Era Digital Dorong Universitas Inklusif

- Editor

Senin, 21 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perkembangan perguruan tinggi abad ke-21 semakin cenderung berkolaborasi secara inklusif, yaitu universitas bersinergi dengan pemangku kepentingan eksternal. Kolaborasi yang dimaksud terutama dengan dunia usaha.

Hal tersebut dikemukakan Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman Simandjuntak pada peresmian Universitas Prasetiya Mulya di BSD Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/3).

Peresmian itu menandai perubahan status sekolah tinggi ilmu ekonomi menjadi universitas. Acara tersebut dihadiri Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Djisman lebih jauh menegaskan, universitas yang tidak mendekat dengan dunia usaha lama-kelamaan dalam abad ini akan menjadi seperti jauh panggang dari api. Universitas abad ke-21 juga makin inklusif membuka akses kepada sebanyak-banyaknya warga.

Ia menekankan, dengan adopsi dan difusi pembelajaran digital, universitas akan makin terjangkau. Peninggian keragaman dalam panggung kolaborasi universitas memungkinkan reinvensi pada frekuensi yang meninggi.

“Singkatnya, universitas abad ke-21 adalah panggung kolaborasi yang inklusif dual hubungan dengan pemangku kepentingan eksternal, terutama dunia usaha atau bahkan mutual,” ujar Djisman.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengharapkan perguruan tinggi berfokus pada tujuh bidang strategis yang dibutuhkan bangsa ini. Ketujuh bidang tersebut adalah pangan dan pertanian, kesehatan, informasi komunikasi, transportasi, pertahanan, energi, serta maritim.

Nasir mendukung terobosan yang ditempuh Universitas Prasetiya Mulya. (C02)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “Era Digital Dorong Universitas Inklusif”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB