Guru Ikuti Simulasi Astronot untuk Inspirasi Mengajar

- Editor

Senin, 25 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembelajaran sains harus menyenangkan agar siswa tertarik. Kuncinya, guru harus mampu mengajar secara efektif dan menarik.

Sebanyak 10 guru matematika dan sains dari Indonesia mendapat kesempatan mengikuti pelatihan astronot di United State Space and Rocket Center atau Pusat Angkasa Luar dan Ruang Angkasa Amerika Serikat di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat pada 20-25 Juni 2018.

Melalui pengalaman mengikuti simulasi pelatihan astronot serta kegiatan berfokus ekplorasi dan sains luar angkasa, para guru dibekali cara-cara membuat pembelajaran sains menjadi lebih hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para guru tersebut adalah bagian dari 224 guru yang berasal dari 45 negara bagian Amerika Serikat dan 35 negara lainnya yang terseleksi mendapat beasiswa Honeywell Educators at Space Academy (HESA) pada tahun 2018.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Salah satu kegiatan Honeywell Educators Space Academy (HESA) 2018 di US Space and Rocket Center di Huntsville Alamaba, Amerika Serikat. Para guru secara bergantian merasakan simulasi berjalan di bulan, seperti yang dialami astronot.

“Terpilih dalam program HESA sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Kesempatan ini menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk menginspirasi siswa agar tertarik mendalami STEM. Bukan tidak mungkin, suatu saat dari Indonesia bisa muncul astronot,” kata Darum Budiarto, guru SMKN 1, Seram Bagian Timur, Maluku, di Huntsville, Jumat (22/6/2018), waktu setempat.

Kesempatan ini menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk menginspirasi siswa agar tertarik mendalami STEM

Para guru dari berbagai negara tersebut dibagi dalam kelompok berkisar 15 orang per kelompok, dan tinggal di asrama mahasiswa. Mereka mengikuti berbagai simulasi seperti membuat roket yang dapat diterapkan kepada siswa nanti.

Para guru juga mengikuti simulasi berjalan di bulan seperti yang dialami astronot. Mereka juga bertemu dan berdiskusi secara langsung dengan astronot. Ada pula kesempatan untuk melaksanakan misi luar angkasa dengan berbagi peran.

Pelatihan yang penuh aktivitas mengekplorasi sains dan kerja sama dalam tim dilakukan dalam kurun waktu 45 jam selama lima hari. Para guru belajar cara menginspirasi generasi muda untuk menjadi ilmuwan yang dibutuhkan dunia.

Widia Ayu Juhara, guru Sekolah Taruna Bakti, Bandung, Jawa Barat, berharap, kisah dirinya bertemu astronot akan menjadi inspirasi bagi siswanya nanti. “Bisa terpilih dalam program HESA jadi kesempatan yang luar biasa bagi guru. Kegiatan seperti ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya, namun (ternyata) para guru di Indonesia juga bisa ikut. Tentu saja, pengalaman ini akan saya tularkan bagi siswa di sekolah,” kata Widia.

Bisa terpilih dalam program HESA jadi kesempatan yang luar biasa bagi guru.

Direktur Komunikasi United State Space and Rocket Center (USSRC) Pat Ammons mengatakan, program HESA yang diciptakan bekerja sama dengan USSCR merupakan program pengembangan profesional yang khusus untuk membantu para guru matematika dan sains di sekolah mampu mengajar secara efektif dan menarik. Sejak 2004, sebanyak 2.776 guru dri 62 negara dan 54 negara bagian Amerika Serikat telah lulus dari program ini.

Menurut Pat, ada berbagai program Space Camp yang dapat diikuti oleh anak- anak hingga orang dewasa. Dengan mengikuti Space Camp yang menawarkan beragam aktivitas simulasi ruang angkasa, baik untuk para guru lewat HESA, para pelajar, maupun untuk keluarga, inpirasi untuk menumbuhkan minat di bidang sains, teknologi, engineering (teknik), dan matematika (STEM) ditumbuhkan. Adapun masyarakat umum, dapat mengunjungi museum, yang antara lain dapat melihat roket peninggalan bersejarah Saturnus V dan pameran antariksa kelas dunia.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru Indonesia mengikuti program Honeywell Educators Space Academy (HESA) 2018 di US Space and Rocket Center di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Para guru merasakan simulasi astronot dan ruang angkasa untuk menginspirasi siswa tertarik bidang sains, teknologi, engeneering/teknik, dan matematika atau STEM.

Minat meningkat
Menejer Komunikasi Honeywell Indonesia Anton Susanto mengatakan, 10 guru Indonesia terpilih diseleksi dari 100 pendaftar. Minat guru Indonesia untuk mengikuti program bergengsi ini terus meningkat.

Minat guru Indonesia untuk mengikuti program HESA ini terus meningkat.

“Tidak hanya guru di kota besar yang punya kesempatan. Para guru dari daerah dengan kondisi fasilitas sekolah yang terbatas juga punya kesempatan yang sama. Tujuan dari kegiatan ini agar guru mampu menciptakan ruang kelas menjadi pusat pembelajaran yang mampu membangkitkan ketertarikan sisea untuk bidang STEM,” kata Anton.

Selain Darum dan Widia, delapan guru lainnya dari Indonesia yang mengikuti program HESA 2018 adalah Warsono, guru SMP Negrei 5 Cilacap, Jawa Tengah; Nur Fitriana guru SD Negeri Deresan, Yogyakarta; Mega Lamita dari Tunas Daud Elementry School, Denpasar; Abdul Rahman dari Madrasah Aliyah Negeri Cendekia Gorontalo; Rosdiana Akmal Nasution guru Sekolah Bogor Raya; Faqih Al Adyan guru Bunda Mulia School Jakarta; Jessica Hostiadi dari Rhema En Cara School, Sentul City; dan Mohamad Ridwan, guru Sekolah Darma Yudha, Pekanbaru, Riau.–ESTER LINCE NAPITUPULU DARI AMERIKA SERIKAT

Sumber: Kompas, 25 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB