Fenomena “Bottleneck” Hantui Perempuan di Dunia Kerja

- Editor

Kamis, 2 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fenomena bottleneck menghantui perempuan di dunia kerja formal. Kondisi itu membuat perempuan sulit untuk menduduki jabatan strategis di suatu perusahaan.

Fenomena bottleneck dalam dunia kerja adalah keadaan di mana perempuan memiliki kesempatan untuk memasuki dunia kerja profesional, tetapi hanya sedikit yang memiliki kesempatan untuk memegang posisi tinggi.

“Tingkat ketidaksetaraan gender di dalam pekerjaan sektor formal masuk dalam kategori tinggi,” kata Partner McKinsey & Company dan Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Philia Wibowo, dalam pertemuan dengan media di Jakarta, Rabu (1/8/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tingkat ketidaksetaraan gender di dalam pekerjaan sektor formal masuk dalam kategori tinggi

Kajian The Power of Parity: Advancing Women’s Equality in Asia Pacific, Focus: Indonesia yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute pada Mei 2018 menyebutkan, Indonesia memeroleh skor 0,52 dalam gender parity score (GPS).

Adapun dalam GPS, skor 1 merupakan skor tertinggi yang menunjukkan kesetaraan gender telah tercapai.

Partner McKinsey & Company dan Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Philia Wibowo. Jumlah perempuan yang lulus dari perguruan tinggi mencapai 52 persen. Sedangkan jumlah perempuan Indonesia yang masuk ke pekerjaan tingkat awal (entry-level professional) mencapai 45 persen.

Pada level manajer menengah (middle management), Indonesia justru tidak memiliki data tersebut.

Baru pada level manajemen senior (senior management) ditemukan, 13 persen perempuan berada di level tersebut. Hanya 5 persen perempuan yang menduduki jabatan komisaris (board members).

“Kemungkinan, jumlah perempuan di dunia kerja mulai turun di level middle management,” ucap Philia.

Philia menilai, pada level tersebut perempuan masuk ke dalam masa untuk berkeluarga sehingga memilih untuk tetap tinggal di suatu level atau mengundurkan diri dari pekerjaan.

Dilihat secara umum, kondisi perempuan Indonesia yang lulus dari perguruan tinggi dan bekerja di tingkat awal masih setara dengan negara Asia Pasifik lainnya. Misalnya, jumlah perempuan yang lulus perguruan tinggi di Australia 56 persen, China 53 persen, Filipina dan Singapura 53 persen.

Namun, kondisi negara-negara tersebut masih lebih baik dibandingkan Indonesia pada level middle management, senior management, dan board members. Australia dan China misalnya, masing-masing mencatat jumlah perempuan yang berada di board members 18 persen dan 10 persen.

KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA–Partner McKinsey & Company Guillaume de Gantes

Partner McKinsey & Company Guillaume de Gantes menambahkan, pemerintah dan swasta perlu memperhatikan aturan yang menjamin perempuan dapat bekerja dan menjalankan perannya di keluarga. Misalnya, dengan membuat aturan mengenai cuti hamil bagi ayah dan ibu.

“Mempercepat kesetaraan perempuan di Indonesia dapat meningkatkan pendapatan domestik bruto tahunan hingga 135 miliar dollar AS pada 2025,” ujar de Gantes.

Ia melanjutkan, kondisi kesetaraan gender berbeda-beda di setiap provinsi. Hal itu terjadi akibat perbedaan budaya dan masalah infrastruktur.–ELSA EMIRIA LEBA

Sumber: Kompas, 1 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB