Hadiah Nobel Bagi Pelopor Fisika Laser

- Editor

Rabu, 3 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilmuwan Amerika Serikat, Perancis dan Kanada dianugerahi Nobel Fisika 2018 atas temuan mereka yang merevolusi fisika laser.

Hadiah Nobel Fisika 2018 diberikan kepada tiga ilmuwan yang menemukan pemanfaatan sinar laser untuk berbagai bidang kehidupan. Mereka adalah Arthur Ashkin (96) dari Amerika Serikat, Gérard Mourou (74) dari Perancis dan fisikawan perempuan Kanada, Donna Strickland (59).

Nama-nama pemenang Nobel Fisika 2018 itu diumumkan Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia Göran K Hansson di Solna, Swedia, Selasa (2/10/2018). Turut mendampingi, Ketua Komite Nobel Fisika 2018 Olga Botner dan anggota komite Mats Larsson.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Hadiah Nobel diberikan atas penemuan inovatif mereka di bidang fisika laser,” kata Hansson.

REUTERS–Arthur Ashkin

Ashkin yang masih tercatat sebagai anggota Himpunan Fisika Amerika Serikat (American Institute of Physics) adalah penemu pinset optik. Pinset yang terbuat dari sinar laser dan mampu mengambil partikel, atom, virus, dan sel hidup lainnya itu ditemukan ketika dia masih bekerja di Bell Laboratories, Holmdel, AS pada 1952-1991.

Penemuan pinset optik itu merupakan perwujudan dari impian manusia sejak lama dalam cerita atau film fiksi ilmiah yang ingin memindahkan benda menggunakan cahaya. Selain itu, pinset optik memungkinkan manusia mengamati, memutar, memotong, mendorong, dan menarik benda tertentu dengan cahaya.

Pada 1987, Ashkin yang kini memegang rekor sebagai penerima Nobel tertua, melakukan terobosan. Pinset optik itu digunakan untuk menangkap bakteri hidup tanpa melukainya. Terobosan itu mendorong pemanfaatan pinset optik guna menyelidiki berbagai sistem dan mesin biologi, seperti protein, sistem penggerak molekul, dan asam deoksiribonukleat (DNA).

REUTERS–Gerard Mourou

Sementara Mourou yang berasal dari École Polytechnique (Sekolah Politeknik) di Palaiseau, Perancis dan Universitas Michigan, Ann Arbor, AS bersama Strickland dari Universitas Waterloo, Kanada berperan membuka jalan bagi pemanfaatan pulsasi sinar laser intensitas tinggi dan ultrapendek.

Sinar laser intensitas tinggi dan ultrapendek itu mereka buat menggunakan teknik chirped pulse amplification (CPA). Metode itu dilakukan dengan meregangkan pulsasi sinar laser untuk mengurangi kekuatan puncaknya, hingga kemudian menguatkan dan memadatkannya lagi. Teknik ini membuat intensitas pulsasi sinar laser bisa ditingkatkan secara dramatis.

Dengan teknik itu, sinar laser bisa dimanfaatkan untuk memotong, mengebor atau melubangi berbagai material dengan sangat tepat, termasuk material hidup. Teknik inilah yang digunakan dokter mata di seluruh dunia untuk melakukan operasi korektif mata.

Rangkaian temuan ketiga ilmuwan itu dianggap merevolusi fisika laser. Dengan temuan itu, berbagai proses bisa dilakukan terhadap benda-benda yang sangat kecil dengan cepat. Instrumen sinar laser dengan presisi tinggi itu juga mendorong berbagai riset yang belum banyak dieksplorasi sebelumnya dan memacu banyak aplikasi di sektor medis dan industri.

REUTERS–Donna Strickland

Atas temuannya itu, ketiga ilmuwan diganjar hadiah 9 juta krona atau sekitar Rp 15 miliar. Ashkin mendapatkan separuh dari hadiah tersebut dan sisanya dibagi berdua antara Mourou dan Strickland.

Perempuan ilmuwan

Menanggapi pengumuman tersebut, Strickland yang sebelumnya adalah mahasiswa Mourou mengaku tidak menyangka bakal dianugerahi Nobel Fisika. Diantara berbagai jenis Nobel yang diberikan, kecuali Nobel Ekonomi, perempuan penerima Nobel Fisika paling sedikit.

Strickland adalah perempuan ketiga yang menerima Nobel Fisika sejak hadiah itu pertama kali diberikan pada tahun 1901. Perempuan penerima Nobel Fisika lainnya adalah Marie Curie pada 1903 dan Maria Goeppert-Mayer pada 1963. “Saya merasa terhormat menjadi salah satu penerimanya,” katanya.

Sementara Mourou, saat ini terlibat proyek Extreme Light Infrastructure bersama sejumlah negara Eropa lainnya. Ke depan, proyek yang masih berjalan itu diyakini menghasilkan sinar laser terkuat di dunia untuk mengatasi berbagai masalah mulai dari penanganan limbah nuklir, mengobati tumor hingga membersihkan sampah antariksa.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 3 Oktober 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB