Konferensi Peneliti Muda; Pelajar Indonesia Raih Lima Medali

- Editor

Senin, 27 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lima pelajar Indonesia berprestasi dalam Konferensi Internasional Peneliti Muda 2015 di Turki. Mereka menyabet satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu.

Kelima pelajar itu menyisihkan 500 pelajar Indonesia dalam seleksi sejak Juli 2014. “Seleksi awal di 11 provinsi, lalu tingkat nasional, dan terpilih lima pelajar,” kata kepala rombongan Indonesia Monika Raharti dihubungi dari Jakarta, Sabtu (25/4).

Medali emas dari kategori Environmental Science diraih Nausheen Bhat, siswa kelas XII Spins International School Surabaya. Risetnya tentang kulit buatan dari lidah buaya yang bisa dijadikan bahan pelapis dompet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Siswi SMA Santa Laurentia Tangerang, Banten, Natasya Sulistyo, meraih perak dari kategori Life Science melalui riset pemanfaatan pare (sayuran) untuk pengobatan diabetes.

Adapun dua perunggu dari kategori Environmental Science diraih Albertus Magnus Aryatama, siswa SMA Tri Mulya Bandung, dan Wisnu Murti Sri Budiarto, siswa SMA Adria Pratama Mulya, Tangerang. Aryatama meneliti pemberantasan hama memanfaatkan serangga, sedangkan Wisnu meriset pewarnaan kain batik memakai bahan alami dari secang, kunyit, dan daun suji.

Satu perunggu lagi diraih Christopher Andrew dari kategori Fisika. Siswa SMA Gloria 1 Surabaya itu membuat alat pengukur tinggi tanaman yang dapat memberi akurasi lebih baik dan dapat digunakan di ruang gelap.

Dihubungi dari Jakarta, Natasya mengatakan, ia bersyukur bisa berprestasi. Dibantu para pendamping, ia sempat ganti tema riset. “Awalnya, saya meneliti pemanfaatan ekstrak karet untuk membasmi cacing di usus ayam. Namun, para pendamping menilai riset itu sulit diaplikasikan. Apalagi panitia setempat tidak mengizinkan praktik riset menggunakan hewan hidup,” ujarnya.

Sebelum berangkat, kata Monika, para peneliti dari Center For Young Scientists serta beberapa dosen Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Parahyangan Bandung mendampingi para calon peserta olimpiade.

Mereka mempertajam penelitian pelajar. Tujuannya, para peneliti muda itu lebih matang mempresentasikan hasil riset.

Menurut Monika, kelima pelajar berangkat tanpa bantuan dana dari pemerintah pusat. “Para peserta membayar pribadi,” katanya. Ia beberapa kali mendatangi kantor kementerian dan mengirim surat audiensi, tetapi tak satu pun berhasil. (GER)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 April 2015, di halaman 14 dengan judul “Pelajar Indonesia Raih Lima Medali”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB