Menyiapkan Vaksin Covid-19 Buatan Indonesia

- Editor

Rabu, 10 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda dan belum ada obat yang manjur, vaksin jadi asa untuk menangkal penyakit yang disebabkan virus korona baru itu. Vaksin itu diharapkan tersedia di Indonesia awal 2021.

Para peneliti melakukan penelitian di salah satu laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Kamis (3/11/2011). Tim peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengembangkan riset untuk menghasilkan vaksin Covid-19.

Pemerintah belum resmi menghentikan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB dengan alasan masih menunggu turunnya kasus baru Covid-19. Vaksin yang menjadi harapan diharapkan tersedia awal tahun 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

DKI Jakarta, Senin (8/6/2020), memulai transisi menuju pelonggaran PSBB. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan akan kembali mengetatkan PSBB bila terjadi kenaikan kasus baru infeksi Covid-19 di wilayah DKI Jakarta.

Penambahan kasus baru tertinggi secara nasional (1.043 kasus) terjadi pada Selasa (9/6) dan DKI Jakarta jadi penyumbang terbanyak (232 kasus). Vaksin menjadi harapan perlindungan dari Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru.

Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan anggota peneliti vaksin Covid-19 di Lembaga Eijkman, Herawati Supolo Sudoyo, mengatakan, vaksin buatan Indonesia diperkirakan bisa diproduksi mulai Februari 2021.

Dalam diskusi daring Melting Pot Community, Senin (8/6) sore, Herawati mengatakan, formula vaksin akan siap dari lembaga penelitian Eijkman pada Oktober 2020 untuk dilakukan uji klinis, lalu dikirimkan ke Biofarma. Badan usaha milik negara itu diperkirakan bisa memproduksi vaksin secara massal pada Februari 2021 dan dipasarkan dengan harga terjangkau.

Vaksin ini dibuat berdasarkan informasi genetik dari Covid-19 pada orang Indonesia. Dengan demikian, vaksin tersebut diharapkan memberi perlindungan optimum bagi masyarakat Indonesia.

Sebelumnya, Eijkman sebagai lembaga riset mengidentifikasi informasi genetik Covid-19 dan mengirimkan informasi itu ke lembaga dunia GSAID. Lembaga Eijkman mengirimkan 7 gugus (clade) informasi genom dan Universitas Airlangga Surabaya mengirimkan 6 gugus informasi genom.

Di lembaga itu sudah tercatat informasi 120.000 gugus Covid-19 dari seluruh dunia. Melalui GSAID, Indonesia mendapat informasi kesamaan Covid-19 di Indonesia dengan Covid-19 dari negara lain. Dari sana diketahui kemungkinan terjadi variasi Covid-19 saat sampai di Indonesia.

Kalaupun tak terjadi variasi, tetap ada keuntungan dengan memiliki informasi genom karena mengetahui clade di Indonesia. Informasi itu dapat digunakan untuk menjejak kontak orang yang terinfeksi.

Banyak wajah
Ketua Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tenaga ahli Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Pratiwi Sudarmono, mengingatkan, sampai vaksin ditemukan dan dapat diberikan kepada mayoritas orang Indonesia, protokol kesehatan harus dipatuhi. Upaya menjaga jarak fisik, mencuci tangan, dan memakai masker tetap harus dilakukan.

Menurut Pratiwi, vaksinasi akan melahirkan herd immunity atau kekebalan komunitas. Herd immunity merupakan keadaan di mana bagian terbesar dari populasi memiliki imunitas, rantai penularan berhenti, dan penyebaran penyakit melambat. Semakin banyak orang imun terhadap Covid-19 dalam suatu komunitas, makin kecil peluang orang yang tidak imun berkontak dengan orang yang dapat menularkan virus.

Imunitas itu bisa didapat karena pernah terinfeksi lalu kembali sehat atau diperoleh lewat vaksinasi. Menurut Pratiwi, pemerintah memilih memberi vaksinasi agar sebagian besar populasi jadi imun.

Selain tingginya kasus baru infeksi di Indonesia, kini masih sedikit pengetahuan tentang Covid-19. Karena itu, membebaskan PSBB harus dilakukan dengan amat hati-hati karena akan berisiko naiknya kembali kasus infeksi baru.

Informasi mengenai Covid-19 dibangun dalam waktu kurang dari enam bulan. Adapun informasi pertama dari jawatan kesehatan pemerintah daerah Wuhan, China, yakni kasus pneumonia atau radang paru di Wuhan, China, yang tak diketahui penyebabnya, pada 31 Desember 2019.

Sejumlah gejala
Informasi umum yang kerap disampaikan ke masyarakat adalah Covid-19 menyerang sistem pernapasan. Tanda-tanda umum berupa suhu tubuh naik, batuk, kehilangan daya cium dan rasa, radang tenggorok, dan sesak napas. Sebagian orang tak menunjukkan gejala.

Sejalan dengan makin banyak kasus infeksi, Covid-19 tak selalu menyerang sistem pernapasan. Laporan dari sejumlah pasien di China dan Amerika Serikat (AS), misalnya, menunjukkan virus itu juga menyerang pencernaan.

Pasien di AS, misalnya, dibawa ke rumah sakit karena keluhan diare berat dan mual, tetapi pengobatan antibiotik tak membawa hasil. Lalu, terbukti pasien itu menderita Covid-19 (Kompas, 19 Maret 2020). Virus ini dilaporkan menyerang ginjal dan jantung sebelum menyerang paru. Salah satu dugaannya karena protein di permukaan sel, ACE2, banyak terdapat di saluran cerna dan paru.

Informasi terbaru datang dari perusahaan uji genetika 23andMe Inc, pada Senin (8/6). Laman perusahaan itu mengumumkan data awal hasil riset genetika mereka terhadap Covid-19 menunjukkan peran penting jenis darah seseorang yang ditentukan gen ABO, dalam menentukan kerentanan terinfeksi virus.

Riset yang masih berlangsung ini melibatkan 750.000 partisipan.

Orang dengan golongan darah O memperlihatkan ketahanan lebih baik dibandingkan orang dengan jenis darah lain, yakni 9-18 persen lebih kecil kemungkinan terkena Covid-19. Hasil itu tak berubah saat dihubungkan dengan

usia, jenis kelamin, berat tubuh, etnis, dan komorbiditas. Temuan itu sejalan dengan laporan riset di China, Italia, dan Spanyol meski hasil riset dari tiga negara itu belum mendapat ulasan dari sesama peneliti.

Penelitian 23andMe juga memperlihatkan, tak ada perbedaan ketahanan orang dengan golongan darah O resus (+) atau (-). Sementara pada tenaga kesehatan di garis depan penanganan Covid-19, mereka dengan golongan darah O lebih tak tertular meski angkanya lebih tinggi dibanding populasi nontenaga kesehatan.

Sampai vaksin dan obat yang manjur tersedia, semua pihak sebaiknya disiplin melaksanakan protokol kesehatan agar kehidupan sosial dan ekonomi dapat kembali bergerak.

Oleh NINUK M PAMBUDY

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 10 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB