Laporan IHT dibuka dengan mengutip Wall Street bahwa satu era telah berakhir dan era baru dimulai: bahwa produk teknologi yang paling penting tidak lagi duduk di atas meja Anda, tetapi pas di genggaman Anda.
Kita tidak lupa, betapa produk-produk Microsoft berjaya dalam dua dekade terakhir. Setiap kali pasar dan konsumen hanya mendengar betapa gegap-gempitanya saat generasi baru Windows dan Office muncul. Selain itu, kita mendengar pula bagaimana pendiri perusahaan ini tampil sebagai orang paling kaya di dunia, sebelum dibayangi oleh muka baru pada satu-dua tahun terakhir.
Perusahaan yang menyusulnya justru dikenal sebaliknya. Apple sepuluh tahun silam justru diberitakan sedang sekarat. Titik balik juga berlaku bagi pimpinan eksekutif dan salah seorang pendiri perusahaan ini yang dikenal visioner, yakni Steven P Jobs.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Satu hal yang dapat segera disimpulkan adalah cita rasa konsumen berhasil mengalahkan faktor kebutuhan bisnis sebagai kekuatan utama pembentuk teknologi. Namun, kebiasaan klak-klik di papan ketik komputer yang sudah mewarnai kehidupan TI selama dua dasawarsa harus takluk pada gesar-geser jari di layar sentuh telepon pintar.
Memang, Apple kini masih menjual komputer, tahun lalu sebanyak 306 juta unit, sementara ponsel pintar hanya 172 juta unit. Akan tetapi, laju penjualan ponsel pintar tumbuh lima kali lebih cepat dari komputer. Penghasilan Apple sendiri dua pertiga berasal dari ponsel pintar dan penjualan musik.
Boleh jadi tanda-tanda bakal tergesernya Microsoft dari singgasana teknologi ini dapat kita indera saat munculnya karya terbaru Apple, yakni iPad. Apple store di berbagai kota di AS diserbu peminat iPad dan sempat menimbulkan kekecewaan di kalangan pengantre karena stok tak ada dan harga barang naik sekitar 200 dollar AS.
Buah inovasi
IHT mengutip salah seorang pendiri PayPal, Peter A Thiel, menambahkan, apabila Microsoft lebih banyak mempertahankan status quo, Apple justru terus bersemangat menghasilkan sesuatu yang baru.
Sebenarnya, menghasilkan sesuatu yang baru terkesan lebih berat karena pasti membutuhkan penelitian dan pengembangan lebih yang menantang. Di sinilah Apple memperlihatkan keunggulan, bahkan Steve Jobs sering disebut sebagai Empu Inovasi.
Seperti pernah disinggung di kolom ini, Apple yang pernah mau tamat riwayatnya lalu berhasil bangkit dan, lebih dari itu, malah menjadi perusahaan yang ikonik. Saat melihat iPod, misalnya, kita hanya melihat nama perusahaan tertulis kecil saja. Akan tetapi, di seluruh dunia, melihat gambar buah apel yang tampak baru digigit itu orang sudah tahu bahwa gadget itu buatan Apple.
Steve Jobs sendiri pernah meninggalkan perusahaan yang ikut ia dirikan bertahun-tahun, tetapi ia kembali pada tahun 1997 dan membuat langkah-langkah hebat untuk menyelamatkan perusahaan. Dengan itu, tradisi Apple untuk menjadi perusahaan inovatif tetap terpelihara setelah ia memunculkan komputer pertama tahun 1977 hingga Macintosh yang dilengkapi tetikus lahir tahun 1984, sampai pada lahirnya iPod tahun 2001, iPhone tahun 2007, dan terakhir iPad pada 2010.
Menyimak perjalanan itu, majalah Inggris The Economist (9/6/07) menulis, ada empat pelajaran tentang inovasi yang dapat disimak dari Apple. Tentang iPod, misalnya, meski Apple masih memelihara tradisi inovasi yang dikembangkan dari sejak Thomas Alva Edison dan Bell Laboratories, Apple tak canggung mengadopsi ide dari luar untuk digabung dengan ide sendiri. Yang penting, hasil akhirnya adalah produk yang cantik dan mengesankan penggunanya.
Yang tak kalah penting, Apple membuat produk tidak berdasarkan pada tuntutan teknologi, melainkan kebutuhan pengguna. iPod dan iPhone menjadi buktinya. Dengan iPod, iPhone, dan iPad, Apple telah membuktikan dirinya sebagai perusahaan paling inovatif di dunia dan karya-karya inovasinya bisa dikatakan yang terunggul, inovasi par excellence.
Tanggal bersejarah
Dengan rentetan sukses melahirkan inovasi itu, kapitalisasi saham Apple pada 26 Mei 2010 mencapai 222,12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.000 triliun! Memang beberapa waktu terakhir harga sahamnya sempat turun dari posisi tertinggi 270,83 dollar AS per saham menjadi 244,11 dollar AS, tetapi kapitalisasi saham Apple pada 26 Mei itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan Microsoft yang besarnya 219,18 miliar dollar AS (Reuters/Kontan, 29/5). Nilai saham Apple melonjak 10 kali lipat selama 10 tahun terakhir dan itu disebut berkat revolusi konsumen elektronik yang ingin lebih bergaya.
Dari pengalaman Apple ini, semestinya kita pun perlu mempelajari berbagai hal. Pertama tentu mengembangkan kemampuan di bidang TI yang masih akan terus mewarnai peradaban meski perkembangan nanoteknologi mengisyaratkan pergeseran ke arah biologi lebih daripada fisika.
Berikutnya, seni inovasi yang dipraktikkan Apple dengan begitu menawan haruslah jadi inspirasi bagi bangsa Indonesia yang sedang banyak mewacanakan program inovasi. Masyarakat Indonesia tak harus menunggu program pemerintah karena inovasi terbukti sukses manakala ia tumbuh sebagai satu gerakan, sebagai satu kiprah masyarakat.
Kini, di posisi puncak perusahaan teknologi inovatif, Apple tentu juga akan berjuang mempertahankan posisi di tengah persaingan sengit perusahaan lain, termasuk Microsoft, yang baru dilengserkannya. [Oleh NINOK LEKSONO]
Sumber: Kompas, Rabu, 2 Juni 2010 | 04:48 WIB