Konservasi Perairan; Nusa Penida Menunggu Realisasi

- Editor

Rabu, 11 Juni 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penetapan Nusa Penida sebagai Kawasan Konservasi Perairan Taman Wisata Perairan diharapkan terealisasi. Realisasi pendanaan, pengawasan, dan penjangkauan keterlibatan masyarakat menjadi kunci efektivitas pencapaian tujuan pembentukan kawasan konservasi.

”Segera implementasikan pengelolaan manajemen kawasan konservasi perairan di Nusa Penida,” kata Gondan Puti Renosari, Direktur Program Kelautan The Nature Conservancy, Selasa (10/6), di Jakarta. Ia menanggapi langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo yang menetapkan Kawasan Konservasi Perairan Taman Wisata Perairan Nusa Penida seluas 20.057 hektar pada 9 Juni 2014 di Kabupaten Klungkung, Bali.

Perairan Kepulauan Nusa Penida dengan 149,05 hektar terumbu karang berikut 296 jenis karang dan 576 spesies ikan menjadi bagian penting Segitiga Terumbu Karang Dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

The Nature Conservancy sejak 2000 mendekati Nusa Penida sehingga menerbitkan peraturan daerah yang mencadangkan Kawasan Konservasi Daerah Nusa Penida 2010. Kini, peningkatan kapasitas dan replikasinya dikerjakan Coral Triangle Center.

”Kolaborasi dan penguatan masyarakat, pemda, pengelola wisata, serta pendanaan menjadi yang paling krusial untuk segera dikerjakan,” kata Gondan.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad mengatakan, penetapan Nusa Penida itu bagian dari target pencapaian pengelolaan 20 juta hektar kawasan konservasi perairan pada 2020. Komitmen yang disampaikan Presiden pada Rio+20 itu kini tercapai 15,7 juta hektar.

Sejumlah kawasan konservasi telah ditetapkan, di antaranya Taman Pesisir Batang (terancam proyek PLTU Batang) dan Pantai Pangumbahan di Sukabumi. (ICH)

Sumber: Kompas, 11 Juni 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB