Menerawang Kemajuan Teknologi Informasi

- Editor

Jumat, 26 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di paruh pertama dasawarsa 1980-an, komputer pribadi atau “personal computer”-sebagai kontras dari komputer besar (“mainframe”) yang ada di lembaga atau perusahaan besar-sudah masuk di Indonesia. Meskipun sering disebut bahwa Altair 8800 merupakan PC pertama yang sukses pada 1977 (The New York Public Library Science Desk Reference, 1995), umumnya kita di sini mengenal Apple dan IBM PC sebagai penanda awal era komputer.

Laporan utama Kompas pada 3 Maret 1985 penting untuk menandai jejak maraknya era personal computer (PC) di Indonesia. Anak-anak masih amat antusias memainkan game, seperti Wavy Navy, penulis dan wartawan mulai mengenal program WordStar, dan staf keuangan mulai akrab dengan program SuperCalc.

Kita tentu bisa memperdalam sejarah perkembangan PC ini dengan membuka literatur sejarah teknologi informasi (TI). Dari sana kita bisa melihat bagaimana prosesornya bergerak semakin cepat, dari seri 286 hingga generasi Pentium. Bagaimana layar monitornya juga bisa jadi semakin tajam beresolusi tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yang tidak kalah penting dari laporan itu adalah bagaimana perubahan lingkungan kerja, mulai dari pribadi hingga lingkup perusahaan. Seiring dengan makin populernya PC, ikut muncul pula profesi baru, mulai dari analis data hingga reparator komputer. Sementara bisnis baru juga tumbuh menyertai, seperti kursus komputer, dan penerbitan buku panduan program pun ikut marak.

Mengikuti apa yang terjadi di Amerika, ketika di sana sering diadakan perkemahan komputer, di sini pun saat itu mulai muncul kesadaran untuk memasukkan kurikulum komputer di sekolah. Semacam upaya untuk menjadikan siswa melek komputer.

Sebagaimana dikemukakan pakar pendidikan komputer Dali S Naga waktu itu, komputer mampu membangun nilai-nilai baru karena komputer punya andil untuk mengubah cara orang bekerja, antara lain karena komputer memengaruhi cara berpikir dalam mencapai satu tujuan dan juga cara berpikir untuk memecahkan masalah.

Pada saat itu, sedikit pun belum terlintas bakal munculnya era internet, yang memungkinkan komputer bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Juga belum disinggung datangnya era mobile, baik untuk komunikasi maupun komputasi.

f2243825499d4389af3ab3046f63a974KOMPAS/KARTONO RYADI

Ya, masih terentang waktu sekitar satu dekade sebelum internet dan komunikasi mobile populer dan merombak secara total peranan TI, yang lalu bertransformasi menjadi TIK (teknologi informasi-komunikasi). Meski secara penulisan hanya bertambah atau berbeda satu huruf, nyata benar betapa revolusionernya perubahan yang terjadi.

Dari PC, kita kemudian mengenal laptop, atau sebelumnya sering disebut komputer portabel, yang membuat komputasi bisa dilakukan lebih fleksibel, tidak harus terpaku di terminal kerja atau di rumah dengan komputer PC desktop. Dengan laptop, penulis bisa melanjutkan proses kreatifnya di kafe sambil menyeruput segelas atau dua gelas kopi.

Sebagaimana dari komputer mainframe ke PC, berikutnya juga terjadi miniaturisasi chip dan komponen lain, sehingga kemampuan yang semula ada di komputer besar berikutnya bisa dipasang pada PC dan selanjutnya pada laptop.

Era internet juga memungkinkan terjadinya komunikasi dan pertukaran data, yang semakin lama semakin besar, dan berlangsung bukan saja antarkota, tetapi juga antarnegara, yang berarti juga dalam lingkup global.

Di era datangnya PC sebagaimana dimuat dalam laporan utama Kompas ini, satu hal yang tampak nyata adalah munculnya kursus komputer-yang banyak di antaranya lalu bahkan menjadi sekolah tinggi komputer.

Dewasa ini, perguruan tinggi TIK mengajarkan sistem dan jaringan komputer. Di era digital generation, buku manual peranti keras, atau yang kini banyak diwujudkan dalam gadget atau gawai, seperti tak dibutuhkan lagi.

Generasi digital seolah lahir dengan bakat luar biasa dalam TIK. Harapan kita, mereka benar-benar bisa menjadi laskar industri/ekonomi kreatif yang bisa menjadi andalan bangsa. Dalam hal ini, laporan utama Kompas tahun 1985 ini dapat menjadi semacam jendela untuk menerawang tidak saja TI, tetapi juga masa depan peradaban.–NINOK LEKSONO
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juni 2015, di halaman 58 dengan judul “Menerawang Kemajuan Teknologi Informasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB