Eksistensi dan persaingan perusahaan di era disrupsi digital ditentukan dari pola pikir para karyawan. Dalam hal ini, inovasi mutlak dimiliki karyawan. Namun, dalam memunculkan inovasi, ada beragam aspek yang mempengaruhi, termasuk budaya kesetaraan gender.
Hal ini mengemuka dalam hasil Riset Accenture yang diterima Kompas di Jakarta, Senin (25/3/2019). Riset ini sekaligus menandai perayaan Hari Perempuan Internasional ke-16 yang dilakukan dengan melibatkan 18.000 responden dari 27 negara, termasuk 700 responden di Indonesia.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA–Anggota Komunitas Harapan Bundo asal Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, membuat film pendek tentang kesetaraan gender saat mengikuti Jambore Pemuda untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan kawasan Pintu Gabang, Kelurahan Lambung Bukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (25/11/2018). (Ilustrasi)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data Constellation Research: Disrupting Digital Business memaparkan, sebanyak 52 persen perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 pailit akibat disrupsi digital. Data ini menunjukkan, inovasi memegang peranan penting dalam kesinambungan perusahaan.
Saat ini, Indonesia berada di posisi ke-85 dalam Indeks Inovasi Dunia. Secara positif, Riset Accenture #EqualityDrivesInnovation menunjukkan, pentingnya inovasi sudah disadari oleh 95 persen pemimpin perusahaan dan 96 persen karyawan. Data kualitatif di Indonesia juga menyatakan, 80 persen organisasi mendorong dan memungkinkan karyawan menjadi inovatif dalam bekerja sehari-hari.
“Riset Accenture #EqualityDrivesInnovation menunjukkan, budaya kesetaraan menjadi pendorong utama pola pikir inovatif yang memiliki dampak signifikan bagi kemajuan suatu perusahaan. Dari seluruh faktor yang menjadi fokus, budaya selalu menang,” kata Managing Director Women in Accenture Sponsor Debby Alishinta.
Lebih lanjut, Debby menilai, budaya kesetaraan memegang peranan signifikan dibandingkan faktor geografis, demografis, atau sektor perusahaan. Penghargaan setara pada kemampuan pekerja laki-laki maupun perempuan juga menjadi kunci pola pikir inovatif yang memberi kemungkinan lebih besar untuk perusahan bersaing secara global.
Selain itu, data riset mencatat, jika setiap negara meningkatkan pola pikir inovatif sebesar 10 persen, maka produk domestik bruto dapat meningkat hingga mencapai 8 triliun dollar AS. Inilah yang ditemukan pada negara-negara di tahun 2018.
Kategori
Dalam memajukan pola pikir inovatif, setidaknya ada tiga kategori terkait budaya kesetaraan. Ketiga kategori tersebut, yaitu kepemimpinan yang tegas dan pikiran terbuka, lingkungan yang memberdayakan pekerja, dan tindakan komprehensif.
Dari ketiga kategori itu, didapatkan bahwa lingkungan yang memberdayakan pekerja menjadi kunci utama dalam meningkatkan pola pikir inovatif. Sebab, kategori ini memberikan kemudahan akses terhadap pelatihan, lingkungan yang dapat diandalkan, adanya pemimpin atau mentor yang dapat mengembangkan kemampuan pekerja, membudidayakan bekerja di luar kantor, serta memberi kesempatan bekerja berdasarkan minat.
Dalam kesempatan yang sama, Pemimpin Redaksi Femina dan Editorial Director Prana Group Petty S Fatimah mengatakan, kesetaraan dalam perusahaan akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi perempuan untuk menduduki posisi strategis. Selain itu, dapat membangun situasi kerja yang memberi keberanian bagi seluruh karyawan untuk berinovasi.
“Upaya menjunjung budaya kesetaraan di lingkungan kerja sejatinya merupakan satu langkah awal untuk menerapkan budaya kesetaraan yang lebih luas di berbagai bidang. Ketika budaya setara berkembang, maka pola pikir inovatif akan turut berkembang,” ujar Petty.
Sejalan dengan itu, Direktur Eksekutif Indonesia Business Coalition for Women (IBCWE) Maya Juwita menyampaikan, #EqualityDrivesInnovation dapat menjadi satu landasan bagi pemerintah untuk mendorong pelaku bisnis dalam memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan.
“Bersama-sama kita harus mendorong perempuan dalam ekonomi dan pemberdayaan perempuan di dunia kerja. Kita harus menghapuskan setiap halangan bagi perempuan-perempuan yang ingin mencapai karir tinggi,” tutur Maya. (SHARON PATRICIA)–HAMZIRWAN HAMID
Editor HAMZIRWAN HAM
Sumber: Kompas, 25 Maret 2019