Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat

- Editor

Senin, 28 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Firman Allah dalam Al Quran: “Katakanlah Samakah orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan” (Surat Az-Zumar ayat 9).

Penghidupan modern dewasa ini banyak didasarkan pada ilmu pengetahuan. Kita beradab sebah kita memiliki pengetahuan ilmiah mengenai dunia yang kita diami.

Makanan yang kita makan, pakaian yang kita pakai, dan rumah yang kita diami adalah hasil dari pengetahuan kita yang kian bertambah selama ribuan tahun mengenai dunia ini. Jam weker yang membangunkan anda memerlukan ratusan tahun ilmu pengetahuan untuk memperkembangkannya. Lampu Iistrik, bis kota, pesawat radio dan televisi, serta pesawat udara yang menderu di angkasa, semuanya adalah hasil dari pemikiran dan penyelidikan ilmiah selama berabad-abad. Melalui ilmu pengetahuan manusia belajar mengenai diit dan vitamin, mengenal kuman-kuman dan antibiotik, serta banyak lagi hal-hal yang memainkan peranan dalam kesehatan kita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

llmu adalah pengetahuan, dan sebagaimana dikatakan ahli falsafah Inggris Francis Bacon kira-kira 350 tahun yang Ialu: Pengetahuan adalah Kekuasaan.

Tidak semua pengetahuan Itu llmu
Dunia penghidupan kita sehari-hari penuh pengetahuan mengenai bermacam-macam fakta. Kita tahu nama ratusan orang. Ada di antara kita yang langsung dapat menandai bermacam model mobil dengan sekali pandang. Banyak pecandu bola yang tahu kedudukan kesebelasan-kesebelasan sepak bola dalam kompetisi Galatama dari sehari ke sehari. Yang lain-lain dapat menyebut nama ibukota segala negara. Tapi pengetahuan yang seperti ini bukanlah ilmu.

Buku petuniuk telepon memuat ratusan ribu keterangan, tapi ini tidaklah menjadikannya suatu buku ilmu pengetahuan. Namun pengetahuan lebih banyak lagi daripada sekedar pengetahuan mengenai fakta-fakta, betapapun banyaknya fakta itu, betapapun banyaknya yang diketahui itu dan betapapun benarnya masing-masing fakta itu.

Jenis Pengetahuan Yang Disebut llmu
Pengetahuan menjadi ilmiah, bila fakta-fakta yang didapat disusun dengan cara yang menunjukkan bagaimana fakta-fakta itu berhubungan satu sama lain.

Ilmu pengutahuan memandang lebih jauh. la mencari kaidah-kaidah umum yang menjelaskan hubungan antara fakta-fakta. Lalu kaidah-kaidah ini dirumuskannya berupa teori-teori dan hukum-hukum. llmu pengetahuan bukan hanya memperhatikan apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi.

Dalam usahanya memberikan penjelasan ilmu pengetahuan me!angkah melalui banyak tahap. Pertama digambarkan apa yang terjadi dan bagaimana keadaan sesuatu. Lalu ilmu pengetahuan mencoba mejelaskan sebab-sebabnya sesuatu itu demikian keadaannya. Selagi penyelidikan dan penemuan berjalan terus, jawaban-jawaban yang mula-mula tampaknya mudah, mungkin ternyata sungguh-sungguh rumit. Cohtoh bagaimana ilmu pengetahuan mencapai kemajuan dapat dilihat dalam sejarah dua jenis ilmu pengetahuan yang berbeda-beda, seperti astronomi dan biologi.

Ribuan pengamat di Mesir dan Babilonia kuno memperhatikan perubahan-perubahan dalam posisi bintang-bintang. Mereka melihat bintang-bintang itu terbit semakin dini setiap malam dalam gerakannya menjelajah angkasa dari timur ke barat. Namun, sesudah hampir kira-kira 365 hari bintang-bintang itu kembali lagi di tempat yang sama pada waktu yang sama. Demikianlah lahirnya gagasan tahun dan orang dapat membuat kalender. Dengan kalender ia dapat meramalkan musim-musim. la tahu bila air Sungai Nil membanjir melewati pinggirnya, dan bila hujan akan turun. Dengan adanya pengetahuan mengenai bintang orang dapat Iebih pasti melayari Iautan, sebab ia mengetahui di mana ia kira-kira berada, demikian juga ke mana arahnya berlayar.

Dalam usahanya menyelidiki angkasa orang-orang dahulu kala menemukan beberapa ’bintang’ yang gerakannya sama sekali tidak menyerupai gerakan yang lain-lain. Bangsa Yunani menamkannya “planetes” (yang berarti “pengembara-pengembara”) yaitu asal perkataan kita planit. Planit –planit ini diberi nama-nama yang berasal dari mitologi, seperti Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus,. Garis edarnya diikuti dan dicatat sewaktu mereka bergerak di antara bintang-bintang. Masing-masing ternyata mempunyai garis edar ysng jelas dan jangka waktunya sendiri sewaktu menjelajah ruang angkasa.

Gerhana matahari dan bulan diteliti, sehingga orang cukup pengetahuannya untuk meramalkan bila gerhana akan terjadi.

Semua pengamatan ini dicatat dengan baik sekali oleh Ptolemeus, seorang Yunani yang tinggal di Iskandariah pada abad kedua Masehi. Gerakan benda-benda angkasa itu dilukiskan dan dirumuskan dalam bentuk matematika, sehingga dapat diramalkan. Namun ini belumlah merupakan ilmu pengetahuan sepertI yang kita kenal sekarang. Apa sebenarnya yang terjadi di antariksa? Apa yang bergerak? Bagaimana? Mengapa? Pertanyaan-pertanyaan baru harus diajukan dan makan waktu hampir 1500 tahun untuk menanyakannya. Bintang-bintang itu apa sebenarnya? Dan apa planit-planit? Berapa besar bintang dan planit itu dan berapa jauh dari kita? Apakah matahari dan bintang-bintang beredar setiap hari sekeliling bumi? Ataukah bumi yang berputar pada sumbunya? Apakah posisi bintang-tintang berubah dari bulan ke buIan, karena mereka terlekat pada suatu bola yang berputar sekali setahun sekitar bumi? Atau bumi sendirikah yang berputar sekeliling matahari bersama planit-planit Iain?

Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan oleh orang-orang seperti Capernicus, Kepler, Bruno dan Galileo, yang berusaha memberikan jawabannya. Lalu Iahirlah astronomi modern.

Astronomi yang lama hanya menggambarkan rupa benda-benda di angkasa. Astronomi baru –ilmu pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi– memperkembangkan hukum-hukum umum mengenai gerakan planit yang menjelaskan hubungan antara fakta-fakta yang kelihatan itu. Akhirnya ilmu astronomi memungkinkan manusia membuka zaman baru, zaman diadakannya percobaan-peroobaan dengan pesawat-pesawat angkasa yang memungkinkan manusia menjelajah antariksa.

Kisah yang sama dapat diceritakan daIam bidang biologi atau ilmu hayat. Selama beberapa ribu tahun manusia memberikan nama kepada bagian-bagian tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan menggambarkan organ-organnya. Baru kemudian ditemukan hubungan antara bagian-bagian itu satu sama Iain. Pada abad ke-17 manusia menemukan, bahwa jantung memompa darah melalui urat-urat menurut suatu sistem peredaran darah. Pada abad ke-19 orang mengetahui sedikit tentang bagaimana otak sebenarnya bekerja dalam sistem saraf pusat. Manusia juga mempelajari bagaimana otak berfungsi sebagai organ untuk berpikir.

Di lapangan bioiogi yang lain manusia menggolong-golongkan tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan memberi nama kepada ribuan jenis dan variasi. Tapi ini hanyalah daftar benda-benda hidup di muka bumi sampai tiba zamannya Charles Darwin. Ia dapat menjelaskan keanekaragaman benda-benda hidup dengan teori evolusinya melalui seleksi aIamiah. Darwin menunjukkan bahwa antara kelompok-kelompok binatang ada hubungan. Diperlihatkannya, bahwa bintang-binatang yang mempunyai struktur yang sama ada hubungannya satu sama Iain, karena berasal dari Ieluhur yang sama.

Prinsip yang asasi ialah, bahwa ilmu pengetahuan bukanlah hanya pengetahuan mengenai fakta belaka. llmu pengetahuan ialah proses penemuan hubungan antara fakta-fakta satu sama lain serta hukum-hukum umum yang menjelaskannya.

Metode-metode llmu Pengetahuan
Kita keliru bila kita menyangka, bahwa hanya ada satu metode ilmiah. Metode yang menambah pengetahuan kita banyak dan bermacam-macam. Metode-metode ini berubah dengan ditemukannya alat-alat baru untuk pengamatan, teknik-teknik baru untuk bereksperimen, dan alat-alat teori baru seperti kalkulus. Juga metode sains yang satu dengan sendirinya berbeda dengan metode sains yang lain. Tetapi beberapa binsip berlaku untuk semua ilmu pengetahuan.

Pertama-tama, seseorang harus meIihat suatu masalah, harus mengajukan pertanyaan yang berarti. Tidak semua pertanyaan ada artinya bagi sains.

Bila seseorang bertanya berapa jumlah bintang di langit atau berapa banyaknya butir pasir di suatu pantai, lalu menghitungnya ia sama sekali tidak melakukan sesuatu yang ilmiah.

Kebanyakan orang tidak pernah melihat masalah-masalah ilmiah. Mereka menganggap hal-hal sekitarnya wajar saja. llmuwan-ilmuwan sebaliknya menanyakan bagaimana dan mengapa sesuatu itu demikian atau terjadi sebagaimana yang kelihatan. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: Bernafas itu apa dan mengapa kita harus bernafas? Apakah udara bahan atau zat yang mengambil tempat? Apa yang menyebabkan burung-burung pindah daerah, dan bagaimana mereka menentukan arahnya? Dari mana asal pasir di pantai? Mengapa anak-anak menyerupai orang tuanya? Dari mana matahari mendapat panas dan cahayanya?

Mengajukan masing-masing pertanyaan ini merupakan Iompatan ilmiah ke depan.

Sesudah pertanyaan datanglah penyelidikan. Kita melihat sesuatu, lalu kita kumpulkan fakta-fakta mengenai ini. Taroklah kita bertanya, “Bagaimana caranya tumbuhan menjalar memanjat?” Mula-mula kita perhatikan tanaman itu, IaIu kita lihat, bahwa ia memanjat dengan berbagai cara. Ada yang kita lihat melekat dengan akar atau carang atau daun, sedang yang lain melilit untuk bertopang.

Umpamakan sekarang kita ingin mengetahui, bagaimana tumbuhan menjalar melilit sekitar benda penopangnya. Kita mulai dengan memusatkan perhatian kita pada satu jenis tanaman itu. Kita lihat ujung tanaman itu bergerak keliling sewaktu tumbuh dan membuat satu putaran dalam 2 jam umpamanya. Sekarang timbul pertanyaan-pertanyaan baru dalam kepala kita. Apa yang mempengaruhi jangka waktu ini? Apakah pengaruh suhu? Apakah ada hubungannya dengan cahaya?

Kita harus membuat peroobaan-parcobaan untuk menemukan jawabannya. Umpamakan kita ingin mangetahui apakah suhu ada hubungannya dengan gerakan meIilit itu. Maka tanaman itu mungkin kita tempatkan di suatu tempat yang suhu sekitarnya kira-kira 32 derajat Celsius. untuk mengetahui apakah panas itu menyebabkan tanaman itu bergerak lebih cepat. Tapi ini tidak dapat kita namakan suatu eksperimen, kecuali bila tanaman itu kita bandingkan dengan tanaman lain yang ditempatkan daIam suhu sedang, sepanas kira-kira 22 derajat Celsius.

Suatu eksperimen harus mempunyai alat pengontrol. Sebagian dari eksperimen itu di mana terdapat sesuatu, harus dibandingkan dengan bagian lain di mana sesuatu itu tidak ada. Apakah sesuatu obat menyembuhkan kita? Apakah kita seyogianya sembuh juga tanpa obat itu? Tidak ada yang terbukti, sampai hal itu diuji dengan menggunakan alat pengontrol.

Dari percobaan dengan tanaman menjalar itu kita ketahui, bahwa bukannya suhu maupun cahaya yang menyebabkannya melingkar. Faktor yang menentukan ternyata adalah gaya berat. Sebuah tumbuhan menjalar tidak bisa melingkar ke bawah atau ke samping. Ia hanya dapat naik ke atas melawan kekuatan gaya berat. Kita masih saja tidak mengetahui dengan tepat apa yang menyebabkan sebuah batang berputar dan melilit, tapi kita dapat terus mengajukan jawaban-jawaban yang mungkin atau hipotese mengenai itu. Untuk menguji hipotese-hipotese ini kita harus melakukan lebih banyak percobaan, yang mungkin akan menghasilkan lebih banyak hipotese lagi. Hipotese yang baik selalu menghasiikan fakta-fakta baru, yang selanjutnya menghasilkan hipotese-hipotese yang lain pula.

Hasil-hasil Ilmiah Harus Dapat Dihasilkan Berulang ulang
Bila dilaksanakan sebagaimana mestinya percobaan yang serupa harus memberi hasil yang sama kepada siapa saja yang melakukannya di seluruh dunia. Percobaan itu harus dapat diulang oleh penyelidik-penyelidik yang kompeten. Tidak ada ketentuan, bahwa penyelidik itu harus mempunyai bakat-bakat khusus, sekalipun banyak penyelidik yang memilikinya, Yang diperlukan hanyalah, bahwa ia mempunvai pancaindera yang normal dan menggunakannya untuk memperhatikan atau melaksanakan percobaan itu.

Ketika pada tahun 1572 sebuah bintang tiba-tiba muncul, sarjana-sarjana di seluruh Eropa saling berkirim surat melaporkan pengamatannya, dan menanyakan apa yang dilihat sarjana-sarjana lain tentang posisi, kecemerlangannya dan lain sebagainya. Mereka menganggap wajar, bahwa bila pancainderanya bekerja dengan baik, dan mereka menggunakan alat-alat yang baik, semua pengamat akan melihat hal yang sama, sehingga dengan demikian dapat saling membenarkan.

Bila percobaan-peroobaan di negara yang satu menunjukkan, bahwa kecepatan cahaya secara kasar adalah 300.000 km/detik, secara ilmiah penemuan ini tidak dianggap sah, sampai diulang oleh sarjana-sanrjana di bagian-bagian lain dunia dengan hasil yang sama.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan sains tidak berlangsung, secara merata, Di antara banyak bangsa dan negara sains sedikit sekali atau sama sekali tidak berkembang. Dalam kalangan satu bangsa pun ia dapat berkembang dengan pesat, kemudian terdiam selama berabad-abad. Sejarah sains barulah akhir-akhir ini menjadi semacam sejarah tersendiri pula.

Satu hal telah jelas. Pertumbuhan sains rapat hubungannya dengan cara manusia mencari nafkahnya. Agar sains dapat berkembang, harus ada Iaki-Iaki atau perempuan yang bebas untuk melakukan agak lebih daripada berjuang untuk mendapat nafkah pakaian dan tempatnya berlindung. Sebaliknya pula, bila penghidupan terlampau mudah dan tenaga kerja begitu banyaknya, sehingga mesin-mesin atau alat-alat yang memudahkan pekarjaan tidak diperlukan lagi, maka tidak ada perhatian untuk memperkembangkan teknik yang memudahkan pekerjaan dan meningkatkam produktivitas tenaga kerja.

Suatu contoh yang menyolok mengenai hubungan sains dan masyarakat ditemukan dalam penggunaan sumber-sumber tenaga bukan-manusia. Pada zaman Yunani dan Romawi sarjana-sarjana menemukan, bahwa uap dapat digunakan untuk memutar sebuah turbin, tapi turbin hanya mereka gunakan sebagai mainan. Banyaknya tersedia tenaga budak melenyapkan setiap perangsang untuk memperkembangkan mesin-mesin penghemat tenaga kerja. Tapi di Eropa pada abad ke-18 keadaan sosial dan ekonomi sangat berlainan. Persediaan tenaga keria terbatas dan harus dibayar. Sebab itu banyak orang di lnggris dan Jerman berusaha mencari jalan memanfaatkan tenaga uap untuk menjalankan mesin. Mesin-mesin itu diperlukan untuk memompa air dari dalam tambang atau untuk irigasi, sebagai perkakas tenun untuk menenun kain, dan sebagai alat pengangkutan yang lebih cepat dan lebih baik. Ketika itu dirasakan perlunya meningkatkan pengetahuan, baik yang teoretis maupun yang praktis. Masyarakat yang sudah puas benar dengan pengetahuan yang dimilikinya tidak menganggap perlu meningkatkan produksinya dengan menggunakan alat-alat atau mesin-mesin yang Iebih baik. Maka teknologi dan ilmu pengetahuan pun tidak dapat berkembang.

Dewasa ini semua bangsa dan negara mengetahui, bahwa mereka tidak dapat mempertahankan hidupnya, apalagi mencapai kemajuan, tanpa memiliki ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menghasilkan cukup makanan, untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan untuk membuat bahan-bahan yang diperlukan untuk perumahan yang baik, pakaian dan kesehatan, pendidikan dan kebudayaan.

Sains Harus Obyektif
Salah satu penghalang terbesar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pendekatan yang ilmiah
terhadap dunia ialah kurangnya sifat obyektif.

Bangsa Yunani kuno meletakkan banyak di antara dasar-dasar ilmu pengetahuan modern. Tapi mereka lebih berminat untuk menginterpretasikan dunia sesuka hatinva, daripada mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan benda-benda sekitar kita. Plato umpamanya beranggapan, bahwa bila kita mengetahui bagaimana keadaan yang “ideal” atau “terbaik” untuk sesuatu, maka kita pun mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Maka kita pun hanya perlu mengetahui apakah bumi sebaiknya bundar atau datar, dan kita pun tahu keadaan bumi yang sebenarnya.

Aristoteles, seorang murid Plato, yang berontak terhadap gurunya dan banyak sumbangannya pada ilmu pengetahuan demikian pulalah jalan pikirannya. Benda-benda angkasa itu agung, katanya. Benda-benda yang agung sempurna. Bentuk yang sempurna ialah bola atau bundaran. Oleh sebab itu benda-benda angkasa adalah bola-bola yang sempurna.

Hampir 2000 tahun kemudian Galileo harus memerangi pandangan ini ketika ditemukannya, bahwa permukaan bulan bopeng-bopeng ditutupi gunung-gunung yang tinggi dan kepundan-kepundan yang dalam, dan karena itu bukannya bundaran yang sempurna.

Johannes Kepler, ahli bintang Jerman yang besar, juga harus melawan pandangan-pandangan Aristoteles ketika ditemukannya, bahwa garis edar planit bulat panjang dan bukannya bundaran yang sempurna.

Seorang ilmuwan harus berpegang pada fakta-fakta yang didapatnya melaIui pengamatan dan peroobaan-percobaannya, sekalipun tidak coook dengan keinginan atau prasangkanya. IImu pengetahuan bertujuan menemukan kebenaran yang obyektif, bukannya membenarkan prasangka-prasangka, betapapun menyenangkan prasangka ini.

IImu Pengetahuan Urusan Yang Tak Kunjung Selesai
Berabad-abad lamanya sains dianggap sebagai pengetahuan yang boleh dikatakan rampung dan lengkap.

Dalam bentuknya yang singkat berupa buku pelajaran, karya-karya Aristoteles, tabib Galen dan ahli bintang Ptolemeus dianjurkan di universitas-universitas sebagai kebenaran yang tak dapat disangkal. Tetapi revolusi-revolusi iImiah besar dunia modern dari-Copernicus sampai Darwin dan Einstein teIah membuktikan bahwa tidak ada iImu pengetahuan yang rampung, dan bahwa setiap hipotese, teori dan hukum dapat dikesampingkan atau diperbaiki oleh yang baru dan yang Iebih baik. Ilmu pengetahuan bergerak terus dan tak pernah dapat ditetapkan dalam sesuatu kitab pelajaran. Sains terus berkembang dan mencari fakta-fakta baru, hipotese-hipotese baru, dan teori-teori baru yang terus menerus diuji oleh percobaan-peroobaan baru. Sains dinamis sifatnya –selalu berubah, berkembang dan meluas.

Kebanyakan kita bukanlah ilmuwan, dan tidak akan pernah menjadi ilmuwan, tapi kita semuanya harus memahami serba sedikit mengenai sifat ilmu pengetahuan dan menghormati metode para ilmuwan. Dalam pada itu kita harus mengerti, bahwa teori-teori ilmiah tidakIah mutlak benar. Para sarjana dewasa ini menganut teori-teori yang bertentangan satu sama lain mengenai banyak hal, mulai dari apakah alam semesta mempunyai awal permulaan sampai kepada apa asal mulanya penghidupan di bumi ini. Pertentangan, pembicaraan yang tak habis-habisnya dan perdebatan antara para sarjana merupakan keadaan yang wajar dan sehat. llmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang keramat yang tak boleh diganggu gugat, tapi metode-metodenya adalah yang terbaik yang dibuat manusia untuk memahami dunia tempat ia hidup, dunia yang dikuasainya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Masa Depan Sains
Ada orang-orang yang mengeluh, bahwa kita sudah terlampau banyak mempunyai ilmu pengetahuan. Sebenarnya lebih baik dikatakan, bahwa kita belum pernah hampir cukup memilikinya. Kita telah mempelajari sedikit mengenai asal-usul jenis makhluk, namun hanya sedikit mengetahui ke arah mana evolusi manusia bergerak.

Kita lebih banyak mengetahui mengenai inti atom daripada mengenai organisasi sosial manusia. Kita dapat mengorbitkan manusia dalam roket dan merencanakan penyelidikan bulan, namun kita masih belum mengetahui bagaimana memecahkan banyak masalah kemiskinan, penyakit, kenakalan remaja. dan kejahatan-kejahatan, untuk tidak menyebut siksaan manusia yang paling besar: peperangan! Kita lebih banyak mengetahui mengenai penghidupan bermasyarakat untuk manusia.

Masalah-masalah ilmu pengetahuan terbesar tetap terbentang di hadapan kita, yaitu bagaimana caranya sains dapat mengabdi kepada masyarakat untuk memberi penghidupan yang terbaik kepada semua manusia di dunia. Sebelum fajar ilmu pengetahuan menyingsing, manusia hidup seperti binatang, selalu diancam penyakit, binatang buas, kelaparan dan berbagai bencana alam. Manusia juga menghadapi serangan orang-orang Iain yang mencari daerah perburuan atau padang rumput yang baru.

Sains telah memperbaiki penghidupan manusia dengan berbagai cara. Tetapi kekuasaan yang diberikan ilmu pengetahuan kepada manusia dapat digunakan untuk tujuan -tujuan yang baik atau yang buruk .Tenaga atom memungkinkan kita untuk memajukan penghidupan manusia ke tingkatan yang baru. Tenaga itu juga memberi kita kekuatan untuk menghancurkank diri kita sendiri. lni merupakan masalah abad kita. Metode-metode sains yang memberikan kepada kita pengetahuan kita mengenai dunia, harus juga diterapkan pada masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik manusia sebagai ilmu pengetahuan masyarakat. Dengan sepenuhnya menggunakan teknik sains dalam semua lapangan penghidupan dan organisasi sosial apakah manusia dapat menjadi apa yang dinamakan ahli falsafah Perancis pada abad ke-17, Rene Descartes “tuan dan pemilik alam?“ –Is. Dy.

Sumber: Dunia Ilmu, edisi No. 21

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 34 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB