Menjaga Karya Anak Bangsa

- Editor

Senin, 2 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua unit pesawat bertuliskan Philippine Air Force terpacak anggun di depan Haribon Hangar, Clark Air Base, Filipina. Siapa sangka pesawat dengan daya angkut 28 penumpang dan memiliki sistem navigasi mutakhir yang hendak dimanfaatkan Angkatan Udara Filipina ini dalam berbagai tugas militer ini merupakan besutan anak negeri.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Guntoro berdiri bersama Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dan Duta Besar Filipina untuk Indonesia Sinyo Harry Sarundajang memandangi dua unit pesawat yang segera diserahterimakan dalam seremoni di Haribon Hangar, Selasa (26/6).

Sebelumnya, pertemuan tertutup sempat digelar di ruang VIP. Dari pertemuan tersebut, Indonesia melalui PT DI kembali dipercaya memproduksi enam unit lagi pesawat serupa untuk Filipina. Kabar tersebut disambut bungah oleh jajaran PT DI. Filipina mengakui pesawat dari Indonesia dengan spesifikasi mumpuni ini sangat dibutuhkan jajarannya saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/RIANA AFIFAH–Pesawat NC212i dijaga dua penerbang dari Angkatan Udara Filipina sesaat sebelum diberkati dalam upacara penyerahan. PT Dirgantara Indonesia menyerahkan dua unit pesawat seri tersebut kepada Filipina di Haribon Hangar, Clark Air Base, Selasa (26/6/2018).

Bukan yang pertama, pesawat seri NC212i yang dibuat PT Dirgantara Indonesia ini berhasil menembus pasar internasional. Sebelumnya, Vietnam dan Thailand sudah lebih dulu menerima dan menggunakan pesawat jenis aviocar ini dari perusahaan BUMN yang bergerak di bidang kedirgantaraan ini.

Meski masuk dalam rumpun seri NC212, keluaran terbaru ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pendahulunya. Antara lain, NC212i disebut menggunakan avionik digital dan telah dilengkapi sistem autopilot yang memudahkan pilot melakukan konfigurasi terbang. Selain itu, pesawat ini juga menggunakan winglet untuk mengurangi hambatan udara di sekitar ujung sayap dan memasang kaca kotak untuk menambah kenyamanan penumpang melihat keluar pesawat.

Dari fungsinya, NC212i tidak hanya ditujukan sebagai alat angkut militer. Akan tetapi, dapat dimanfaatkan untuk menjalankan misi SAR, patroli maritim, pengawas pantai, hingga pembuat hujan. Salah satunya yang dipesan Thailand dan sudah dikirimkan, difungsikan sebagai pembuat hujan mengingat sebagian wilayah di Thailand mengalami musim kering yang berkepanjangan.

Minat terhadap pesawat seri ini juga muncul dari negara di Afrika yaitu Senegal. Ada 2 unit dipesan kepada perusahaan pesawat yang berbasis di Bandung ini. Sisanya merupakan pesanan dari TNI Angkatan Udara yang sebanyak 5 unit sudah diserahterimakan pada 2019 dan sisanya sebanyak 4 unit diserahkan pada 2020. Harga NC212i ini belum dengan modifikasi berkisar 12 juta dollar AS-15 juta dollar AS atau pada kisaran Rp 159,6 miliar-Rp 199,5 miliar

Selain pesawat seri ini, PT DI yang dulu merupakan PT IPTN ini juga merilis pesawat N-219 Nurtanio yang bisa dimanfaatkan juga oleh penerbangan komersil. Sekitar 109 unit telah memperoleh Letter of Intent, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Peminat dari dalam negeri berasal dari perusahaan penerbangan swasta yang bergerak melayani penerbangan perintis.

Geliat ini menggembirakan PT DI yang sempat mengalami mati suri setelah goncang pasca krisis moneter 1998. Produk andalan yang sempat digadang meraup sukses besar yaitu pesawat seri N-250 batal disertifikasi dan diproduksi. Sebagian tenaga ahli yang mencapai 16.000 orang pun menipis, hanya tersisa 4.000 orang hingga kini.

Elfien mengakui, perusahaan yang kini dipimpinnya ingin memproduksi lebih banyak pesawat tapi keterbatasan tenaga hanya mampu merampungkan paling tidak 6 unit dalam setahun. Di tengah krisis dan kondisi perusahaan yang berulangkali merugi, hal ini menjadi pemacu semangat untuk membuktikan karya anak bangsa juga layak diperhitungkan di kancah internasional.

“Kondisi belum sepenuhnya membaik, walau sudah memperoleh untung. Untuk mengasah kemampuan para ahli agar terus berkembang, butuh pekerjaan yang tidak berhenti dan pelatihan yang cukup. Kami menjaga agar anak negeri yang berkualitas ini tetap menghidupkan industri dirgantara. Jangan sampai yang bernilai ini justru terlepas begitu saja. Butuh regenerasi juga,” ujar Elfien.

Ryamizard juga mengakui, tantangan di bidang dirgantara tidak mudah. Dukungan pemerintah pun diperlukan lebih masif. Kementeriannya pun menjadi pelanggan setia produk PT DI. Ia juga mendorong PT DI juga melayani swasta. Skema penjualan luar negeri juga diperkuat antar pemerintah kali ini.

Di sisi lain, eskalasi produksi ini juga perlu diikuti dengan upaya untuk menjaga kesinambungannya. Tidak sekadar mengeluarkan produk baru, Chappy Hakim mengingatkan agar PT DI juga mampu mengurus yang berkaitan dengan perawatan dan suku cadang pesawat buatannya. Keterbatasan sejumlah hal pendukung tersebut sempat menjadi kendala.

Kini, kebangkitan ini tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan pemerintah disertai mentalitas untuk tidak terjerumus dalam korupsi korporasi bisa menjadi tonggak. Bahwa industri dirgantara negeri ini pernah berkibar, bukan sekadar tinggal sejarah.–RIANA A IBRAHIM

Sumber: Kompas, 2 Juli 2018
——————-
Kapal PT PAL di Pearl Harbor

KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Anggota TNI Angkatan Laut menjaga kapal MT Kallyse, satu dari dua kapal tanker yang ditahan Komando Armada I karena diduga akan mengangkut bahan bakar minyak ilegal. Kapal ini tidak dilengkapi dokumen resmi.

Kapal buatan PT PAL, KRI Raden Eddy Martadinata 331, ikut Latihan Bersama Multilateral Rimpac 2018, tiba di Pearl Harbor, Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, hingga 3 Agustus mendatang.

Selain itu juga hadir KRI Makassar-590. TNI juga membawa 1 heli Bell, 8 LVT-7, 2 howitzer-105, 1 kompi Marinir, dan 1 Tim Kopaska sekaligus satu tim pelatih taktis mobil (mobile training team/MTT).

Latihan Peperangan Maritim Multilateral ini diselenggarakan oleh Armada 3 Kawasan Pasifik, Angkatan Laut Amerika Serikat (Third Fleet Command-United States Pasific Fleet), US Navy, dengan mengundang negara-negara di kawasan Amerika Utara, Amerika Latin, Australia, Eropa, dan Asia.

Latihan bersama itu juga meliputi latihan perang kapal selam, operasi keamanan maritim, komunikasi, dan manuver taktis.–EDNA CAROLINE

Sumber: Kompas, 2 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB