Oliver Hart dan Bengt Holmstrom; Menuju Kontrak yang Bermanfaat

- Editor

Rabu, 12 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oliver Hart dan Bengt Holmstrom diumumkan sebagai peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2016. Kedua ahli ekonomi itu dinilai memberikan sumbangsih penting tentang bagaimana merancang kontrak yang baik dan bermanfaat besar.

Oliver Hart (68) adalah profesor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS), sementara Bengt Holmstrom (67) adalah profesor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS. Hart dan Holmstrom adalah sahabat dekat dan sama-sama tinggal di Cambridge, Massachusetts. Kedua ekonom itu mengembangkan teori tentang kontrak.

”Teori ini membuat kita memahami manfaat kontrak dalam kehidupan nyata, … dan juga mengerti apa potensi kerugian saat kontrak disusun.” Demikian pernyataan para anggota Komite Nobel Akademi Sains Kerajaan Swedia di Stockholm, Swedia, Senin (10/10), saat pengumuman penghargaan bergengsi itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bagus tidaknya kinerja perekonomian sebuah negara sangat bergantung pada kinerja di sektor mikro. Bagaimana para pelaku melakukan yang terbaik bergantung pada komitmennya sebagai karyawan, majikan, pimpinan, konsumen, pemasok, dan lainnya.

Setiap pelaku ekonomi secara lahiriah memiliki sifat homo economicus (kerakusan ekonomi). Setiap pelaku memiliki prinsip ekonomi, yaitu meraih untung sebesar-besarnya dengan biaya (pengorbanan) sekecil-kecilnya.

Akan tetapi, hasrat para pelaku ini harus diatur agar tidak untung sendiri dan merugikan yang lain. Konsumen akan berhadapan dengan produsen, karyawan dengan majikan, perusahaan dengan pemasok, bank dengan nasabah, pemegang polis dengan perusahaan asuransi, dan pemilik saham dengan manajemen atau dewan pengelola perusahaan. Semua pihak ini harus memiliki kontrak tertulis atau lisan yang memberikan manfaat saling menguntungkan.

Kesepakatan yang tertuang dalam kontrak itu diasumsikan memiliki ikatan hukum atau kewajiban moral untuk dipenuhi. Di balik kesepakatan itu, ada manfaat yang akan diraih alias ada insentif untuk mendorong orang bersepakat agar saling menguntungkan. Kondisi itu yang melatarbelakangi pentingnya teori kontrak dan insentif yang ditawarkan Hart dan Holmstrom. Rancangan kontrak yang buruk akan merugikan. Rancangan kontrak yang baik akan memberikan manfaat besar.

Menanti kabar
Dua peraih Nobel ini ternyata sudah mempunyai firasat masuk nominasi seleksi penghargaan untuk tahun 2016 ini. Hart mengatakan, dirinya semalaman gelisah menjelang pukul 05.00, Senin (10/10) itu. Ketika telepon berdering, ia langsung lompat untuk mendengar, ”Anda tahun ini menerima Nobel dan selamat.”

Hart langsung menciumi istri, membangunkan anaknya, untuk memberi tahu kabar gembira ini. ”Seusai itu, aku berbicara dengan Holmstrom,” kata Hart yang larut dalam gembira setelah menerima kabar itu.

Hart langsung menerapkan konsepnya pada Brexit, julukan bagi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE). ”Inggris dirugikan dengan Brexit,” ujarnya.

Dengan keluarnya Inggris, banyak investor yang akan mundur. Sebabnya adalah menjual produksi atau jasa dari basis Inggris menuju pasar UE sudah beda dengan sebelum Brexit. Produk dan jasa asal Inggris akan melewati banyak aturan dan ini artinya biaya.

Hal ini membuat investor meninggalkan Inggris karena tidak tertarik melakukan kontrak investasi dengan Inggris. Dengan kata lain, kontrak bisnis di Inggris dengan tujuan pemasaran ke UE tidak lebih menarik ketimbang berbisnis langsung di negara-negara anggota UE.

Di dalam kontrak berlaku asas manfaat dan bergantung juga pada menarik tidaknya sebuah negara. Dengan memisahkan diri dari UE, Inggris sudah berkurang daya tariknya untuk perancangan kontrak investasi.

Holmstrom pun mengalami hal serupa. Ia terkejut dengan pengumuman itu dan tidak menyangka bakal terpilih. Meski demikian, ia mengungkapkan, ”Saya sangat senang”.

Menurut Presiden MIT L Rafael Reif, Holmstrom adalah orang jujur, terbuka, rajin, dan menyenangkan. Kampus yang sudah melahirkan banyak peraih Nobel itu senang dengan kemenangannya.

Holmstrom juga menjelaskan kerakusan korporasi AS yang terlibat penipuan. Dijelaskan mengapa perekonomian AS menjadi korban akibat perilaku pimpinan eksekutif korporasi besar.

Perusahaan perminyakan ENRON yang bangkrut dipicu sistem kontrak yang buruk ketika para eksekutif mengutamakan cash out (pemberian tunai). Para eksekutifnya diganjar gaji dan bonus berupa uang tunai langsung. Tidak dirangsang dengan pemberian insentif dalam bentuk kepemilikan saham.

Kondisi itu mendorong para eksekutif perusahaan mengutamakan perolehan uang kas semaksimal mungkin dan tidak mengindahkan risiko kebangkrutan. Mereka akhirnya tidak mendalami bisnis perdagangan energi yang digeluti ENRON, tetapi justru bermain saham dengan dana perusahaan dan rugi besar.

Dua sahabat
Hart dan Holmstrom adalah sahabat dekat. Keduanya sama-sama tinggal di Cambridge, Massachusetts. Hart kelahiran Inggris berdarah Yahudi dengan aksen Inggris yang medok. ”Perangainya amat baik dan menyenangkan,” kata Paul Krugman, peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2008.

Holmstrom kelahiran Helsinki, Finlandia, dan seorang etnis minoritas Swedia di negara itu.

Hart dan Holmstrom sudah mendalami teori kontrak sejak akhir dekade 1970-an. ”Ini bermula dari pengalaman saya bekerja di sebuah perusahaan. Saya mengamati bagaimana orang berkontribusi maksimal dan yang lain bekerja biasa-biasa saja,” tutur Holmstrom, yang pernah duduk sebagai Dewan Direksi Nokia (1999-2012).

Menurut Holmstrom, seorang karyawan bisa memiliki komitmen tinggi dengan adanya kepastian karier dan promosi jabatan. Jika ini tidak jelas, apalagi perusahaan menggaji sama antara yang rajin dan malas, maka akan ada kinerja yang buruk. Oleh karena itu, Holmstrom menyatakan, sistem kerja, lewat kontrak, harus juga mengutamakan kenyamanan, kepastian kerja dengan segala imbalannya dan kariernya.

Hart dan Holmstrom mengingatkan, dalam perancangan kontrak kerja ini, juga harus diperhatikan bahwa uang bukan segalanya. Kontrak yang memperhatikan aspirasi karyawan amat menentukan sukses tidaknya sebuah perusahaan.

Teori kontrak ini juga bermanfaat untuk menentukan apakah jasa layanan pendidikan dan kesehatan diserahkan kepada swasta atau dipertahankan negara.
379defc9b9884658a7633ebc1599683cBengt Holmstrom
AFP/KAYANA SZYMCZAK

Oliver Hart
AP PHOTO/MICHAEL DWYER

 

 

 

 

96a1b5cc8b9e4573a670965193049dc2OLIVER SIMON D’ARCY HART

Lahir:
London, Inggris, 9 Oktober 1948

Warga negara:
Inggris dan memiliki kartu kependudukan AS

Istri:
Rita B Goldberg, memiliki dua anak dan dua cucu

Pendidikan:
Matematika dari King’s College, Inggris
Matematika dari Cambridge University, Inggris (1969)
Master Ekonomi dari University of Warwick, Inggris (1972)
Doktor Ekonomi dari Princeton University, AS (1974)

Pekerjaan sekarang:
Profesor Ekonomi Andrew E Furer di Harvard University, AS
Penghargaan:
Nobel Memorial Prize in Economic Sciences (2016)

BENGT HOLMSTROM

Lahir:
Helsinki, Finlandia, 18 April 1949

Warga negara:
AS

Status:
menikah dan punya anak

Pendidikan:
Matematika dari University of Helsinki, Finlandia
Master Riset Operasional dari Stanford University, AS (1975)
Doktor dari Graduate School of Business at Stanford, AS

Pekerjaan:
Mengajar di MIT (1994-sekarang)
Dewan Direksi Nokia (1999–2012)
Penghargaan:
Nobel Memorial Prize in Economic Sciences (2016)

SIMON SARAGIH
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Oktober 2016, di halaman 16 dengan judul “Menuju Kontrak yang Bermanfaat”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB