Dorong Doktor Meneliti

- Editor

Selasa, 11 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah Publikasi Ilmiah di Indonesia Tertinggal
Rendahnya publikasi ilmiah di Indonesia salah satunya karena dosen-dosen berprestasi ditarik mengampu jabatan struktural. Akibatnya, mereka lebih disibukkan dengan hal-hal administratif, seperti mengelola kampus dan mengajar mahasiswa.

“Semestinya dosen-dosen yang kuat di penelitian diarahkan lebih banyak melakukan penelitian dan percobaan. Beban mengajar kuliah hendaknya lebih ringan,” kata Guru Besar Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor John Pariwono yang juga Tim Pakar Senior Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Sabtu (9/9).

Berdasarkan data Kemenristek dan Dikti, dari total 230.000 dosen di Indonesia, yang sudah menempuh jenjang pendidikan S-3 hanya 31.544 orang, S-2 sebanyak 155.519 orang, dan sisanya S-1. “Dosen-dosen yang sudah bergelar doktor hendaknya dimotivasi dan difasilitasi melakukan penelitian,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

John mengatakan, dosen-dosen yang bergelar doktor kebanyakan ditarik universitas untuk menempati jabatan struktural, seperti dekan. Waktu mereka lebih banyak dihapuskan untuk hal-hal yang bersifat administratif dibandingkan dengan mengembangkan keahliannya.

Bagi dosen yang melakukan penelitian, birokrasi, minimnya fasilitas, dan dana penelitian yang turun terlambat menjadi penghalang kelancaran penelitian. Jika dosen menggunakan dana sendiri, akan dipermasalahkan secara birokratis.

Urutan keempat
Indonesia menempati urutan keempat di Asia Tenggara dari segi publikasi ilmiah, yaitu 54.246 karya. Nomor satu di Asia Tenggara dari segi publikasi ilmiah adalah Singapura dengan 241.361 karya, Malaysia dengan 214.883 karya, dan Thailand dengan 139.682 karya. Padahal, hingga tahun 1990-an dosen-dosen dari Malaysia masih menimba ilmu di Indonesia.

Di tingkat dunia, Indonesia menempati peringkat ke-55, Vietnam ke-62, dan Filipina ke-69. “Kalau Indonesia tidak segera membenahi sistem penelitian, kita akan segera dilampaui Vietnam dan Filipina,” kata John. Ia mengusulkan kerja sama Kemenristek dan Dikti, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian dalam hal pendanaan penelitian serta pemanfaatan hasilnya di sektor riil.

Beberapa perguruan tinggi luar negeri, seperti Universitas Monash di Australia, juga bersinergi dengan perguruan tinggi di Indonesia dalam penelitian. Contohnya adalah penelitian tentang demam berdarah yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan didanai Yayasan Bill dan Melinda Gates.

“Kami juga melakukan penelitian tentang masyarakat miskin di perkotaan Indonesia. Hasilnya bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan juga sebagai latar belakang dalam pengambilan kebijakan,” ucap Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Monash Zlatko Skrbis.(DNE)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 September 2017, di halaman 11 dengan judul “Dorong Doktor Meneliti”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB