Digital Kian Mudah Diterima

- Editor

Kamis, 18 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kultur Tradisional yang Menghasilkan Sifat Baik Bisa Tergerus
Berbagai fasilitas digital yang ada mudah diterima masyarakat. Secara umum fasilitas digital membuat masyarakat makin mudah untuk melakukan berbagai kegiatan. Akan tetapi, keberadaan fasilitas ini juga dikritik karena bisa menghilangkan beberapa nilai tradisional.

Beberapa kalangan yang ditemui Kompas, Rabu (17/6), mengungkapkan beberapa keunggulan dan dampak buruk dari kehadiran fasilitas berbasis teknologi digital.

Peneliti perilaku informasi digital iSchool, University of North Texas, Denton, Amerika Serikat, Ida F Priyanto, mengatakan, perkembangan internet dapat dibagi menjadi empat era, yaitu era web 1.0, web 2.0, web 3.0, dan web 4.0. Saat ini, kehadiran web 3.0 ditandai dengan munculnya berbagai media dan aplikasi dapat saling berkomunikasi sehingga memudahkan orang berkomunikasi, berbelanja, dan berbagi informasi. Pembayaran langsung melalui perbankan internet adalah contoh dari aplikasi web 3.0 di mana perbankan masuk sebagai bagian dari aplikasi belanja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada era web 4.0 nantinya akan terjadi hal yang lebih menarik lagi karena komunikasi antarmanusia dan komunikasi antarbarang menjadi satu dan akan menjadikan hidup semakin rumit tetapi menjadikan orang lebih nyaman dalam melakukan berbagai hal.

Ida mengatakan, masyarakat kita yang sudah terbiasa dengan apa pun, yang serba instan dan mudah diperoleh, menjadikan fasilitas digital sebagai media yang makin mudah diterima.

Kebiasaan instan dan ingin kemudahan sudah menjadi kebiasaan masyarakat, karena masyarakat kita tidak suka dengan berbagai kesulitan birokrasi yang selama ini terjadi, seperti mengurus perpanjangan SIM atau STNK sehingga meski birokrasi itu sudah berubah, kebiasaan instan dalam kehidupan masyarakat tetap tidak berubah.

”Kemudahan itu makin didukung dengan adanya berbagai aplikasi yang muncul saat ini, dari pesan ayam goreng melalui sms sampai reservasi atau pembelian tiket secara daring sehingga perilaku masyarakat mulai ada kepercayaan terhadap sistem teknologi digital yang selama ini tidak selalu dapat diterima,” katanya.

Kebutuhan penting
Dalam paparan Ericsson Mobility Report edisi Juni 2015, Vice President Marketing and Communication Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati menyebutkan, lima aplikasi ponsel pintar yang paling banyak digunakan pengguna di Indonesia yakni BlackBerry Messenger, Youtube, WhatsApp, Facebook, dan LINE. Internet telah menjadi bagian penting kebutuhan berkomunikasi masyarakat.

Hasil riset Ericsson yang tidak kalah penting adalah 11 persen responden di Asia Tenggara dan Oseania usia 16-60 tahun sudah menggunakan perangkat yang saling terkoneksi. Adapun sebanyak 16 persen mengatakan sudah memiliki barang rumah tangga dan 13 persen responden mempunyai mobil yang terhubung dengan internet.

Konektivitas ini berpengaruh terhadap perubahan cara orang berkomunikasi. Antoni Christian (26), seorang fotografer lepas, mengatakan, aplikasi media jejaring sosial memiliki ikon emoji dan stiker simbol emosi manusia. Cerita serupa diungkapkan oleh Estella Maria (36), pekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi seluler dan jaringan swasta. Penggunaan aplikasi media jejaring sosial merupakan kebutuhan.

Ketua Bidang Ikatan Sarjana Komunikasi Pusat Irwansyah menyampaikan, BlackBerry Messenger, LINE, WhatsApp, dan jejaring sosial lain sejenis merupakan aplikasi berbasis teks yang dianggap sebagai layanan pesan. Kehadiran ikon emoji ataupun stiker adalah bentuk nilai tambah untuk memberikan variasi dalam bisnis konten berbasis teks. Seiring dengan perkembangan teknologi, nilai tambah itu memperkaya cara-cara berkomunikasi.

Team Leader of Public Relations Line Indonesia Teddy Arifianto mengungkapkan, selama kurun waktu 8 Mei-7 Agustus 2014, nilai penjualan total stiker LINE di Indonesia mencapai Rp 139 miliar. Total set stiker tercatat lebih dari 11.092, dan kondisi ini melampaui seluruh layanan komunikasi data.

Kultur tradisional
Budayawan Radhar Panca Dahana mengatakan, melimpahnya fasilitas digital di sekitar masyarakat di satu sisi turut menciptakan banyak kemudahan. Namun, di sisi lain, ketika teknologi tidak lagi memperhitungkan sebuah proses atau bahkan menghilangkannya, kultur–kultur tradisional yang melatih orang untuk bisa bekerja dengan jujur, sabar, dan bersemangat menjadi turut tergerus.

Menurut Radhar, pada tingkat teknis, teknologi digital memang dibutuhkan. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran pengetahuan, prinsip efisiensi dan hemat tidak serta merta bisa dilakukan dengan instan, karena proses menjadi sebuah internalisasi nilai-nilai. (MED/ABK/XAR)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Juni 2015, di halaman 17 dengan judul “Digital Kian Mudah Diterima”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB