Ekspedisi Alor-Flores Timur Dimulai

- Editor

Jumat, 24 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ekspedisi pemetaan terumbu karang di sepanjang perairan Pulau Alor dan Flores Timur resmi dimulai Kamis (23/3). Perjalanan yang menggunakan Kapal Layar Motor Menami ini bertujuan mendata keadaan terumbu karang dan perikanan sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat.

“Para peneliti akan menjalani ekspedisi selama 15 hari,” kata Koordinator Nasional Sains Konservasi Kehidupan Laut WWF Indonesia Estradivari, di Kalabahi, Alor, Nusa Tenggara Timur. WWF Indonesia merupakan organisasi penggerak ekspedisi setiap tiga tahun ini.

Sejumlah peneliti juga berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor, serta lembaga swadaya masyarakat Reef Check. Terdapat pula penulis blog, ahli videografi, dan ahli telekomunikasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rute perjalanan dua pekan itu dimulai dari perairan Alor, kembali ke Kalabahi (Kota Kabupaten Alor), kemudian ke Flores Timur, sebelum berakhir di Larantuka.

Ekspedisi terakhir dilakukan tahun 2014. “Kali ini sengaja tidak melibatkan kementerian karena kami ingin meningkatkan kapasitas staf lokal NTT dan Alor. Mereka yang setiap hari harus berhadapan dengan konservasi Suaka Alam Perairan Selat Pantar dan Suaka Alam Perairan Flores Timur,” ujar Estradivari.

Menurut data WWF Indonesia tahun 2014, tutupan karang keras dan karang lunak di Selat Pantar adalah 51,5 persen. Artinya sangat baik. Adapun di Flores Timur tutupan karangnya ialah 43 persen, berarti sedang.

Meluncurkan aplikasi
Sehari sebelumnya, WWF Indonesia meluncurkan aplikasi Marine Buddies yang bertujuan agar wisatawan bisa turut serta memantau konservasi wilayah bahari Indonesia. “Ada 165 kawasan konservasi bahari yang terdaftar di dalam aplikasi Marine Buddies,” kata Koordinator Kampanye Kelautan dan Perikanan WWF Indonesia Dwi Aryo Ciptohandono di Alor, NTT.

Aplikasi itu sejak 2 Maret 2017 sudah bisa diunduh di Google Playstore dengan telepon pintar berbasis Android. (DNE)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Ekspedisi Alor-Flores Timur Dimulai”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB