Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

- Editor

Kamis, 15 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sosialisasi pendidikan seksual sejak usia dini pada anak-anak di Indonesia dinilai perlu dilakukan, baik oleh orangtua maupun institusi pendidikan. Hal itu bertujuan mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.

Terkait hal itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) akan menggelar Penghargaan Dokter Kecil 2015 pada 26-28 Oktober mendatang, di Jakarta. Sebanyak 40 anak berusia 10-11 tahun dijaring IDI dari 22 provinsi. Mereka direkomendasikan dinas pendidikan dari daerah-daerah.

“Pendidikan seks seharusnya dimulai sejak anak mengetahui ini ayah dan ibunya, saat anak-anak tahu perbedaan fisik yang tampak dari orangtuanya,” kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Ulul Albab, Selasa (13/10), dalam jumpa pers, di Jakarta. Ulul juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kerja Sama dan Kemitraan IDI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa materi tentang kekerasan seksual pada anak diberikan melalui video berjudul Si Aksa dan Si Geni. Video itu dibuat Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) Indonesia bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

“Video itu menjelaskan mana bagian tubuh yang tak boleh disentuh orang lain. Lalu, apa yang harus mereka lakukan kalau berada dalam situasi itu,” kata Karina Adistiana, psikolog yang akan menangani peserta.

664xauto-video-panduan-agar-anak-terhindar-dari-pelaku-pencabulan--151012qDalam kegiatan itu, anak-anak akan belajar merasakan kenyamanan. Rasa nyaman itu akan membuat mereka merespons terhadap segala bentuk kekerasan seksual.

“Peserta dan psikolog akan saling mengobrol tentang video dan berbagai macam hal lain. Metode ini nantinya mereka pakai saat menjelaskan kepada teman sebayanya,” ucap Karina.

Guru pendamping
Selain itu, ada juga pelatihan khusus bagi para guru pendamping seputar materi kekerasan pada anak. Sebab, banyak sekolah tak memiliki prosedur standar operasi untuk mencegah kekerasan seksual pada murid.

“Ini amat penting karena guru adalah orangtua kedua anak-anak. Guru-guru jadi pelindung dan orang yang dipercaya anak. Jadi, mereka dibekali standar-standar yang harus dilakukan jika menemukan kasus kekerasan seksual,” ungkapnya.

Pemberian materi pada guru pendamping sejalan dengan tema Penghargaan Dokter Kecil 2015, “Mewujudkan Sekolah yang Layak bagi Kita Semua”. Para guru diharapkan menciptakan lingkungan sekolah kondusif tempat dokter kecil berada. (B09)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “Cegah Kekerasan Seksual pada Anak”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB