Lebih dari dua puluh tahun sejak pertama kali digelar pada 1999, Habibie Award terus menjadi salah satu penghargaan paling bergengsi di Indonesia bagi insan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Di balik penghargaan itu, tersimpan sebuah cita-cita besar dari sosok yang namanya kini melekat pada semangat inovasi bangsa—Bacharuddin Jusuf Habibie.
Warisan Pemikiran Sang Intelektual-Insinyur
B.J. Habibie kerap diingat sebagai teknokrat jenius yang membawa Indonesia memasuki era kedirgantaraan. Namun di balik ketepatannya berhitung dan ketajamannya menganalisis struktur pesawat, Habibie adalah seorang humanis dan idealis yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai akar peradaban. Ia percaya bahwa kemajuan bangsa tidak lahir dari keberlimpahan sumber daya alam, melainkan dari daya pikir, imajinasi, dan karakter manusia.
Dalam banyak pidatonya, Habibie menegaskan: “Iptek adalah produk budaya manusia. Bangsa yang tidak menguasainya, akan kehilangan martabatnya.”
Kalimat itu bukan sekadar semboyan, melainkan dasar filosofi dibentuknya Habibie Award oleh The Habibie Center pada akhir 1990-an. Penghargaan ini dirancang bukan sekadar sebagai bentuk apresiasi, melainkan sebagai dorongan moral bagi para peneliti, dosen, seniman, dan pemikir bangsa untuk terus melahirkan karya yang berdampak luas bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keluasan Bidang: Dari Fisika hingga Filsafat
Selama lebih dari dua dekade, Habibie Award telah menjangkau berbagai bidang keilmuan. Tidak hanya sains dan teknologi, tetapi juga ilmu sosial, hukum, ekonomi, seni, hingga filsafat dan kebudayaan.
Daftar penerimanya memperlihatkan peta intelektual Indonesia yang kaya dan beragam:
dari Dr. Ir. I Gede Wenten dengan teknologi membran industri, Dr.-Eng. Eniya Listiani Dewi dengan sel bahan bakar ramah lingkungan, Prof. Irwandi Jaswir dengan sains halal, hingga Prof. Adi Utarini dengan riset Wolbachia untuk pemberantasan demam berdarah.
Di sisi lain, ada pula nama-nama seperti WS Rendra, Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, hingga Nyoman Nuarta—seniman dan sastrawan yang menunjukkan bahwa kreativitas dan kebudayaan juga bagian dari kecerdasan bangsa.
Bidang-bidang itu, meski berbeda pendekatan, memiliki satu benang merah: inovasi yang berpihak pada kemanusiaan.
Makna Bagi Pembangunan Bangsa
Habibie Award tidak sekadar mengenang seorang tokoh, tetapi menegaskan cara pandang tentang pembangunan.
Dalam kacamata Habibie, pembangunan bukan hanya soal infrastruktur dan ekonomi, melainkan soal transfer pengetahuan—bagaimana ilmu yang lahir di laboratorium, studio seni, atau ruang kuliah bisa mengubah kualitas hidup manusia.
Kolaborasi antara The Habibie Center, BRIN, dan LPDP sejak 2020 dalam bentuk Habibie Prize memperluas makna itu.
Kini, penghargaan ini menjadi wadah strategis untuk menghubungkan dunia riset, kebijakan publik, dan inovasi industri. Ia menghidupkan cita-cita Habibie tentang “Indonesia yang berdaulat karena ilmu”, bukan karena komoditas.
Dari tahun ke tahun, penerima Habibie Award membuktikan bahwa riset tidak selalu berwujud formula kimia atau persamaan matematika. Riset bisa berarti pemahaman yang mendalam terhadap manusia dan kebudayaannya, sebagaimana karya Prof. Oman Fathurahman dalam filologi Nusantara, atau refleksi etis dan lintas-disiplin seperti yang dilakukan Prof. Amin Abdullah dalam studi agama.
Cermin Bangsa Ilmiah
Kini, lebih dari seratus tokoh telah menerima Habibie Award dan Habibie Prize. Masing-masing membawa cerita, disiplin, dan dedikasi yang membentuk wajah baru intelektual Indonesia.
Dalam konteks global yang terus berubah, penghargaan ini menjadi pengingat bahwa bangsa besar tidak diukur dari kekayaan alamnya, tetapi dari kekayaan akalnya.
Habibie pernah berkata, “Ilmu pengetahuan dan iman tidak boleh dipisahkan. Tanpa iman, ilmu menjadi buta; tanpa ilmu, iman menjadi lumpuh.”
Kata-kata itu kini terasa makin relevan. Di tengah tantangan disinformasi, krisis ekologi, dan perubahan teknologi yang cepat, penghargaan ini menjadi obor kecil yang terus menyala—menghubungkan sains, moral, dan kemanusiaan dalam satu napas.
Habibie Award bukan sekadar penghargaan. Ia adalah gerakan intelektual yang menumbuhkan harga diri bangsa.
Warisan Habibie bukan hanya pesawat yang terbang di langit, melainkan semangat berpikir yang terus hidup di kepala dan hati setiap insan pengetahuan Indonesia.
Daftar Penerima Habibie Award / Habibie Prize 1999–2024
| Tahun | Nama Penerima | Bidang | Tema / Fokus Penelitian |
|---|---|---|---|
| 1999 | Prof. Moehaad Barmawi | Ilmu Dasar | Tidak tersedia secara publik |
| Dr. Ir. Dicky Rezadi Munaf | Ilmu Rekayasa | Tidak tersedia secara publik | |
| 2000 | Prof. Dr. dr. Mulyanto | Ilmu Kedokteran & Bioteknologi | Tidak tersedia secara publik |
| Prof. Dr. Soewignyo Soemohardjo | Ilmu Kedokteran & Bioteknologi | Tidak tersedia secara publik | |
| Dr. Ir. I Gede Wenten | Ilmu Rekayasa | Teknologi membran & rekayasa pemisahan cairan | |
| Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja | Ilmu Hukum | Pembangunan hukum nasional dan hukum laut internasional | |
| WS Rendra | Ilmu Kebudayaan | Pengembangan sastra dan teater modern Indonesia | |
| 2001 | Prof. Dr. Hj. Edi Sedyawati | Ilmu Sosial | Pelestarian dan studi budaya Indonesia |
| Prof. Dr. Taufik Abdullah | Ilmu Kebudayaan | Sejarah sosial dan modernisasi Indonesia | |
| 2003–2008 | (Beberapa penerima) | Ilmu Dasar, Kedokteran, Rekayasa, Sosial, Kebudayaan | Tidak tersedia secara publik (kebanyakan fokus riset akademik universitas) |
| 2009 | Dr. Nurul Taufiqu Rochman | Ilmu Rekayasa | Riset nanoteknologi material dan komposit |
| Ajip Rosidi | Ilmu Kebudayaan | Pelestarian bahasa dan budaya Sunda | |
| 2010 | Dr.-Eng. Eniya Listiani Dewi | Ilmu Rekayasa | Riset sel bahan bakar (fuel cell) dan teknologi energi bersih |
| Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif | Kebudayaan / Agama | Pendidikan dan harmonisasi kehidupan beragama | |
| 2011–2012 | (Beberapa penerima) | Ilmu Dasar & Kedokteran | Tidak tersedia secara publik |
| 2013 | Prof. Irwandi Jaswir | Kedokteran & Bioteknologi | Sains halal, enzim & pangan sehat |
| Prof. Mohammad Nasikin | Ilmu Rekayasa | Rekayasa proses kimia dan energi terbarukan | |
| 2014 | Ahmad Agus Setiawan | Ilmu Rekayasa | Energi surya & sistem energi hibrida terbarukan |
| Prof. Dr. Salim Said | Ilmu Sosial & Politik | Demokrasi dan peran militer dalam politik Indonesia | |
| Nobertus Riantiarno | Ilmu Kebudayaan | Teater politik dan kebudayaan urban | |
| 2015 | Dr. Eng Wisnu Jatmiko | Ilmu Rekayasa | Kecerdasan buatan dan sistem robotik |
| Prof. Emeritus Abdul Djalil Pirous | Ilmu Kebudayaan | Seni rupa modern bernuansa Islam | |
| 2016 | Prof. Hendra Gunawan | Ilmu Dasar | Matematika dan teori analisis |
| Raymond R. Tjandrawinata | Kedokteran & Bioteknologi | Obat herbal modern & bioteknologi farmasi | |
| Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono | Ilmu Kebudayaan | Puisi modern & estetika sastra Indonesia | |
| 2017 | Prof. Khairurrijal | Ilmu Dasar | Fisika material semikonduktor |
| Prof. Bagir Manan | Ilmu Hukum | Reformasi peradilan & hukum tata negara | |
| 2018 | Prof. dr. Eng. Mikrajuddin Abdullah | Ilmu Dasar | Fisika material & nanoteknologi |
| Prof. dr. Rovina Ruslami | Kedokteran | Penelitian klinis tuberkulosis dan vaksinasi | |
| Prof. dr. Edvin Aldrian | Rekayasa | Pemodelan iklim dan mitigasi perubahan iklim | |
| 2019 | Prof. Dr. Adi Utarini | Kedokteran | Riset wolbachia untuk pengendalian demam berdarah |
| Prof. Dr. Eko Prasojo | Ilmu Sosial & Politik | Reformasi birokrasi & tata kelola pemerintahan | |
| Prof. Dr. Eko Prasojo | Ilmu Sosial & Politik | Reformasi birokrasi & tata kelola pemerintahan | |
| I Gusti Ngurah Putu Wijaya | Kebudayaan | Teater eksperimental & seni pertunjukan kontemporer | |
| 2020 | Prof. Dr. Daniel Murdiyarso | Rekayasa / Lingkungan | Ekologi hutan & perubahan iklim global |
| Dr. Suharyo Sumowidagdo | Ilmu Dasar | Fisika partikel di CERN (CMS Experiment) | |
| Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang | Kebudayaan | Teori budaya kontemporer dan estetika media | |
| 2021 | Prof. Dr. Subagjo | Ilmu Rekayasa | Katalis heterogen & proses kimia industri |
| Dr. (H.C.) Nyoman Nuarta | Kebudayaan | Seni patung monumental (GWK & revitalisasi seni publik) | |
| 2022 | Prof. Dr. Okky Karna Radjasa | Ilmu Dasar | Biodiversitas mikroba laut dan bioteknologi kelautan |
| drg. Ika Dewi Ana, Ph.D | Kedokteran & Bioteknologi | Biomaterial tulang & regenerasi jaringan | |
| Prof. Dr. Riri Fitri Sari | Ilmu Rekayasa | IoT, smart city & jaringan komunikasi | |
| Naufan Noordyanto | Filsafat / Kebudayaan | Desain, filsafat visual, & budaya material Indonesia | |
| 2023 | Prof. Dr. Oman Fathurahman | Filsafat, Agama & Kebudayaan | Filologi Nusantara & teori “Filologi Plus” |
| 2024 | Prof. Felycia Edi Soetaredjo | Ilmu Dasar | Remediasi lingkungan & pemanfaatan biomassa |
| Prof. Brian Yuliarto | Ilmu Rekayasa | Nanomaterial berpori untuk sensor & energi | |
| Prof. Bachti Alisjahbana | Kedokteran & Bioteknologi | Penguatan kapasitas diagnosis infeksi di Indonesia | |
| Prof. Anita Lie | Sosial, Ekonomi, Politik & Hukum | Transformasi pendidikan & pengembangan kurikulum | |
| Prof. Amin Abdullah | Filsafat, Agama & Kebudayaan | Pendekatan interdisiplin & transdisiplin dalam studi agama |















