Okta Saputra; Pembuat Pembasmi Nyamuk Alami

- Editor

Jumat, 22 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sayang kalau kulit batang duku itu hanya dibakar di kebun. Itulah yang menginspirasi Okta Saputra (16) mengolah kulit batang duku yang selama ini dianggap sampah menjadi produk bermanfaat. Kulit batang duku ternyata bisa dijadikan pembasmi nyamuk alami yang ampuh.

Saat berlibur di kebun kakeknya di Desa Durian, kecamatan Peninjauan, Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Juli 2014, Okta melihat sang kakek memungut kulit batang dari tanaman duku yang telah tua dan mengumpulkannya. Setelah terkumpul, kulit batang duku itu lalu dibakar.

”Biasanya, saat tanaman duku telah tua, kulit batang akan terkelupas dengan sendirinya,” kata Okta, Rabu (13/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Asap yang ditimbulkan dari pembakaran kulit duku itu ternyata ampuh mengusir nyamuk yang merebak di areal kebun. Anehnya, belum banyak orang yang tahu tentang manfaat kulit batang duku sehingga masih banyak yang menyia-nyiakannya.

Okta yang mengaku suka meneliti sejak SMP itu melihat peluang yang belum dimanfaatkan.

”Semula, banyak nyamuk hinggap ke tubuh. Namun, saat asap menyebar, nyamuk langsung menjauh,” ucapnya.

Akan tetapi, apabila penggunaannya tetap dilakukan dengan cara dibakar, tentu akan sulit diterapkan.

”Karena itu, saya membuat produk yang lebih praktis dengan merancangnya seperti parfum,” kata Okta yang kini duduk di kelas XI SMA Negeri Sumatera Selatan.

Butuh waktu sekitar satu tahun untuk memformulasikan kulit batang duku menjadi produk pembasmi nyamuk yang efektif dan aman. Berbekal sarana penelitian di sekolah yang memadai, sejumlah jurnal terkait penelitian desinfektan, dan bimbingan guru kimianya, Nur Padmi Tyastuti, Okta berhasil mengonversikan kulit batang duku menjadi cairan layaknya pembasmi nyamuk yang banyak dikenal orang.

Dikatakan Okta, ada perbedaan mendasar antara pembasmi nyamuk yang biasa dijual di pasaran dan produk ciptaannya. Karena dibuat dari bahan alami, produk ciptaannya tidak memberikan efek samping bagi tubuh apabila terhirup.

Dalam kulit batang duku terkandung flavonoid dan saponin yang ampuh untuk mengusir nyamuk. Untuk mengekstraksi kandungan itu, ada beberapa cara yang harus dilakukan. Proses dimulai dengan pengeringan kulit batang hingga tingkat kadar airnya berkurang. Lalu, kulit batang kering itu dipanggang dalam oven dengan suhu 100 derajat celsius dalam jangka waktu dua jam. Setelah itu, kulit batang diblender hingga halus. Langkah selanjutnya, maserasi (salah satu cara untuk melakukan ekstraksi) dengan mencampurkan tepung kulit batang duku dengan larutan metanol.

”Hasil pencampuran tersebut disimpan di suhu kamar dalam jangka waktu tiga sampai lima hari. Dengan cara ini, kandungan konsentrat flavanoid dan saponin akan keluar dari kulit tersebut,” tutur Okta. Kemudian, dilakukan penyaringan untuk memisahkan residu dengan cairan zat flavonoid dan saponin.

Terkait keefektifan produk ini, Okta telah melakukan uji coba langsung. Dia mengumpulkan nyamuk dari jentik nyamuk yang dikembangkan di dalam wadah. Ada empat sampel pengujian. Setiap sampel diujikan dengan kadar flavanoid dan saponin yang berbeda.

Setelah pengujian, dalam racikan 15 gram limbah kulit batang duku dicampur dengan 150 mililiter metanol menghasilkan 100 mililiter anti nyamuk yang terbukti ampuh membasmi nyamuk dengan tingkat efektivitas mencapai 85 persen.

”Dari 20 nyamuk di dalam wadah, 17 nyamuk di antaranya mati,” ujar Okta yang bercita-cita melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung.

Ikut olimpiade
Yakin dengan penemuan ini, Okta ikut dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang digelar di Surabaya, Oktober lalu. Penelitian yang diberi judul ”Pemanfaatan Limbah Kulit Batang Duku (Lansium Domesticum Corr) sebagai Bio Mosquito Repellent yang ramah lingkungan” ini dikirimkan ke kompetisi tersebut pada Juni 2015.

Pada September, Okta mendapat kabar bahwa penelitiannya masuk dalam 88 penelitian yang lolos ke tahap selanjutnya. Dalam olimpiade itu, Okta dan ke-87 peneliti lain harus memaparkan dan menunjukkan hasil penelitan di hadapan juri. Hasilnya, ia mendapatkan penghargaan khusus dalam ajang yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Dari penelitian itu, juri menilai Okta mampu memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya menjadi hal yang bermanfaat. Ogan Komering Ulu juga dikenal dengan komoditas buah duku. Sejumlah lahan yang ada di daerah itu juga digunakan untuk perkebunan duku. Bahkan, duku Komering telah tersohor hingga ke seluruh Nusantara.

Dalam perhitungan dia, 1 hektar tanaman duku bisa menghasilkan kulit batang duku sampai 15 kilogram. Apabila dikumpulkan dan didaur ulang menjadi pembasmi nyamuk, limbah itu tentu dapat dijadikan produk yang diedarkan secara komersial.

Terkait keberhasilan dari proses penelitian ini, sebuah universitas negeri di Sumatera Selatan menawarkan kerja sama penelitian untuk dikembangkan ke tahap selanjutnya. Menurutnya, masih ada banyak hal yang harus dibenahi, termasuk jika produk ini dijual ke pasar.

”Namun, sampai saat ini, penelitian masih pada tahap pengembangan,” kata Okta.

Tidak hanya obat pembasmi nyamuk, karena baunya yang unik dan tidak menimbulkan efek samping bagi kulit orang dewasa, penemuannya itu dapat digunakan sebagai parfum. Saat berlibur dengan teman satu asrama, Okta menyemprotkan produk tersebut pada kulitnya dan beberapa teman. Hasilnya harum dan tidak ada nyamuk yang mendekat.

Rencana penelitian tidak berhenti sampai di situ. Penasaran dengan khasiat duku. Okta berkeinginan membuat penelitian baru, yakni memanfaatkan kulit duku untuk mengusir nyamuk. Dalam sejumlah jurnal, kulit duku juga dapat mengusir nyamuk.

”Ke depan, saya ingin mencoba mengubah kulit duku menjadi bentuk cair dengan mekanisme penelitian yang sama. Semoga dapat mengusir nyamuk seefektif dengan kulit batang duku,” ucap sulung dari dua bersaudara ini.

684caf500076447087c0c7fdd821664fKOMPAS/RHAMA PURNA JATI

OKTA SAPUTRA

LAHIR: Palembang, 12 Oktober 1999

ORANGTUA: Yanto Susilo dan Rusdiana

PENDIDIKAN:
SD Patra Mandiri I Plaju, Palembang
SMP Negeri 20 Palembang
SMA Negeri Sumatera Selatan, Palembang

RHAMA PURNA JATI
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Januari 2016, di halaman 16 dengan judul “Pembuat Pembasmi Nyamuk Alami”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:20 WIB

Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:15 WIB

Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 07:42 WIB

Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB