Kucing adalah hewan yang secara spontan dapat menderita diabetes tipe 2 seperti manusia sehingga penyakit ini bisa dipelajari melalui hewan tersebut untuk kepentingan pengobatan diabetes manusia. Studi baru menunjukkan bahwa komposisi bakteri usus pada kucing yang menderita diabetes berbeda dari komposisi yang terlihat pada kucing sehat.
KOMPAS–Qori Soelaiman, pendiri Yayasan Peduli Kucing, memberi makan kucing peliharaannya di rumahnya, Desa Pasir Jengkol, Kecamatan Majalaya, Karawang, Selasa (10/5/2016).
Penelitian berjudul ”Kucing Diabetes Mengalami Penurunan Keanekaragaman Mikroba Usus dan Kurangnya Bakteri Penghasil Butirat” itu dimuat dalam jurnal Scientific Reports yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 8 Juni 2019. Penelitian dilakukan tim ilmuwan dari Swiss, Denmark, dan Norwegia. Penelitian ini merupakan penelitian kolaborasi antara bidang kedokteran hewan dan kedokteran manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dilakukan karena ada kesamaan patofisiologis atau proses terjadinya penyakit dan kesamaan gejala klinis antara diabetes melitus kucing dengan diabetes melitus tipe 2 manusia.
Dalam jurnal disebutkan, kesamaan itu meliputi usia mulai terkenanya diabetes. Kucing umum menderita diabetes pada usia paruh baya sampai tua. Selain itu, terdapat kesamaan hubungan diabetes dengan obesitas, gangguan sekresi insulin, dan komplikasi penyakit terkait diabetes.
Mirip dengan diabetes manusia, diabetes pada kucing meningkat dalam beberapa tahun terakhir, mungkin terkait dengan meningkatnya obesitas kucing. Perubahan komposisi dan fungsi mikroba lambung dan usus telah diteliti sebagai faktor tambahan yang dapat memainkan peran penting sebagai penyebab atau menjadi konsekuensi diabetes pada manusia. Namun, pada kucing, peran mikroba itu belum dipelajari.
Oleh karena itu, para peneliti mempelajari mikroba usus melalui tinja 82 kucing yang berasal dari Denmark dan Swiss. Hasilnya menunjukkan, keragaman mikroba usus dari kucing diabetes lebih rendah daripada kucing kurus. Keragaman mikroba kucing diabetes juga lebih rendah dibandingkan dengan kucing kurus dan kelebihan berat badan atau obesitas setelah intervensi diet. Singkatnya, mikrobiota usus kucing diabetes ditandai oleh penurunan keanekaragaman mikroba dan hilangnya jenis bakteri penghasil butirat.
KOMPAS–Marni (55) merawat kucing liar yang hidup di sekitar tempat tinggalnya di bawah kolong jembatan Jalan Tol Gedong Panjang, Jakarta Utara, Rabu (14/12/2011).
Asam lemak rantai pendek, seperti butirat, asetat, dan propionat, diproduksi di usus besar oleh mikroba usus tertentu melalui fermentasi polisakarida kompleks. Mereka diketahui secara positif memengaruhi metabolisme glukosa dan energi, serta fungsi kekebalan lokal. Butirat memasok energi untuk sel-sel epitel kolon dan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan pengeluaran energi.
”Hasil penelitian menunjukkan, keragaman bakteri usus juga berkurang pada kucing yang menderita diabetes. Hal yang sama telah terdeteksi pada manusia dan dengan demikian tampak lebih banyak kesamaan pada diabetes antar-spesies daripada yang diperkirakan sebelumnya,” tutur Ida Nordang Kieler dari Departemen Ilmu Kedokteran Hewan Klinik Universitas Kopenhagen, Denmark.
Pada masa depan, para peneliti berharap dapat menggunakan studi seperti ini untuk lebih memahami dan mengobati diabetes pada kucing, sementara mungkin pada saat yang sama meningkatkan pengetahuan tentang metabolisme glukosa dan diabetes pada manusia. Hal itu karena beberapa ketidakpastian lebih mudah dikendalikan dalam uji hewan.
”Kami berharap bahwa lebih banyak peneliti ingin berkolaborasi dalam mempelajari diabetes pada kucing karena dalam beberapa hal studi ini lebih mudah dikendalikan daripada studi yang melibatkan manusia. Anda dapat mengontrol nutrisi kucing dengan cermat dan dengan demikian menghilangkan elemen yang mengganggu dan, dengan lebih sedikit hewan, mendapatkan hasil yang lebih stabil,” kata Charlotte Reinhard Bjørnvad dari Departemen Ilmu Kedokteran Hewan Klinik Universitas Kopenhagen.
Selain itu, para peneliti sekarang mencoba untuk membangun perpustakaan lengkap bakteri usus pada kucing, sejenis ensiklopedia untuk para peneliti yang mempelajari kucing. Perpustakaan semacam itu sudah tersedia untuk manusia dan anjing.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 8 Juni 2019