President and CEO Siemens AG Joe Kaeser yakin China akan menjadi negara dengan ekonomi terkuat di dunia. Saat ini China yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir berhasil melesat di posisi nomor dua.
”Pertanyaannya, bagaimana masa depan China? Saya yakin China akan menjadi negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia,” kata Kaeser dalam pembukaan Belt and Road International (BRI) Summit 2018 di Beijing, China, Rabu (6/6/2018).
BRI Summit 2018 yang dibuka CEO Siemens Greater China Lothar Hermann akan berlangsung hingga Kamis (7/6/2018) besok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA–President and CEO Siemens AG Joe Kaeser dalam pembukaan Belt and Road International Summit 2018 di Beijing, China, Rabu (6/6/2018) pagi.
Joe Kaeser mengaku bangga Siemens dapat berkontribusi dalam pembangunan China. Kemitraan Siemens dan Pemerintah China sudah dijalin sejak 1872.
Pada 1985, ditandatangani kerja sama komprehensif antara perusahaan asal Jerman ini dan Pemerintah China. Dari orientasi bisnis, Siemens peduli pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
”Kami meraih sukses besar, dan meraih keuntungan bersama,” kata Kaeser. Pada tahun fiskal 2017, Siemens meraup pendapatan 7,2 miliar euro. Saat ini Siemens mempekerjakan 32.000 pegawai, 4.500 anggota staf riset dan pengembangan, memiliki 12.000 aplikasi yang telah dipatenkan, serta 21 hub riset dan pengembangan.
Kami meraih sukses besar dan meraih keuntungan bersama.
Siemens, misalnya, membangun pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terbesar di dunia (1.100 kV) di China.
Joe Kaeser menegaskan, tim Siemens China berkomitmen penuh untuk mewujudkan visi ”Made in China 2025”. Ini dibuktikan dengan dibangunnya pabrik digital pertama di luar Jerman, yaitu di Chengdu, China. ”Ini menunjukkan betapa pentingnya China bagi Siemens,” kata Kaeser.
Siemens juga membangun pabrik di Shenzhen yang mempekerjakan 25.000 software engineer dari seluruh dunia. Ini salah satu komitmen Siemens untuk membantu China mewujudkan visi ”Made in China 2025”.
Kerja sama dalam bidang digitalisasi kian diperkuat setelah Presiden China Xi Jinping dan Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu pada 2017.
Tim Siemens China berkomitmen penuh mewujudkan visi ”Made in China 2025”.
Selain dua petinggi Siemens AG, pembicara dalam pembukaan BRI Summit 2018 adalah Zhou Xiao Fei, Deputi Sekretaris Jenderal Komisi Reformasi dan Pengembangan Nasional China, dan Cao Pei Xi, Chairman China Huaneng Group Co Ltd.
Pejabat Indonesia yang akan tampil adalah Wismana Adi Suryabrata, Deputi Kepala Badan Perencanaan Nasionak (Bappenas) Bidang Infrastruktur. Adapun Ridwan Djamaluddin, Deputi Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman Bidang Infrastruktur, akan tampil siang nanti dalam diskusi panel bersama petinggi Siemens dan pejabat China.
KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA–Para pembicara dan peserta The Belt and Road International Summit 2018 di Beijing, China, berfoto bersama Rabu (6/6/2018) pagi.
Visi Made in China 2025
”Made in China 2025” adalah inisiatif untuk membawa industri China melakukan transformasi digital secara komprehensif, yang terinspirasi dari Industri 4.0 yang sukses dilakukan Jerman.
Jantung dari gagasan ”Industri 4.0” ini adalah proses produksi yang memanfaatkan teknologi, misalnya menerapkan teknologi informasi dalam setiap produksi. Ini berarti internet of things dimanfaatkan untuk menghubungkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah agar lebih efisien dalam produksi global dan jaringan inovasi. Perusahaan-perusahaan di China tak lagi sekadar melakukan produksi massal yang efisien, tetapi juga menciptakan produksi sesuai permintaan secara efisien dan dilakukan dengan mudah.
Sepuluh sektor prioritas yang direncanakan dalam kebijakan ini adalah teknologi informasi canggih dan baru, peralatan mesin otomatis dan robot, peralatan aerospace dan aeronautical, peralatan maritim dam perkapalan berteknologi tinggi, peralatan transportasi berbasis rel yang modern, kendaraan dengan energi terbarukan, peralatan kelistrikan, peralatan pertanian, bahan-bahan baru, dan produk medis dan biofarma.
Ketika berbicara di depan Akademi Ilmu Pengetahuan China akhir Mei 2018, Presiden China Xi Jinping mengingatkan kembali visi ”Made in China 2025” dan mengajak pakar ilmu pengetahuan di negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia tersebut bertransformasi menjadi pemimpin teknologi tinggi global.–ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA DARI BEIJING
Sumber: Kompas, 6 Juni 2018