Detail Tata Ruang Minim Data

- Editor

Jumat, 30 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berbagai sektor di pemerintahan pusat dan daerah memerlukan rencana detail tata ruang. Namun, perencanaan itu belum didukung citra satelit beresolusi tinggi. Hanya 3,5 persen wilayah yang punya citra satelit resolusi tinggi.


Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Orbita Roswintiarti mengemukakan hal itu seusai acara serah terima data penginderaan jauh (inderaja) resolusi tinggi dari Lapan pada sembilan instansi terkait, Kamis (29/1), di Jakarta.

Dari 1,9 juta kilometer persegi (km2) luas wilayah Indonesia, hanya 68.000 km2 yang punya citra resolusi tinggi di bawah 60 sentimeter. Dari 1,9 juta km2 setelah dikurangi kawasan hutan, data yang jadi prioritas pencitraan resolusi tinggi 500.000 km2.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Saat ini citra resolusi tinggi itu harus dibeli dengan harga mahal,” ucapnya. Citra itu berasal dari satelit milik Amerika Serikat dan Eropa, yakni Pleiades (Perancis), Quickbird, Geoeye dan Ikonos (AS). Untuk mendapat data satelit itu butuh dana 10 euro atau 18 dollar AS tiap km citra satelit.

Untuk mendapat citra resolusi tinggi bagi daerah prioritas seluas 500.000 km2 butuh dana 5 juta euro atau 9 juta dollar AS atau Rp 112,5 miliar. Dana itu belum bisa dipenuhi Lapan, karena pada tahun ini hanya ada dana pembelian data inderaja Rp 2 miliar.

Direktur Pemetaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang Roland Sijabat mengatakan, dalam APBNP 2015, alokasi dana pengadaan citra resolusi tinggi Rp 180 miliar. Pengadaan citra itu memakai foto udara, tetapi itu baru 2 persen wilayah.

Lapan menyusun data inderaja resolusi tinggi dan menengah berupa citra satelit SPOT-5 resolusi 2,5 meter dan citra SPOT-6 resolusi 1,5 m dua tahun terakhir ini. Adapun citra beresolusi menengah dari satelit Landsat-7 dan Landsat-8. ”Citra resolusi menengah menghasilkan mosaik citra bebas awan,” kata Orbita. (YUN)

Sumber: Kompas, 30 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB