Google-Apple Sepakat Bekerja Sama Melawan Wabah Covid-19

- Editor

Senin, 13 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wabah Covid-10 membuat raksasa teknologi bahu-membahu mengatasinya. Google dan Apple mengumumkan akan bekerja sama untuk menyematkan kemampuan ”contact-tracing” pada sistem operasi ponsel masing-masing—Android dan iOS.

Dua rival teknologi Google dan Apple mengumumkan akan bekerja sama untuk menyematkan kemampuan contact-tracing pada sistem operasi ponsel masing-masing—Android dan iOS. Hal ini bertujuan agar otoritas kesehatan di masing-masing negara dapat membuat aplikasi pelacak kontak Covid-19 yang efektif, tetapi tetap menghargai privasi pengguna.

Pada Sabtu (11/4/2020) dini hari tadi waktu Indonesia, CEO Google Sundar Pichai menyampaikan melalui akun Twitter resminya bahwa guna membantu otoritas kesehatan memperlambat penyebaran Covid-19, dua perusahaan itu sedang bekerja sama untuk membuat sebuah protokol yang memungkinkan upaya pelacakan kontak dapat dilakukan dengan menghargai privasi pengguna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

CEO Apple Tim Cook mengatakan, jaringan Bluetooth akan digunakan sebagai basis teknologi aplikasi pelacakan kontak tersebut. ”Kami sedang bekerja sama dengan Sundar dan Google untuk membantu otoritas kesehatan memanfaatkan teknologi Bluetooth dengan cara yang transparan dan menghargai pengguna,” kata Cook melalui akun Twitter resminya.

Pada prinsipnya, Apple dan Google sedang membuat sebuah keran akses dalam sistem operasi yang memungkinkan adanya interkonektivitas Bluetooth antara Android dan iOS. Interkonektivitas ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh otoritas kesehatan negara masing-masing sebagai dasar perancangan aplikasi pelacak kontak.

Keran akses ini akan dirilis pada Mei 2020 mendatang dalam bentuk application programming interface (API). Melalui API ini, aplikasi pelacak kontak akan dapat memanfaatkan jaringan Bluetooth untuk mencatat setiap ponsel dalam jangkauannya yang juga memiliki aplikasi pelacak kontak tersebut. Pencatatan ini dilaksanakan secara anonim.

Apabila kelak salah seorang dari pengguna aplikasi pelacak kontak tersebut terdiagnosis positif Covid-19, notifikasi akan dikirimkan ke ponsel yang pernah tercatat tersebut.

Dibenamkan semakin dalam
Dengan kerja sama ini, artinya, dua sistem operasi ponsel paling populer di pasar yang sebelumnya minim kompatibilitas kini bisa bekerja bersama. Berdasarkan data Statcounter September 2019, sebanyak 98,72 persen market share sistem operasi ponsel dikuasai oleh dua raksasa teknologi ini; Android dengan 76,24 persen, sedangkan iOS sebanyak 22,48 persen.

Kami sedang bekerja sama dengan Sundar dan Google untuk membantu otoritas kesehatan memanfaatkan teknologi Bluetooth dengan cara yang transparan dan menghargai pengguna.

Rencananya, pada beberapa bulan selanjutnya, Apple dan Google akan menaruh fitur pelacakan kontak ini jauh ke dalam sistem operasi. Jadi, secara otomatis, perangkat Bluetooth akan saling mencatat tanpa perlu aplikasi tambahan.

”Ini adalah solusi yang lebih kokoh dibandingkan menggunakan API. Hal ini juga memungkinkan lebih banyak orang berpartisipasi apabila mereka bersedia (opt-in). Metode ini juga memungkinkan integrasi yang lebih besar dengan pihak otoritas kesehatan,” demikian pernyataan tertulis Apple dan Google.

Hingga kini, Apple dan Google belum mengungkapkan akan bekerja sama dengan pemerintah negara dalam penerapan sistem ini. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, kerja sama Google-Apple merupakan bentuk kolaborasi yang menarik.

Namun, ia juga memahami bahwa ada kekhawatiran mengenai masalah privasi. ”Banyak orang khawatir akan (aplikasi pelacak kontak) dalam kaitannya dengan kemerdekaan dan kebebasan seseorang. Kami akan dalami itu,” kata Trump.

Kepala peneliti Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan Massachussets Institute of Technology (MIT) Daniel Weitzner mengatakan, kolaborasi antara Google dan Apple akan menghemat waktu dan sumber daya dari otoritas kesehatan dari berbagai negara untuk mengembangkan aplikasi pelacak kontak masing-masing.

Sudah diterapkan
Pemanfaatan Bluetooth sebagai basis aplikasi pelacak kontak sebelumnya sudah diterapkan Pemerintah Singapura melalui aplikasinya yang diberi nama ”TraceTogether”. Jika seseorang yang telah menginstal aplikasi ini pada suatu hari terinfeksi korona, pemerintah akan mudah menemukan orang-orang yang pada 14 hari sebelumnya telah berkontak dengan orang positif tersebut.

Otoritas Singapura memastikan aplikasi tersebut akan tetap melindungi privasi warga negaranya. Aplikasi tersebut tidak mencatat nomor telepon setiap pengguna dan tidak mencatat pergerakan ataupun isi buku telepon (contacts/phonebook).

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan, pada Senin (23/3/2020), mengumumkan bahwa aplikasi tersebut sudah diinstal oleh 620.000 orang dalam selang tiga hari sejak peluncuran.

Dengan pengunaan Bluetooth sebagai dasar aplikasi pelacak kontak, privasi pengguna—khususnya riwayat lokasi—tetap terlindungi dibandingkan aplikasi pelacak kontak berbasis lokasi data GPS.

Menurut Deputi Direktur Riset Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Wahyudi Djafar, data lokasi yang dikumpulkan melalui ponsel merupakan data pribadi. Hal ini karena nomor ponsel sudah terintegrasi dengan NIK dan nomor kartu keluarga. Dengan demikian, seseorang dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mengombinasikan data lokasi, nomor telepon, dan data registrasi kartu SIM.

Indonesia juga sudah memiliki aplikasi serupa, bernama PeduliLindungi. Dalam situs resminya, PeduliLindungi mengklaim hanya menggunakan sistem Bluetooth seperti yang telah digunakan TraceTogether milik Singapura.

Namun, pada peluncuran aplikasi ini, pada Kamis 26 Maret lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, pemerintah dapat memantau pergerakan pengguna yang diambil dari data lokasi ponselnya.

Data lokasi yang dikumpulkan melalui ponsel merupakan data pribadi. Hal ini karena nomor ponsel sudah terintegrasi dengan NIK dan nomor kartu keluarga. Dengan demikian, seseorang dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mengombinasikan data lokasi, nomor telepon, dan data registrasi kartu SIM.

Penggunaan data digital untuk melacak pasien pada pandemi Covid-19 dipopulerkan oleh Korea Selatan. Setiap hari, pihak otoritas akan memberikan notifikasi kepada masyarakat melalui ponsel apabila ada kasus positif yang terkonfirmasi.

Kemudian, serangkaian notifikasi akan muncul untuk menjelaskan secara detail riwayat perjalanan dari kasus positif tersebut. Untuk melindungi privasi, dalam notifikasi ini tidak ada penyebutan nama ataupun alamat.

Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Infectious Diseases Control and Prevention Act) yang diciptakan pascawabah MERS 2015 memungkinkan Pemerintah Korea Selatan melakukan wawancara dengan setiap pasien serta mengambil riwayat GPS, rekaman kamera CCTV, hingga transaksi kartu kredit untuk mereka ulang rute perjalanan sang pasien satu hari sebelumnya (Kompas, 29/3/2020).

AFP/CATHERINE LAI–Anggota staf Badan Teknologi Pemerintah Singapura (Govtech) menunjukkan aplikasi ponsel pintar TraceTogether pada Jumat (20/3/2020) di Singapura. Aplikasi ini memberi tahu pengguna apabila ada riwayat berkontak dengan seorang pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Aplikasi serupa diluncurkan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Kamis (26/3/2020) di Jakarta. Nama aplikasinya pun sama, TraceTogether, sebelum diganti menjadi PeduliLindungi pada Jumat (27/3/2020).

Tantangan
Selama ini, penerapan teknologi Bluetooth sebagai basis aplikasi pelacakan kontak secara luas ini terganjal dengan adanya pembatasan akses Bluetooth yang diterapkan Apple di iOS. Wired melaporkan, aplikasi yang sedang berjalan di balik layar (background) tidak dapat mengakses kapabilitas Bluetooth. Dengan kerja sama ini, Apple mengatakan, pembatasan ini akan dikecualikan untuk aplikasi pelacak kontak.

Meski menjanjikan, efektivitas pencegahan penyebaran yang dijanjikan aplikasi pelacak kontak juga memiliki tantangan, terutama terkait jumlah pengguna. Aplikasi ini hanya bisa berjalan efektif melindungi sebuah populasi apabila digunakan oleh banyak orang. Apabila hanya sedikit yang menggunakan, tidak akan terasa kegunaannya.

Pakar hukum keamanan siber dari American Civil Liberties Union Jennifer Granick mengatakan kepada AFP, aplikasi pelacak kontak tidak akan efektif kalau masyarakat tidak memercayainya dan kemudian tidak menggunakannya.

Betapa canggih aplikasi pelacak kontak yang dibuat, efektivitas penanganan melawan Covid-19 tidak bisa dilakukan dengan hanya bergantung pada aplikasi pelacak kontak.

Pelacakan kontak hanya satu sisi dari upaya memperlambat penyebaran Covid-19. Pelacakan kontak hanya bisa dilakukan apabila sebuah kasus positif berhasil ditemukan, dan itu dilakukan melalui penyelenggaraan tes secara masif.

Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Editor KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 11 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Berita Terbaru