Doktor Kehormatan Kedua untuk Jakob Oetama

- Editor

Sabtu, 6 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Media massa sebagai bagian dari masyarakatnya tidak terlepas dari kondisi aktual perpolitikan dan tantangan yang dihadapi, termasuk juga ikut mewarnai proses demokratisasi seperti Pemilihan Umum Legislatif 9 April 2014 serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014. Media massa adalah bagian dari penyadaran atau pencerahan tentang hak asasi merdeka.

Bahkan, media massa tidak hanya secara kultural mencerdaskan, tetapi juga bagian integral penyadaran bersama tentang kemerdekaan. Dalam kondisi aktual, media massa dituntut menjadi penyedia bagi ”pasar gagasan” agar ide-ide berkompetisi.

Pemikiran ini dituangkan Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama dalam pidato pengukuhan Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan/Honoris Causa (Dr HC) Bidang Ilmu Jurnalistik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jumat (5/9), di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Sebelumnya, pada tahun 2003, Jakob mendapatkan gelar doktor kehormatan di bidang ilmu komunikasi dari Universitas Gadjah Mada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berhalangan hadir karena kesehatan kurang baik, pidato Jakob Oetama dibacakan salah satu putranya, Irwan Oetama. Judul pidatonya adalah ”Perpolitikan dan Profesionalitas Media”. Hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh serta undangan lainnya.

Menurut Jakob Oetama, media massa yang berusaha tetap independen seperti Kompas mengambil peran dalam menyediakan keberagaman gagasan di masyarakat. Harapannya agar tidak terjadi asimetri informasi yang menyebabkan sebagian besar orang kehilangan kesempatan. Peran Kompas dikembangkan sebagai lembaga kultural dengan acuan kemanusiaan yang beriman dengan Pancasila sebagai roh. Yang diutamakan adalah proses dan hasil kerja jurnalisme makna.

Pertimbangan
Dalam sidang senat terbuka Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan Bidang Ilmu Jurnalistik kepada Jakob Oetama, Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi menyerahkan gelar doktor kehormatan melalui Irwan Oetama. Anugerah bagi Jakob Oetama ini diusulkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS, khususnya Program Studi Komunikasi. Tim promotor terdiri dari Prof Dr Pawito, Prof Dr Suntoro, Prof Dr RB Sumanto, Dr Widodo Muktiyo, dan Dr Prahastiwi Utari.

Pawito, mewakili tim promotor, menilai gagasan jurnalisme makna yang dirintis Jakob Oetama penting bagi perkembangan jurnalistik di Indonesia. Pada intinya, jurnalisme makna adalah karya jurnalistik yang tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga konteks dari fakta terkait peristiwa yang diberitakan. Ini merupakan kerja intelektual. Tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga memberikan konteks dan interpretasi. ”Ini kerja intelektual yang dekat dengan penelitian seperti peneliti,” kata Pawito.

Gelar Doktor Kehormatan Bidang Jurnaslitik kepada Jakob OetamaRavik Karsidi menambahkan, jurnalisme makna merupakan terobosan baru dalam bingkai ideologi Pancasila dengan meniscayakan pengungkapan latar belakang peristiwa sehingga publik bisa melihat konteks peristiwa meski akhirnya penilaiannya tetap diserahkan kepada publik.

Mohammad Nuh mengingatkan akan tantangan masa depan yang semakin kompleks dan rumit. Untuk mengurai kompleksitas itu, kemampuan berpikir harus ditingkatkan. Selain itu, kehadiran guru seperti Jakob Oetama juga harus diperbanyak untuk membantu mengurai kompleksitas persoalan. (LUK)

Sumber: Kompas, 6 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 19 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB