Kembangkan Wawasan Mahasiswa secara Lintas Bidang Ilmu

- Editor

Kamis, 26 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perguruan tinggi tidak cukup sekadar mencetak lulusan bergelar sarjana, master, dan doktor. Sesuai Nawacita, perguruan tinggi Indonesia dituntut untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan yang berkompetensi tinggi sehingga terserap dunia kerja dan menghasilkan inovasi bermutu.

Staf Ahli Bidang Akademik, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Paulina Panen dalam diskusi pendidikan tinggi bersama media yang digelar Sampoerna University di Jakarta, Rabu (25/10), mengatakan, tenaga kerja lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 11 persen. Bandingkan dengan Malaysia yang 20 persen. Daya saing tenaga kerja Indonesia dinilai belum memuaskan karena produktivitas rendah, tetapi bayaran dianggap mahal.

Jika mengacu pada negara maju, tenaga kerja berpendidikan menengah dan tinggi mendominasi. Sebaliknya, di Indonesia komposisi terbesarnya berpendidikan rendah sekitar 60 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, perguruan tinggi tidak boleh senang hanya karena mampu menghasilkan banyak lulusan. “Sebab, lulusan harus bisa terserap di dunia kerja sesuai dengan kompetensi yang disiapkan,” kata Paulina.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk kecerdasan buatan, kata Paulina, menyebabkan perubahan dalam dunia industri semakin canggih. Lulusan perguruan tinggi harus mengisi pekerjaan yang sebelumnya tidak ada. “Juga harus bersaing dengan robot karena banyak pekerjaan yang sudah bisa dilakukan robot,” kata Paulina.

Berdasarkan Indeks Daya Saing Global yang dirilis Forum Ekonomi Dunia tahun 2017 dari aspek indikator pendidikan tinggi dan pelatihan, Indonesia di urutan ke-64 dari 137 negara. Adapun dari ukuran pasar yang berarti Indonesia menjadi konsumen barang jasa dan inovasi dari negara lain ada di urutan ke-9.

Paulina mengatakan, pembelajaran di perguruan tinggi tak bisa hanya di ruang kelas, harus sejalan dengan penelitian dan perkembangan industri.

Rektor Sampoerna University Wahdi Salasi April Yudhi mengatakan, perguruan tinggi ditantang menghasilkan inovasi, menyiapkan tenaga kerja dan wirausaha yang sesuai perkembangan dunia usaha, serta mampu mendapatkan penghasilan dari sumber lain sesuai potensi perguruan tinggi.

Pemimpin Akademi Sampoerna School System Marshall E Schott mengatakan, pendidikan generasi muda Indonesia harus dikembangkan dengan mengikuti standar internasional. “Ukurannya bukan hanya karena belajarnya berbahasa Inggris, melainkan pendidikan mengacu pada praktik baik yang dilakukan institusi pendidikan secara internasional,” ujar Marshall.

Lintas bidang
Menurut Marshall, Indonesia harus menyiapkan generasi muda yang mampu hidup dalam dunia global yang kompleks. Kompetensi abad ke-21 yakni kreativitas, komunikasi, berpikir kritis, dan kolaborasi, menjadi penting dikuasai.

“Komunitas akademik dan industri di Indonesia harus terhubung dengan baik dan berkolaborasi. Lulusan perguruan tinggi harus disiapkan untuk mampu bekerja lintas ilmu. Mahasiswa diberi kesempatan memperkaya wawasan dengan bidang ilmu lain,” ujar Marshall.

Dalam pengukuran perguruan tinggi di tingkat internasional, reputasi akademik secara keseluruhan dan reputasi kualitas tenaga pendidik termasuk unsur penting. (ELN)

Sumber: Kompas, 26 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB