Berkat kreativitas dan inovasi, hanya dalam beberapa dekade, Swedia sukses bertransformasi dari bangsa agraris yang miskin menjadi negara industri berteknologi tinggi. Transformasi itu tak hanya memajukan negeri itu, tetapi juga mampu mengubah wajah dunia.
Kuatnya kultur inovasi membuktikan Swedia tak hanya sebagai tempat penyelenggaraan anugerah penghargaan Nobel bagi ilmuwan yang menghasilkan karya luar biasa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tercatat, delapan Hadiah Nobel bidang kedokteran diraih ilmuwan Swedia.
Berbagai riset di negeri itu tak sebatas menjadi ide cerdas. Hasil penelitian yang dilakukan juga berhasil dikembangkan menjadi produk inovasi yang sukses secara komersial. Beberapa perusahaan Swedia jadi contoh bagus, di antaranya perusahaan raksasa telekomunikasi Ericsson, yang didirikan Lars Magnus Ericsson, dan IKEA, perusahaan ritel mebel dan desain interior yang berkembang di lebih dari 40 negara di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu inovasi yang juga mendunia adalah Skype. Menurut Rikard Lagerberg dan Emma Randecker dalam bukunya, This is Sweden, pada 2003 wirausaha Swedia, Niklas Zennstrom, merevolusi komunikasi telepon. Bersama Janus Friis, ia mendirikan layanan panggilan internet gratis Skype yang memungkinkan orang berkomunikasi secara visual dan suara.
Di bidang kedokteran, ilmuwan Swedia menghasilkan berbagai inovasi, antara lain alat bantu pernapasan mekanik sebagai pertolongan pertama pada orang yang terkena serangan jantung serta obat asma dan penyakit paru obstruktif kronis.
Selain itu, inovasi teknologi dikembangkan untuk membantu penyandang cacat dan orang lanjut usia. Sebut saja komputer yang dikendalikan mata untuk membantu orang yang lumpuh pada tangan. Inovasi lain adalah perangkat video sebagai sarana bagi perawat untuk berkomunikasi dan memantau kondisi orang lansia atau penyandang cacat melalui internet.
Menurut Eva Krutmeijer dalam bukunya, Innovation, the Swedish Way, sebagai pemimpin di bidang inovasi, Swedia berani berinvestasi di bidang riset, mendorong pemikiran kritis sejak usia dini, dan terbuka terhadap pengaruh internasional. Negeri itu punya tradisi panjang kreativitas dan keilmuwan serta memimpin bisnis global.
Wirausaha sekaligus inovator seperti Alfred Nobel, Lars Magnus Ericsson, dan Gustaf Dalen memiliki cara tersendiri membangun perusahaan multinasional terkemuka. Itu berpengaruh penting terhadap perkembangan ekonomi Swedia dan kepercayaan diri bangsa itu.
Merujuk indeks internasional terkait kemampuan suatu negara mewujudkan lingkungan kreatif untuk berinovasi inovasi, Swedia adalah tempat paling kreatif. Negara itu ada di urutan kedua dari 141 negara pada Indeks Inovasi Global 2012, dan peringkat pertama dari 131 negara dalam Indeks Kapasitas Inovasi 2011 yang diluncurkan Sekolah Bisnis Eropa.
Eva mengungkap rahasia di balik kesuksesan Swedia sebagai salah satu negara paling inovatif di dunia. Ternyata, salah satu kunci utamanya adalah pendidikan. Negara itu merintis program pendidikan dasar bagi semua secara gratis sejak 1842 dan mendirikan universitas pertama pada 1477 di Uppsala.
Pemerintah negara itu juga memberikan subsidi pendidikan tinggi bagi warga Swedia dan negara-negara Uni Eropa lain. Hal itu menjamin kaum perempuan negara itu menempuh pendidikan tinggi dengan standar sama bagusnya dengan pria.
Sekolah-sekolah di Swedia juga mendorong kreativitas. Seni digunakan untuk memotivasi dan menginspirasi anak-anak dan kaum muda, serta menyediakan lahan untuk menumbuhkan inovasi. Sejak hari pertama sekolah hingga perguruan tinggi, peserta didik didorong berpikir bebas dan kritis. Itu membuat regenerasi berinovasi terjadi.
Metode pendidikan tinggi di Swedia mendorong mahasiswa berani bereksperimen, berpikir kritis, dan inovatif. Mahasiswa bisa berdiskusi dengan dosen tiap saat. ”Bahan percobaan boleh diuji sampai rusak,” kata Yuda (24), mahasiswa asal Indonesia yang kuliah S-2 di Universitas Teknologi Chalmers, Gothenburg, Swedia.
Berbasis riset
Riset dan pengembangan berperan penting dalam keberhasilan inovasi. Swedia jadi salah satu negara dengan nilai investasi riset terbesar di antara negara maju dunia. Itu berkorelasi dengan besarnya produk domestik bruto negara itu.
Dalam kunjungan media ke sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Swedia, pertengahan Oktober lalu, terungkap besarnya perhatian pada riset di negeri itu. Sejumlah perguruan tinggi, seperti Institut Karolinska dan Universitas Lund, mengalokasikan lebih dari dua pertiga pendapatan untuk riset.
Presiden Universitas Lund Per Eriksson memaparkan, dari total pendapatan universitas, sepertiga dipakai untuk aktivitas pendidikan dan dua pertiga untuk riset. ”Ini mendorong kultur inovasi, mahasiswa berpeluang sebagai peneliti,” ujarnya.
Komitmen tinggi dalam riset juga ditunjukkan institusi pendidikan tinggi seperti Universitas Teknologi Chalmers. Di universitas itu, semua profesor adalah peneliti sehingga ada relasi erat antara kegiatan belajar- mengajar dan riset. Mayoritas mahasiswa di universitas itu peneliti. Mahasiswa program doktoral bisa ikut proyek riset dan digaji sebagai peneliti.
Hal serupa dilakukan di Institut Karolinska, Stockholm. Di institut itu, dosen membagi waktu antara mengajar dan riset, yang menjaga mereka tetap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digeluti. Kegiatan riset itu melibatkan mahasiswa secara aktif.
Untuk memastikan inovasi bidang kesehatan memberikan manfaat bagi layanan kesehatan, perguruan tinggi itu memiliki fasilitas riset kedokteran terlengkap di Eropa. Institut itu juga mempunyai sistem inovasi yang mengintegrasikan akademisi dan industri sehingga inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi bisa untuk kepentingan industri.
Menurut Vice Chancellor Institut Karolinska Anders Hamsten, pihaknya terus mengembangkan riset kedokteran, dari riset eksperimental dasar hingga riset berorientasi pasien dan riset keperawatan. Beberapa area riset terkait antara lain kanker dan hematologi, biologi molekuler, serta sirkulasi dan respirasi.
Kolaborasi riset internasional pun dilakukan di negeri itu. Sebagai komitmen global, konsorsium industri dan perguruan tinggi menyediakan dana hingga miliaran euro untuk riset.
Langkah Swedia dalam mengembangkan inovasi patut ditiru. Dengan keterbatasan sumber daya alam di Indonesia, inovasi menjadi kunci sukses memajukan bangsa.
Oleh: evy rachmawati
Sumber: Kompas, 9 November 2014