Komputasi Awan dan Kecerdasan Buatan Kembangkan Usaha Rintisan

- Editor

Jumat, 21 September 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perusahaan rintisan dapat berhemat hingga miliaran rupiah jika menggunakan layanan komputasi awan. Selain dapat mengurangi biaya investasi dan perawatan perangkat keras secara signifikan, komputasi awan juga menawarkan sistem pengelolaan data yang dijalankan kecerdasan buatan.

Kedua hal itu dipercaya membuat perusahaan rintisan memiliki lebih banyak waktu dan sumber daya untuk fokus mengembangkan layanan. Perusahaan rintisan perlu lincah berinovasi agar tak mati digilas persaingan yang semakin ketat.

”Dengan menggunakan layanan komputasi awan, kami bisa fokus pada apa yang seharusnya dipikirkan manusia,” kata CEO Halodoc Jonathan Sudharta, Kamis (20/9/2018). Menurut dia, komputasi awan memungkinkan perusahaan mula berkembang lebih cepat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

PANDU WIYOGA UNTUK KOMPAS–CEO Halodoc Jonathan Sudharta menjadi pembicara dalam acara Amazon Web Service Startup Day, Kamis (20/9/2018).

Berbagai layanan komputasi awan yang tersedia memungkinkan pengusaha menyimpan dan menganalisis data tanpa perlu memiliki perangkat keras dan staf khusus. Pada era data besar (big data), perkembangan usaha ditentukan seberapa cepat perusahaan itu mampu membaca tren pasar melalui data yang terkumpul.

PANDU WIYOGA UNTUK KOMPAS–Direktur Utama Teknologi Amazon Werner Vogels

”Sebelum ada layanan komputasi awan, dibutuhkan dana triliunan rupiah untuk mendirikan perusahaan teknologi. Sekarang, Anda hanya perlu dana ratusan juta untuk bisa membangun unicorn,” kata Direktur Utama Teknologi Amazon Werner Vogels.

Werner menyatakan, selama 10 tahun belakangan, ia melihat banyak perusahaan rintisan jatuh bangkrut akibat tak memiliki rencana pengembangan usaha yang jelas. Dari banyak kasus yang terjadi, perusahaan rintisan yang sedang mulai berkembang terlalu banyak menghabiskan waktu mengurusi hal teknis.

”Banyak fokus sama dengan tidak fokus,” ucap Werner. Bagi Werner, pengusaha rintisan sudah waktunya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan mempercepat perkembangan bisnis.

Ancaman kecerdasan buatan
Ketakutan sejumlah orang bahwa kecerdasan buatan akan menggantikan manusia, menurut Werner, tidak sepenuhnya benar. Seperti alat ciptaan manusia lainnya, semuanya bergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkannya.

”Jika tak ada kecerdasan buatan yang membantu mengolah data, kemungkinan besar kami sudah lama bangkrut karena tak punya cukup modal untuk berinvestasi di segmen itu,” ujar Jonathan. Ia menyatakan, kecerdasan buatan membuat mereka bisa fokus mengerjakan apa yang tak mampu dikerjakan mesin, yaitu berinovasi.

Direktur Amazon Web Service ASEAN Nick Walton mengatakan, ketakutan terhadap kecerdasan buatan disebabkan ketidakmauan untuk berubah. Menurut Nick, hal itu wajar terjadi setiap muncul penemuan baru yang mengguncang tatanan lama.

Konsep kecerdasan buatan dirancang membantu manusia mengerjakan penghitungan rumit skala besar dalam waktu singkat. Pada intinya, kecerdasan buatan membuat manusia tak harus melakukan pekerjaan berulang. Dengan begitu, diharapkan manusia dapat memanfaatkan waktu luang yang tersedia untuk berinovasi.

Sama seperti ahli teknologi lainnya, Werner juga beranggapan kecerdasan buatan merupakan bagian dari perubahan yang tak terelakkan. ”Tak perlu terlalu khawatir karena kreativitas seorang manusia tak bisa disamai mesin,” ucapnya. (PANDU WIYOGA)–ADHI KUSUMAPUTRA

Sumber: Kompas, 20 September 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB