selain memiliki kekayaan jenis yang melimpah, juga dikenal memiliki tingkat endemisitas yang tinggi pula. Keragaman yang sama juga dijumpai di hutan-hutan Indonesia, termasuk di Kalimantan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kajian taksonomi anggrek mengungkap 726 taksa anggrek terbagi dalam 134 marga. Sekitar 25 persen di antaranya endemik Sabah, dan lebih dari 46 persen endemik Pulau Borneo (Kalimantan).
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan LIPI dan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar mengatakan, Destario merupakan peneliti anggrek yang kompeten. Penemuan spesies anggrek baru ini sebetulnya bisa untuk menggairahkan ekonomi baru di bidang spesies anggrek.
”Seperti Singapura yang berhasil memajukan industri anggrek hibrid. Ladang kita sebetulnya anggrek spesies ini,” kata Mustaid.
Destario mengatakan, spesies anggrek baru yang ditemukan tersebut dimuat pada Malesian Orchid Journal. Epithet kinabaluense menandakan lokasi asal spesimen anggrek. Marga Cleisocentron di Pulau Kalimantan ada empat jenis. Sejauh ini hanya dari kawasan Sabah.
”Anggrek baru ini ditemukan secara tidak sengaja saat saya melakukan observasi lebih dari 2.000 spesimen herbarium anggrek yang berasal dari kawasan Sabah,” kata Destario.
Menurut dia, penemuan ini menjadi kejutan tersendiri bagi taksonom anggrek di Kew. Pasalnya, mereka tidak menyangka masih ditemukan jenis baru dari kumpulan spesimen yang sebenarnya telah dilakukan observasi berulang-kali untuk karya tulis ilmiah atau buku mengenai flora. (NAW)
Sumber: Kompas, 2 Juli 2012