Paludikultur, Budidaya di Lahan Gambut Tanpa Rusak Lingkungan

- Editor

Kamis, 21 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Paludikultur atau penanaman tanaman yang tepat di tanah gambut yang diterapkan di Jerman dapat ditiru Indonesia. Gambut dapat menjadi lahan produktif, tanpa harus dikonversi menjadi lahan perkebunan.

Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno berkunjung ke lahan gambut di Anklamer Stadtburch, timur laut Jerman. Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Kompas, Rabu (8/8/2018), ia meninjau lahan gambut dalam kondisi kering yang dipakai untuk pertanian dan peternakan, maupun dalam kondisi basah di pantai Laut Baltik.

Di Anklamer Stadtburch, Ketua Studi Gambut dan Paleoekologi dari Universitas Greifswald, Jerman, Hans Joosten bersama timnya dari Greifswald Moor Centrum menerapkan sistem pertanian gambut yang ramah lingkungan, yaitu paludikultur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sistem itu membuat gambut ditanam dengan jenis tanaman komoditi tertentu yang tepat dengan struktur dan kandungan lahan gambut. Jenis tanaman yang ditanam di lahan gambut Anklamer ini umumnya adalah cattails yang dapat diolah menjadi makanan. Tanaman Reeds juga ada untuk digunakan sebagai bahan atap rumah, dinding tahan api, dan insulator.

Gambut dapat menjadi lahan produktif dan memberikan manfaat ekonomi tanpa harus mengorbankan lingkungan. Paludikultur pun dapat diterapkan di Indonesia.

Duta Besar Havas menyampaikan, kedua negara dapat saling belajar mengenai penanganan dan penggunaan lahan gambut. Selain itu, langkah Indonesia dalam restorasi lahan gambut dapat ditiru oleh Jerman.

Ketua Studi Gambut dan Paleoekologi dari Universitas Greifswald, Jerman, Hans Joosten mengatakan, program pembasahan ulang (rewetting) lahan gambut yang dilakukan oleh Indonesia sangat baik.

“Indonesia telah membasahi ulang lahan gambut lebih banyak daripada seluruh Eropa sepanjang sejarah,” ujarnya.

DOK. KBRI BERLIN–Dari kiri ke kanan, Dubes Havas Oegresono Ketua Studi Gambut dan Paleoekologi dari Universitas Greifswald, Jerman, Hans Joosten, serta Anggota Parlemen Patrick Dahlemann sedang berdiskusi di tengah lahan gambut Anklamer Stadtburch, Agustus 2018

Dalam dua tahun terakhir, Badan Restorasi Gambut Indonesia telah membasahi ulang lebih dari 200.000 hektar lahan gambut. Jika dibandingkan, Jerman baru membasahi lahan gambut seluas 2.000 hektar yang bahkan dilakukan secara tidak sengaja akibat banjir dari Laut Baltik pada 1995-1996.

Joosten melanjutkan, mayoritas lahan gambut di Eropa telah dikeringkan untuk menjadi area pertanian dan peternakan. Hingga saat ini, belum ada kebijakan terpadu dari Uni Eropa (UE) untuk melakukan pembasahan gambut guna mencegah emisi gas rumah kaca.

Di Belanda, misalnya, pengeringan lahan gambut secara terus menerus membuat negara itu mengalami penurunan lahan (subsidence).

Adapun Joosten yang bergabung dalam tim Remote Sensing Solutions GmbH, beserta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Universitas Sriwijaya memenangkan Indonesian Peat Prize pada Februari 2018. Penghargaan itu diberikan untuk mencari metode riset dan pemetaan terbaik dalam mengukur luas dan kedalaman lahan gambut di Indonesia.– ELSA EMIRIA LEBA

Sumber: Kompas, 8 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB