Musim Gerhana Kedua Tiba

- Editor

Rabu, 11 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Musim kedua gerhana di tahun 2018 tiba. Sebanyak tiga gerhana yang masing-masing terpisah selama 2 minggu akan terjadi antara pertengahan Juli hingga awal Agustus. Masyarakat Indonesia bisa menyaksikan salah satu gerhana tersebut, yaitu gerhana Bulan total pada 28 Juli 2018.

Keteraturan gerak benda-benda langit, khususnya gerak Bumi dan Bulan mengitari Matahari, membuat gerhana rutin terjadi. Dalam satu tahun dalam kalender masehi bisa terjadi tujuh kali gerhana dengan komposisi terdiri atas 5 gerhana Matahari dan 2 gerhana Bulan atau sebaliknya serta 3 gerhana Matahari dan 4 gerhana Bulan atau sebaliknya.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY–Gerhana bulan super darah biru sebagaimana difoto pada pukul 22.29 WIB, Rabu (31/1/2018). Foto diambil dari kantor harian Kompas, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, dalam satu tahun masehi, bisa terdapat 2-3 musim gerhana. Masing-masing musim gerhana terpisah selama 6 bulan. Satu musim gerhana terjadi saat posisi Matahari berada tidak jauh dari titik potong atau titik simpul antara pertemuan bidang orbit Bumi (ekliptika) dengan bidang orbit Bulan mengitari Matahari.

Dalam satu tahun masehi, bisa terdapat 2-3 musim gerhana. Masing-masing musim gerhana terpisah selama 6 bulan.

“Gerhana, baik gerhana Matahari atau gerhana Bulan, tidak akan terjadi kalau posisi Matahari jauh dari titik potong antara ekliptika dan orbit Bulan,” kata dosen Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung Moedji Raharto, Selasa (10/7/2018).

Dalam satu musim gerhana, maksimal terjadi tiga kali gerhana. Komposisi gerhana dalam satu kali musim tersebut bisa terdiri atas dua gerhana Matahari dan satu gerhana Bulan atau bisa juga sebaliknya. Antargerhana dalam satu musim selalu terpisah 2 minggu.

KOMPAS–Saat posisi Matahari di dekat titik simpul pertemuan bidang orbit Bumi dan bidang orbit Bulan mengelilingi Matahari, maka musim gerhana terjadi.

Dua musim gerhana
Selama tahun 2018, terdapat dua musim gerhana. Musim gerhana pertama terjadi pada akhir Januari hingga pertengahan Februari lalu. Saat itu, ada dua gerhana yang terjadi yaitu gerhana Bulan total pada 31 Januari dan gerhana Matahari sebagian pada 15 Februari.

Sementara musim gerhana kedua di tahun ini terjadi antara pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus. Terdapat tiga gerhana pada musim kedua gerhana kali ini, yaitu gerhana Matahari sebagian pada 13 Juli dan 11 Agustus serta gerhana Bulan total pada 28 Juli (atau 27 Juli tergantung waktu di setiap zona waktu).

Gerhana Matahari sebagian 13 Juli hanya bisa disaksikan di bagian Samudera India yang terletak di selatan Australia dan utara Antarktika. Wilayah darat yang bisa menyaksikan gerhana ini hanya ujung selatan Australia dan Tasmania.

Sementara gerhana Matahari sebagian 18 Agustus terjadi di sisi yang berbeda dengan gerhana Matahari sebagian 13 Juli yaitu di dekat kutub utara Bumi. Gerhana ini bisa disaksikan di utara Eropa dan timur laut Asia.

Satu-satunya gerhana dalam musim gerhana kedua 2018 yang bisa disaksikan di Indonesia adalah gerhana Bulan total 28 Juli 2018. Ini juga merupakan gerhana Bulan total kedua yang bisa disaksikan di Indonesia sepanjang tahun ini setelah gerhana Bulan total 31 Januari lalu.

Satu-satunya gerhana dalam musim gerhana kedua 2018 yang bisa disaksikan di Indonesia adalah gerhana Bulan total 28 Juli 2018.

Terlama
Seluruh tahapan gerhana Bulan 28 Juli akan berlangsung selama 6 jam 14 menit, dimulai dan diakhiri dengan fase gerhana penumbra mulai pukul 00.15 WIB hingga berakhir pukul 06.29 WIB. Sedang fase gerhana sebagian yang bisa disaksikan perubahan warna pada permukaan Bulannya berlangsung antara pukul 01.24 WIB hingga 05.19 WIB atau selama 3 jam 55 menit.

Fase total dari gerhana ini berlangsung selama 1 jam 43 menit, antara pukul 02.30 WIB hingga 04.13 WIB. Puncak gerhana Bulan total akan terjadi pukul 03.22 WIB dan ini menjadi saat terbaik untuk mengamati gerhana Bulan.

“Permukaan Bulan akan terlihat merah kehitaman,” tambah Moedji.

Untuk wilayah lain di Indonesia, waktu gerhana harus disesuaikan dengan zona waktu setempat.

Waktu gerhana itu membuat semua wilayah Indonesia tidak bisa menyaksikan seluruh tahap gerhana secara utuh. Di Indonesia timur, sesaat setelah gerhana Bulan memasuki fase total, Bulan akan terbenam. Sedang di Indonesia tengah, Bulan akan tenggelam sesaat setelah fase total gerhana selesai.

Wilayah Indonesia yang paling banyak menyaksikan tahapan gerhana Bulan kali ini adalah Indonesia barat.

Wilayah Indonesia yang paling banyak menyaksikan tahapan gerhana Bulan kali ini adalah Indonesia barat. Di wilayah ini, gerhana bisa diamati hingga fase gerhana Bulan sebagian berakhir. Indonesia barat hanya tidak bisa menyaksikan akhir dari fase gerhana Bulan penumbra. Namun itu tidak terlalu jadi masalah karena secara kasat mata perubahan warna Bulan dalam fase gerhana penumbra sulit dibedakan dengan warna Bulan saat tidak terjadi gerhana.

DIOLAH DARI ECLIPSE.GSFC.NASA.GOV–Permukaan Bumi yang bisa menyaksikan gerhana Bulan total 28 Juli 2018.

Moedji mengajak masyarakat untuk menyaksikan gerhana Bulan total kedua di tahun 2018 ini. Jika pada gerhana Bulan total 31 Januari lalu terjadi di awal malam, gerhana kali ini terjadi di akhir malam menjelang Matahari terbit.

“Gerhana Bulan total 28 Juli juga cukup istimewa karena akan menjadi gerhana Bulan terlama di abad ke-21,” katanya.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 11 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB