Reaktor Riset Serpong Beroperasi 2019

- Editor

Kamis, 4 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Reaktor daya eksperimental yang dikelola Badan Tenaga Nuklir Nasional dibangun tahun 2016 dan diharapkan beroperasi tahun 2019. Reaktor nuklir itu akan menghasilkan listrik sumber tenaga di kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
“Reaktor itu akan menggunakan teknologi reaktor generasi terbaru, generasi IV, dengan tingkat keamanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan reaktor yang digunakan saat ini,” kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Wisnu Broto setelah penandatanganan kesepakatan bersama Batan dan perusahaan energi nuklir Rusia, Rosatom, untuk pengembangan nuklir tujuan damai di sela-sela Forum Internasional AtomExpo VII di Moskwa, seperti dilaporkan wartawan Kompas, M Zaid Wahyudi, Selasa (2/6).

Reaktor generasi IV adalah reaktor bertemperatur tinggi berpendingin gas (high temperature gas-cooled reactor/HTGR). Reaktor jenis itu dirancang mampu mengisolasi diri jika terjadi kecelakaan sehingga tidak akan menyebarkan kontaminasi radiasi ke luar. Limbahnya diklaim jauh lebih sedikit daripada reaktor generasi sebelumnya sehingga ekonomis. Selain menghasilkan listrik, reaktor bisa mencairkan batubara, menghasilkan hidrogen, ataupun desalinasi air laut.

Karena tujuannya penelitian, reaktor daya tersebut hanya menghasilkan listrik 10 megawatt. Lokasinya di dalam kompleks Puspiptek, Serpong. Pembangunannya dilakukan bersama perusahaan Indonesia dan anak perusahaan Rosatom di Jerman. Listrik yang dihasilkan belum akan dijual atau masuk Perusahaan Listrik Negara, melainkan hanya untuk lembaga-lembaga penelitian di dalam kompleks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Reaktor daya eksperimental ini jadi alat agar Indonesia mampu mengelola reaktor daya sesungguhnya, sekaligus membuktikan Indonesia mampu mengelola PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir),” lanjut Djarot.

Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia Arnold Soetrisnanto mengatakan, dalam rancangan bauran energi nasional tahun 2025, sumbangan listrik dari sumber energi terbarukan 23 persen, dengan 4 persen di antaranya berasal dari nuklir.

Jika hendak diwujudkan, seharusnya mulai tahun ini pembangunan PLTN itu sudah harus dilakukan. Pembangunan PLTN rata-rata butuh waktu 10 tahun.

“Semua rencana pembangunan PLTN sudah siap. Namun, hanya keputusan politik pemerintah belum ada,” katanya.

Tantangan terberat pembangunan PLTN di Indonesia adalah buruknya pandangan publik. Ketakutan pada kecelakaan nuklir seperti di PLTN Chernobyl, Ukraina, 1986 dan PLTN Fukushima Daiichi, Jepang, 2011, selalu membayangi. Kedisiplinan orang Indonesia yang rendah juga memperburuk kekhawatiran.

Hingga kini, Indonesia sudah mengoperasikan tiga reaktor riset, yaitu di Bandung sejak 1965, Yogyakarta sejak 1978, dan Serpong sejak 2006. Reaktor di Yogyakarta selamat meski Yogyakarta gempa besar tahun 2006.

Kemampuan sumber daya manusia Indonesia mengelola PLTN juga diyakini Wakil Rektor Rosatom Central Institute for Continuing Education and Training Vladimir V Artisyuk. Dari negara-negara Asia Tenggara, ahli-ahli Indonesia yang bekerja di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) terbanyak.

“Kemampuan ahli-ahli Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang sudah membangun PLTN,” katanya.
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Reaktor Riset Serpong Beroperasi 2019”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB