Perilaku Kucing Bermasalah Ketika Dipisahkan dari Pemiliknya

- Editor

Jumat, 17 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pencinta kucing kampung di ajang Cat's On Street di area hari Bebas Kendaraan Bermotor, Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (7/9). Mereka ingin menunjukkan bahwa kucing kampung bukan hama dan bisa tampil sama cantik dan gagah seperti ras kucing lainnya.

Kompas/Lasti Kurnia (LKS)
07-09-2014

Pencinta kucing kampung di ajang Cat's On Street di area hari Bebas Kendaraan Bermotor, Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (7/9). Mereka ingin menunjukkan bahwa kucing kampung bukan hama dan bisa tampil sama cantik dan gagah seperti ras kucing lainnya. Kompas/Lasti Kurnia (LKS) 07-09-2014

Penelitian menunjukkan, perilaku kucing bermasalah ketika dipisahkan dengan pemiliknya.

Memelihara hewan, termasuk kucing, adalah komitmen seumur hidup. Artinya, pemilik harus bertanggung jawab memelihara kucingnya sejak lahir hingga kematiannya. Penelitian menunjukkan, perilaku kucing bermasalah ketika dipisahkan dengan pemiliknya.

KOMPAS/AGUS SUSANTO–Kucing terlelap di antara warga yang berolahraga pagi hari di jalan inspeksi Kanal Timur di Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (9/4/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian itu berjudul ”Identifikasi Masalah Terkait Pemisahan pada Kucing Domestik: Survei Kuesioner”. Penelitian itu dimuat dalam jurnal PLOS ONE edisi 15 April 2020 yang juga dipublikasikan Science Daily. Penelitian dilakukan tim ilmuwan Universidade Federal de Juiz de Fora, Brasil, seperti Daiana de Souza Machado dan Maria Camila Ceballos dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.

Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya pengabaian kucing di dunia oleh pemiliknya, tak terkecuali di Indonesia. Kucing yang dibuang pemiliknya menjadi pemandangan sehari-hari di sekitar penduduk Indonesia. Pengabaian seperti itu ternyata menimbulkan masalah psikologi yang disebut masalah terkait pemisahan atau separation-related problems (SRP).

”SRP pada kucing domestik adalah gangguan perilaku yang sulit diidentifikasi karena jumlah penelitian yang dilakukan sangat terbatas,” tulis Daiana de Souza Machado dan rekan-rekannya.

Penelitian dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Populasi yang diwawancarai adalah pemilik kucing dewasa (di atas enam bulan) yang tinggal di kota Juiz de Fora, Negara Bagian Minas Gerais, Brasil. Total 223 kuesioner diisi oleh 130 pemilik yang kucingnya tinggal di rumah, apartemen, atau perusahaan komersial.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Kucing rebahan dengan santai di peron Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan, Senin (6/4/2020) sekitar pukul 09.07.

Hasil penelitian menunjukkan, perilaku destruktif adalah perilaku yang paling sering dilaporkan (66,67 persen) diikuti vokalisasi berlebihan (63,33 persen), buang air kecil di tempat yang tidak pantas (60,00 persen), depresi-apatis (53,33 persen), agresif (36,67 persen), dan gelisah-agitatif (36,67 persen). Dalam frekuensi yang lebih rendah, buang air besar di tempat-tempat yang tidak pantas 23,33 persen.

”(Penelitian) ini dapat memberikan instrumen yang praktis dan efisien untuk membantu ahli etika hewan dan dokter hewan membuat diagnosis awal SRP dengan lebih percaya diri,” tulis Daiana de Souza Machado dan rekan-rekannya.

Penelitian terdahulu tentang gangguan pada kucing ini dilakukan Stefanie Schwartz dari Universitas Tufts, AS, yang dimuat dalam jurnal JAVMA edisi 1 Juni 2003. Penelitiannya berjudul ”Sindrom Kecemasan karena Pemisahan pada Anjing dan Kucing”.

Menurut Stefanie Schwartz, sindrom kecemasan karena pemisahan atau separation anxiety syndrome (SAS) adalah reaksi terhadap pemisahan diri. Jadi, anjing dan kucing menunjukkan perilaku yang mencerminkan dampak emosional dari kematian teman dekat.

KOMPAS/SUCIPTO–Seekor kucing melintasi sampah plastik yang tersangkut di tanaman di sekitar Pantai Ambalat, Kelurahan Amborawang Laut, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (24/8/2019).

”Tanda-tanda kelesuan atau agitasi, penarikan sosial atau ketergantungan berlebihan yang tidak biasa, tidak mau makan, dan perubahan lainnya bisa terjadi. Selain itu, stres dapat memicu penyakit laten atau subklinis (gejala tidak terlihat),” tulis Schwartz.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 16 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB