Fasilitas “Hot Cell” Batan Beroperasi

- Editor

Jumat, 24 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Reaktor Bandung Diubah Mirip Reaktor Serpong
Setelah berhenti beroperasi beberapa tahun, fasilitas hot cell di Instalasi Radiometalurgi Badan Tenaga Nuklir Nasional beroperasi kembali. Fasilitas uji bahan bakar reaktor nuklir itu memungkinkan Indonesia menguji elemen bakar nuklir secara mandiri hingga bisa menghemat dan mendatangkan devisa negara.

Hot cell atau ruang penahan radiasi nuklir adalah salah satu fasilitas di Instalasi Radiometalurgi (IRM) Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang memiliki fasilitas itu. Di Asia, fasilitas serupa hanya ada di Jepang, Korea Selatan, China, dan India.

Fasilitas itu digunakan untuk menguji elemen bahan bakar nuklir yang sudah diiradiasi sebelum dimasukkan ke dalam reaktor. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mensyaratkan sertifikat data uji sebagai syarat mutlak agar bahan bakar nuklir bisa digunakan di reaktor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika tak diuji, bahan bakar itu berisiko terjadi kebocoran hingga menimbulkan masalah di reaktor,” kata peneliti PTBBN Batan, Sungkono, di Kawasan Nuklir Serpong, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tangerang Selatan, Kamis (23/11).

Fasilitas hot cell IRM beroperasi sejak 1991. Namun, manipulator atau tangan robotik di bagian fasilitas uji tak merusak mengalami kerusakan pada 2003. Pada 2013, Batan membeli seperangkat tangan robotik baru dari Jerman dan meningkatkan kompetensi peneliti serta perekayasanya hingga menguasai teknologi tangan robotik.

Setelah tangan robotik baru terpasang, Batan meredekontaminasi fasilitas hot cell yang rusak. Pembersihan dilakukan dengan membuang semua limbah yang tertinggal, membungkusnya ke dalam wadah khusus berlapis timbal, dan mengirimnya ke Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif Batan.

Pembersihan itu juga membuat sejumlah peneliti dan perekayasa masuk ke dalam hot cell. Namun, aspek keselamatan mereka menjadi perhatian utama. “Setelah dinyatakan layak, fasilitas hot cell bisa dioperasikan kembali,” kata Sungkono.

Tak masalah
Selama kerusakan, proses uji bahan bakar nuklir untuk Reaktor Serbaguna GA Siwabessy Serpong tak bermasalah karena bahan bakar yang diuji masih digunakan di reaktor. Selain itu, jika diperlukan, uji bisa dilakukan dengan fasilitas uji merusak.

“Selama tak ada perubahan bahan bakar, sertifikasi elemen bahan bakar sebelumnya tetap berlaku,” kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto.

Selain itu, perbaikan dilakukan dengan menambah kapasitas yang ada. Dengan demikian, fasilitas itu bisa digunakan untuk menguji bahan bakar reaktor lain selain Reaktor Serpong.

Dengan demikian, saat Reaktor Triga MARK Bandung yang akan diubah jadi seperti Reaktor Serpong beroperasi atau reaktor daya eksperimental yang akan dibangun di Serpong pada 2020 beroperasi, fasilitas hot cell IRM bisa menguji bahan bakarnya.

Fasilitas itu juga bisa untuk menguji bahan bakar pascairadiasi reaktor negara lain. Bahkan, fasilitas itu bisa dipakai untuk pendidikan dan pelatihan hot cell bagi peneliti dan perekayasa dari negara lain. “Ini tidak hanya menghemat devisa negara, tetapi juga mendatangkan devisa negara,” kata Kepala PTBBN Batan Agus Sumaryanto.

Sebagai perbandingan, proses uji pascairadiasi bahan bakar nuklir di Kazakhstan yang paling murah butuh biaya 320.000 euro atau sekitar Rp 5,1 miliar.

Reaktor Bandung
Batan berencana mengubah Reaktor Bandung menjadi seperti Reaktor Serpong karena jenis bahan bakar yang digunakan di reaktor itu sudah tak diproduksi lagi. Reaktor itu juga disiapkan untuk bisa memproduksi radioisotop yang banyak digunakan rumah sakit maupun industri.

“Pengubahan itu untuk menjamin keberlanjutan pasokan radioisotop yang selama ini bergantung pada Reaktor Serpong,” ucap Djarot.

Reaktor Bandung beroperasi sejak 1964. Jenis reaktor yang digunakan di sana amat hemat dan efisien bahan bakar. Namun, reaktor itu masih memiliki sejumlah bahan bakar yang belum terpakai. Sisa bahan bakar itu akan digunakan oleh Batan untuk mengembangkan Reaktor Kartini Yogyakarta. (MZW)

Sumber: Kompas, 24 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 17 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB