kependudukan; Kelembagaan KB Perlu Diperkuat

- Editor

Sabtu, 30 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Program kependudukan dan Keluarga Berencana mengalami stagnasi selama satu dekade terakhir. Oleh karena itu, peran kelembagaan yang menangani masalah kependudukan perlu diperkuat.

Ketua Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (Ipadi) Pusat Prijono Tjiptoherijanto menyatakan hal itu dalam seminar ”Pembangunan Berwawasan Kependudukan Menuju Penduduk Indonesia Berkualitas”, Kamis (28/8), di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah.

Angka kelahiran total (TFR) atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan perempuan Indonesia pada 2002-2012 tetap tinggi, yakni 2,6. Tingkat pemakaian kontrasepsi pun tidak ada kemajuan berarti dalam satu dekade terakhir, hanya naik 2 persen dari 60 persen menjadi 62 persen. Padahal, warga yang ingin memakai kontrasepsi, tetapi tak bisa dilayani mencapai 9 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prijono mengingatkan, tanpa upaya serius, potensi penduduk sebagai modal pembangunan hanya akan menjadi jargon. ”Masalah kependudukan luas dan berat sekali. Urbanisasi, eksploitasi, dan perubahan iklim merupakan dampak perkembangan penduduk tak terkendali,” tuturnya.

Maka dari itu, kelembagaan yang mengurusi program KB perlu diperkuat. Lembaga nasional yang menangani KB lebih baik setingkat kementerian. Saat ini, lembaga yang mengurusi program KB di daerah tak jelas karena banyak yang digabung dengan lembaga lain.

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wendy Hartanto mengatakan, upaya penurunan angka kelahiran dalam satu dekade terakhir gagal. Akibatnya, pertumbuhan jumlah penduduk naik menjadi 1,49 persen, lebih tinggi dari kurun 1990-2000, yakni 1,45 persen.

Hal itu disebabkan program KB belum jadi prioritas pemda. Padahal, seiring otonomi daerah, urusan KB diserahkan kepada kabupaten/kota. Ironisnya, tenaga penyuluh KB di daerah terus berkurang, dari 40.000 orang kini jadi sekitar 15.000 orang.

Rektor Universitas Sebelas Maret Ravik Karsidi mengatakan, pemda harus menyadari tantangan terkait kependudukan yang kian besar. Karena itu, tiap daerah harus sadar, masalah kependudukan tidak hanya mengendalikan jumlah penduduk, tetapi juga membangun mutu sumber daya manusia. (RWN)

Sumber: Kompas, 30 Agustus 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB