Nada Suara Orangtua Tentukan Kepatuhan Remaja

- Editor

Sabtu, 28 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para remaja enggan bekerja sama dan memenuhi permintaan ibu mereka jika disampaikan dengan intonasi suara yang mengendalikan.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Sejumlah siswa usia remaja dari beberapa sekolah di DKI Jakarta berkumpul untuk mengikuti seminar kesehatan dan gizi remaja di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Remaja enggan bekerja sama dan memenuhi permintaan ibu mereka jika komunikasi disampaikan dengan intonasi suara yang mengendalikan, yakni berbicara dengan anak lelaki atau perempuan dengan nada menekan juga disertai serangkaian emosi negatif dan lebih sedikit perasaan kedekatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Studi eksperimental melibatkan lebih dari 1.000 remaja berusia 14-15 tahun ini merupakan pertama kali dilakukan untuk memeriksa sejauh mana respons subyek penelitian terhadap nada suara saat menerima instruksi dari ibu mereka, bahkan ketika kata-kata spesifik yang digunakan sama.

”Jika orangtua ingin berbincang dengan anak remaja mereka untuk mendapat manfaat paling besar, penting untuk menggunakan nada suara yang mendukung. Itu mudah dilupakan para orangtua, khususnya jika mereka sedang mengalami stres, letih, atau tertekan,” tutur Dr Netta Weinstein dari Cardiff University yang memimpin studi itu.

Jika orangtua ingin berbincang dengan anak remaja mereka untuk mendapat manfaat paling besar, penting untuk menggunakan nada suara yang mendukung.

Studi itu menunjukkan, subyek riset cenderung mengikuti instruksi yang disampaikan dengan dukungan untuk ekspresi diri dan pilihan mereka. Hasilnya, meski menarik bagi orangtua, itu juga relevan bagi para guru sekolah untuk memakai bahasa yang lebih memotivasi agar bisa memengaruhi pembelajaran dan kesejahteraan siswa di ruang kelas mereka.

”Remaja cenderung lebih peduli dan lebih bahagia sehingga mereka berusaha lebih keras di sekolah ketika orangtua dan guru mereka berbicara dengan nada mendukung daripada nada suara yang menekan,” kata Weinstein, sebagaimana dikutip Sciencedaily, Jumat (27/9/2019).

KOMPAS–Darmawan memeluk kedua orangtuanya seusai pelantikan Prasetya Perwira TNI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (14/7).

Studi baru yang dipublikasikan pada Kamis (26/9/2019), dalam jurnal Develomental Psychology, melibatkan 1.000 remaja, terdiri dari 486 lelaki dan 514 perempuan, berusia 14-15 tahun. Setiap subyek secara acak ditugasi ke kelompok yang akan mendengar pesan identik yang disampaikan ibu mereka dalam nada suara mengendalikan, mendukung otonomi, dan netral.

Ekspresi kontrol
Ekspresi kontrol memberi tekanan dan upaya guna memaksa atau mendorong pendengar untuk bertindak. Sebaliknya, mereka yang mengekspresikan dukungan otonomi menyampaikan dukungan pendengar memilih dan mengekspresikan diri.

Setiap ibu menyampaikan 30 kalimat yang berpusat seputar tugas sekolah, termasuk instruksi, seperti ”kini, waktunya untuk pergi ke sekolah”, ”kami akan membaca buku ini malam ini”, dan ”kamu akan mengerjakan tugas ini dengan baik”.

Setelah pengiriman pesan, setiap pelajar disurvei dan menjawab pertanyaan tentang perasaan mereka jika ibu mereka sendiri berbicara kepada mereka dengan cara tertentu. Temuan menunjukkan, nada suara yang digunakan ibu bisa berdampak signifikan terhadap tanggapan niat emosional, relasi, dan perilaku remaja.

Remaja yang mendengarkan ibu mereka membuat pernyataan motivasi dengan nada suara yang mengendalikan kemudian merespons negatif. Sebaliknya, nada suara yang mendukung otonomi menimbulkan reaksi positif dari pendengar dibandingkan mendengarkan ibu yang memakai nada suara netral untuk menyampaikan kalimat motivasi mereka.

Rekan penulis riset, Profesor Silke Paulmann dari University of Essex, menambahkan, hasil tersebut dinilai bagus untuk menggambarkan betapa kuatnya suara kita. ”Pemilihan nada suara yang tepat untuk berkomunikasi ternyata amat penting dalam semua percakapan kita,” ujarnya.

Oleh EVY RACHMAWATI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 28 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB