Nobel Kimia 2017 untuk trio pengembang teknologi mikroskop cryo-elektron

- Editor

Kamis, 5 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

The Royal Swedish Academy of Sciences memutuskan memberikan Hadiah Nobel Kimia 2017 kepada Jacques Dubochet, Joachim Frank, dan Richard Henderson atas peran mereka dalam mengembangkan mikroskop cryo-elektron untuk penentuan struktur biomolekul dalam larutan dengan resolusi tinggi.

Lembaga pemberi hadiah Nobel itu menyatakan bahwa Dubochet dari University of Lausanne di Swiss, Frank dari Columbia University di Amerika Serikat dan Henderson dari MRC Laboratory of Molecular Biology di Inggris mengembangkan teknologi yang menyederhanakan sekaligus memperbaiki pencitraan biomolekul.

“Metode ini telah membawa biokimia ke satu era baru,” kata The Royal Swedish Academy of Sciences dalam siaran persnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya peta biokimia penuh dengan ruang-ruang kosong karena teknologi yang tersedia sulit membangkitkan citra-citra sebagian besar mesin molekuler hidup.

Dengan mikroskop cryo-elektron, sekarang para peneliti bisa membekukan biomolekul di tengah pergerakan dan memvisualisasikan proses yang sebelumnya tidak pernah mereka lihat, yang menentukan untuk pemahaman dasar kimia kehidupan dan pengembangan obat-obatan.

Ilmuwan Jacques Dubochet, Joachim Frank dan Richard Henderson mendapat Hadiah Nobel Kimia pada Rabu (4/10/2017) untuk peran mereka mengembangkan teknologi mikroskop cryo-electron, metode lebih sederhana dan lebih baik untuk mencitrakan molekul kecil. (Nobel Prize)

Mikroskop elektron telah lama diyakini sebagai satu-satunya yang sesuai untuk penggambaran materi mati, karena sorotan elektron kuat merusak materi biologis.

Namun pada 1990, ilmuwan kelahiran Skorlandia, Henderson, berhasil menggunakan mikroskop elektron untuk membangkitkan gambar tiga dimensi satu protein pada resolusi atomik.

Frank membuat teknologi itu secara umum bisa diterapkan. Tahun 1975 dan 1986 ilmuwan kelahiran Jerman tahun 1940 ini mengembangkan satu metode pemrosesan satu citra di mana gambar-gambar dua dimensi dari mikroskop elektron dianalisis dan digabungkan untuk mengungkap satu struktur tiga dimensi tajam.

Frank, yang suka memotret dan sangat berorientasi visual, mengatakan teknologi itu menghasilkan kemampuan untuk mengklasifikasikan semua sudut pandang pada sampel yang sama dan mengekstrak semua gambar 3-dimensi yang sesuai.

“Kita memiliki seluruh inventaris mesin molekuler dalam ragam keadaannya, dan kita bisa menghubungkannya dalam semacam narasi,” katanya dalam transkrip wawancara yang disiarkan di laman resmi lembaga pemberi Nobel.

Dubochet, yang lahir di Swiss tahun 1942, menambahkan air pada mikroskop elektron. Cairan air menguap dalam vacuum mikroskop elektron, yang membuat biomolekul runtuh.

Awal tahun 1980an, Dubochet sukses melakukan vitrifikasi, menjadikan air sebagai kaca dengan mendinginkan air sedemikian rupa sehingga memadatkan cairan air di sekitar sampel biologis, memungkinkan biomolekul mempertahankan bentuk alaminya bahkan dalam ruang hampa.

“Jadi ketika memungkinkan untuk melakukan vitrifikasi materi biologis, kau bisa menggunakannya dalam mikroskop dalam keadaan berubah menjadi kaca dan mengamatinya dalam mikroskop elektron,” katanya.

Sekarang para peneliti bisa secara rutin menghasilkan struktur tiga dimensi biomolekul.

Dalam beberapa tahun terakhir, literatur ilmiah penuh dengan gambar-gambar dari semua hal mulai dari protein yang menyebabkan resistensi antibiotik hingga permukaan virus Zika.

“Ini secara esensial telah membuka area struktur biologi yang sebelumnya seperti tidak bisa didekati,” kata Henderson.

“Saya pikir ini metode langsung, mudah dipahami, dan lebih umum dalam kekuatan dan apa yang kau bisa lakukan dengannya,” ia menambahkan. (mr)

Editor: Maryati

Sumber: Antara, Kamis, 5 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB