indikasi geografis; Kopi Berpeluang Besar, tetapi Belum Dioptimalkan

- Editor

Jumat, 6 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indikasi geografis dalam skema hak kekayaan intelektual belum dimanfaatkan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu yang potensial adalah komoditas kopi.

”Masyarakat yang memperoleh hak kekayaan intelektual indikasi geografis kopi terlebih dahulu harus mendaftarkan ke negara-negara pengonsumsi kopi yang menggunakan nama yang sama,” kata Direktur Kerja Sama dan Promosi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Timbul Sinaga, Kamis (5/12), di Jakarta.

Komoditas kopi yang memperoleh hak kekayaan intelektual indikasi geografis antara lain kopi gayo (Aceh), kintamani (Bali), enrekang (Sulawesi Selatan), dan kopi jawa yang lebih dikenal sebagai java coffee. Indikasi geografis ini tak ubahnya sama dengan merek atau jenis kekayaan intelektual lainnya.

Dalam skema hak kekayaan intelektual global, lembaga komersial di sebuah negara yang menggunakan produk dari daerah tertentu sekaligus menyebut namanya wajib berbagi keuntungan dengan masyarakat lokal. Namun, itu harus didahului pendaftaran sebagai dasar klaim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

logo_ig_kopigayo1Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual terakhir memberikan sertifikat indikasi geografis untuk java coffee pada 29 November 2013 untuk masyarakat di pegunungan Ijen-Raung di Jawa Timur. Saat ini java coffee termasuk terbanyak dikonsumsi di Amerika Serikat, tetapi pengekspor kopi arabika dengan label java coffee itu dari negara lain seperti Vietnam.

”Kopi gayo banyak dikonsumsi di Eropa dan Amerika Serikat. Namun, belum ada pendaftaran ke negara-negara bersangkutan untuk mendapat perlindungan kekayaan intelektual indikasi geografis itu,” kata Timbul.

Menurut Candra N Darusman, Deputi Direktur Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), kondisi yang dialami di Indonesia juga terkait lemahnya pemasaran. ”Pemasaran menjadi kunci keberhasilan menjadikan berbagai kekayaan intelektual bernilai ekonomi,” kata Candra.
(NAW)

Sumber: Kompas, 6 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB