Nobel Kimia 2016; Anugerah bagi Penemu Mesin Molekuler

- Editor

Kamis, 6 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hadiah Nobel Kimia 2016 diberikan kepada tiga ilmuwan yang sukses mendesain dan memadukan mesin molekuler. Inovasi bersifat mendasar itu membawa dimensi baru dalam ilmu kimia dan memicu munculnya berbagai penemuan baru di tingkat molekuler.

Pengumuman pemenang Nobel Kimia 2016 diumumkan Sekretaris Tetap Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia (RSAS) Göran K Hansson, Rabu (5/10), di Stockholm, Swedia. “Tahun ini, Nobel Kimia diberikan untuk mesin terkecil di dunia,” katanya.

Ketiga pemenang Nobel Kimia itu adalah Jean-Pierre Sauvage (71) dari Universitas Strasbourg Perancis, Sir J Fraser Stoddart (74) dari Universitas Northwestern, Evanston, Amerika Serikat, dan Bernard L Feringa (65) dari Universitas Groningen Belanda. Mereka berbagi hadiah 8 juta krona atau sekitar Rp 12 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

jt-40095602_-_05_10_2016_-_nobel-prize_chemistryMesin molekuler itu berukuran 1.000 kali lebih kecil dibanding sehelai rambut. Dengan mesin molekuler itu, gerak molekul saat ditambah energinya dapat dikendalikan. Temuan itu memungkinkan pengembangan material baru, sensor, dan sistem penyimpanan energi.

Implikasi penemuan itu setara dengan penemuan motor listrik tahun 1830-an. Temuan motor listrik itu, kini dimanfaatkan pada berbagai peralatan, mulai dari kipas angin, mesin cuci, hingga kereta listrik.

Mesin molekuler pertama dikembangkan Sauvage pada tahun 1983. Ia sukses menghubungkan molekul-molekul berbentuk cincin membentuk rantai molekul.

Dalam kondisi normal, gabungan molekul disatukan ikatan kuat yang muncul dari penggunaan elektron atom secara bersama-sama. Namun, dalam rantai molekul itu, molekul disatukan ikatan mekanik yang lebih bebas. “Agar mesin molekuler bisa bekerja, bagian-bagiannya harus dapat bergerak relatif satu dengan yang lain,” kata salah satu juri RSAS.

Tahap kedua pengembangan mesin molekuler dilakukan Stoddart pada tahun 1991. Ia merangkai cincin molekuler pada sebuah poros roda molekuler tipis hingga cincin molekuler itu bisa bergerak pada poros roda itu.

“Dalam pengembangan, dia membuat lift molekuler dan cip komputer berbasis molekul,” kata juri. Ukuran cip yang sangat kecil itu diyakini akan merevolusi teknologi komputer.

Selanjutnya, Feringa mengembangkan baling-baling motor molekuler pada tahun 1999 yang memungkinkan molekul bergerak terus pada arah sama. Dengan motor molekuler itu, ia bisa mendesain molekul nanocar, molekul yang berbentuk mirip mobil dengan roda-roda molekuler.

Kerja para ahli hingga menemukan mesin molekuler berkelanjutan itu mendorong inovasi- inovasi yang lebih maju, seperti temuan robot molekuler pada tahun 2013 yang menghubungkan asam amino dan pengembangan baterai model baru.

Menanggapi pengumuman itu, para penerima hadiah Nobel Kimia menyatakan keterkejutannya. “Ini di luar dugaan meski temuan ini sudah lebih dari 25 tahun lalu,” kata Stoddart.

Anak Stoddart yang juga ahli kimia Alison Stoddart mengatakan, penemuan mesin molekuler itu memberi makna mendasar dalam ilmu kimia. Karena itu, ia sangat senang ketiga ilmuwan itu memenangi Nobel secara bersama-sama.

Feringa juga berujar, “Saya tak tahu harus berkata apa. Saya sangat tersanjung,” katanya.

(AP/AFP/REUTERS/MZW)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul “Anugerah bagi Penemu Mesin Molekuler”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB