Negara Diminta Penuhi Komitmen Perlindungan Privasi

- Editor

Senin, 11 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kepercayaan pengguna terhadap perlindungan privasi menjadi hal penting dalam upaya penerapan teknologi menghadapi pandemi Covid-19. Tanpa adanya jaminan privasi, dikhawatirkan masyarakat tidak bersedia berpartisipasi.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Notifikasi atau pemberitahuan riwayat pengguna aplikasi PeduliLindungi ditampilkan di aplikasi di rumahnya di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (26/4/2020). PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu pelacakan dan menghentikan penyebaran Covid-19.

Kepercayaan pengguna terhadap perlindungan privasi menjadi hal yang penting dalam upaya penerapan teknologi menghadapi pandemi Covid-19. Tanpa adanya jaminan privasi, dikhawatirkan masyarakat tidak bersedia berpartisipasi dalam kebijakan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemerintah Inggris bahkan memilih untuk membuat aplikasi pelacak kontak untuk kedua kalinya karena aplikasi pertamanya mendapat kritik soal perlindungan privasi. Langkah kebijakan ini dilaporkan surat kabar Financial Times pada Sabtu (9/5/2020) dini hari WIB.

Hal ini karena aplikasi pelacak kontak versi pertama—baru diluncurkan pekan ini—menggunakan sistem tersentralisasi; yakni data dari para pengguna dikumpulkan dalam satu server utama yang dikelola pemerintah.

Adapun pada sistem desentralisasi, proses ini dilakukan secara otomatis di ponsel masing-masing. Secara khusus, sistem terdesentralisasi yang dipilih adalah hasil pengembangan duo rival raksasa teknologi, Google dan Apple.

Sejumlah negara lain, seperti Jerman, Swiss, Austria, Latvia, Estonia, Finlandia, dan Irlandia pun disebut akan menggunakan teknologi hasil pengembangan Google-Apple berdasarkan laporan BBC.

Cara kerja pelacakan kontak digital ini pada dasarnya adalah membuat ponsel secara otomatis mendeteksi siapa saja yang telah terkena Covid-19 dan memberikan notifikasi kepada mereka yang berada dalam jarak dekat untuk mengisolasi diri.

Mutlak membutuhkan aplikasi
Head of Global Health World Economic Forum (WEF) Arnaud Bernaert mengatakan, keberadaan aplikasi pelacak kontak menjadi sangat krusial karena dunia tidak bisa terus bergantung pada tenaga pelacak kontak manual.

Berdasarkan kalkulasinya, negara dengan populasi sebesar Amerika Serikat—sekitar 350 juta jiwa—membutuhkan tenaga pelacak kontak sebanyak 100.000–200.000 untuk bisa melakukan pelacakan kontak pada setiap kasus positif Covid-19.

”Jadi, sudah jelas kita harus bisa memanfaatkan teknologi karena menggunakan tenaga manusia selamanya itu tidak sustainable,” kata Bernaert kepada CNN Money.

Sistem pelacakan kontak digital yang diciptakan oleh Indonesia melalui platform PeduliLindungi merupakan sistem berbasis Bluetooth yang tersentralisasi. Mirip dengan Trace Together milik Singapura.

Setiap pengguna anak mengirimkan identitas teranonimisasi ke server beserta daftar identitas pengguna lain yang terekam telah berada dalam jarak jangkauan jaringan Bluetooth.

Server akan menentukan apakah dalam rekaman database yang kita unggah terdapat orang yang positif Covid-19. Apabila ada, server kemudian akan mengirimkan notifikasi ke ponsel masing-masing.

70 persen populasi
Berdasarkan data terbaru yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate, aplikasi PeduliLindungi sudah diunduh lebih dari 2,7 juta orang sejak diluncurkan.

Meski demikian, Johnny berharap, aplikasi tersebut bisa digunakan oleh lebih banyak orang. ”Saat ini aplikasi PeduliLindungi sudah diunduh oleh 2,6 juta rakyat pemegang handphone, harusnya lebih banyak lagi bisa menggunakan instalasinya,” kata Plate, beberapa waktu lalu.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Warga mengakses aplikasi PeduliLindungi di rumahnya di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (26/4/2020).

Padahal, Big Data Institute University of Oxford menghitung bahwa untuk mencapai efektivitasnya, paling tidak 56 persen dari total populasi harus memasang aplikasi pelacak kontak di ponsel pintarnya.

Apabila hanya sedikit yang menginstal, sistem tidak memiliki informasi siapa yang positif dan tidak ada pengguna yang bisa diberi notifikasi untuk mengisolasi diri. Efeknya, penyebaran akan terus berlanjut.

Sementara Bernaert menghitung, efektivitas pelacakan kontak dan pencegahan penularan melalui aplikasi pelacak kontak baru dapat dicapai pada tingkat adopsi mencapai 70 persen populasi.

—-Survei Penggunaan TIK Tahun 2017 oleh Kementerian Kominfo

Apabila angka 60 persen tingkat adopsi diterapkan di Indonesia, artinya hampir seluruh penduduk Indonesia memiliki ponsel pintar harus menginstal aplikasi PeduliLindungi. Berdasarkan hasil survei Kementerian Kominfo 2017, sebanyak 66,3 persen populasi Indonesia sudah memiliki ponsel pintar.

Perhatian terhadap keamanan data pribadi seperti yang ditunjukkan oleh sejumlah negara Eropa tersebut dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia.

Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan, salah satu hal yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan warga untuk menginstal aplikasi pelacak kontak adalah jaminan terhadap perlindungan privasi.

Ardi mengatakan, dirinya tentu mendukung program pemerintah. Namun, tetap perlu dilandasi semangat menjaga kepentingan bersama, yakni perlindungan data dan privasi.

”Sampai detik ini, tidak ada jaminan tertulis dari pemerintah. Yang ada hanya kata-kata dari pejabat. Tidak ada jaminan hukum dan cenderung mau dipaksakan. Ini harus ada konsensus bareng pemerintah dengan multi-stakeholder untuk mencapai kata sepakat,” tutur Ardi.

Menurut Ardi, komitmen pemerintah untuk menghapus data penduduk pascapandemi harus diberi koridor hukum. Untuk itu, sangat perlu Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi segera disahkan.

Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Editor: KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 9 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB