Jumlah Titik Panas Menyerupai pada 2015

- Editor

Selasa, 24 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah titik panas dalam kebakaran tahun ini sudah menyerupai pada tahun 2015. Padahal, potensi kebakaran juga masih sangat tinggi karena kemarau masih belum berakhir dan, berdasarkan tren tahun 2015, intensitas kebakaran memucak pada September dan Oktober.

”Sejauh ini penanganan dengan pengeboman dengan helikopter tidak efektif. Banyak lahan yang disiram dengan heli apinya tidak padam. Sementara itu, operasi modifikasi cuaca berhasil menurunkan hujan di empat provinsi, yaitu Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan, tetapi api juga tidak serta-merta padam,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, di Jakarta, Senin (23/9/2019).

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN–Pekatnya asap kebakaran lahan di Kabupaten Muaro Jambi telah berdampak banyak korban jatuh sakit. Tampak tim Palang Merah Indonesia Provinsi Jambi memberi bantuan pengecekan kesehatan dan bantuan pengobatan bagi para korban terpapar asap di Desa Puding, Kecamatan Kumpeh, Minggu (22/9/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Doni, sulitnya pemadaman disebabkan luasnya lahan gambut yang terbakar. Data yang dikompilasi BNPB dari sejumlah lembaga lain terkait, jumlah titik panas sampai hari Senin sore mencapai 3.150 titik.

Berdasarkan tren jumlah dan sebaran titik api, disebut kondisi kebakaran hutan kali ini sudah menyerupai kejadian tahun 2015. Titik api di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jambi cenderung lebih banyak jumlahnya dibandingkan tahun 2015. Sementara titik api di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan lebih sedikit dibandingkan 2015.

Adapun luas lahan yang terbakar hingga akhir Agustus 2019 telah mencapai 328.724 hektar (ha), dengan 27 persen atau 89.563 ha-nya merupakan lahan gambut, dan 73 persen atau 239.161 ha-nya merupakan tanah mineral.

Dari fungsi kawasan, lahan yang terbakar mayoritas berupa hutan produksi, yang mencapai 47 persen, areal penggunaan lain 36 persen, hutan lindung 10 persen, dan hutan konservasi 7 persen.

–Tren jumlah titik panas pada 2019 sudah menyerupai tahun 2015. Sumber: BNPB

Kualitas udara
Kabut asap kali ini juga memang parah dan kualitas udara di beberapa kota dalam tingkat berbahaya, tetapi dibandingkan tahun 2015 masih jauh lebih baik.

Menurut Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), konsentrasi maksimum partikel pencemar di bawah 10 mikron (PM 10) di Kalimantan pada 2015 bisa mencapai lebih dari 3.000 mikrogram per meter kubik, sedangkan di Sumatera saat itu terdeteksi PM 10 mencapai 800 mikrogram per meter kubik.

”Pada kejadian tahun ini, baik di Sumatera maupun Kalimantan belum ada yang melebihi 700 mikrogram per meter kubik,” kata Siswanto.

Sekalipun demikian, dia mengingatkan, tingkat kerentanan kebakaran tahun ini masih tinggi karena musim kemarau masih berlangsung. Data pada tahun 2015 juga menunjukkan bahwa puncak kebakaran terjadi pada September dan Oktober.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 23 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB