Catatan Iptek; Menangkal Pelecehan

- Editor

Rabu, 21 Mei 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kasus pelecehan seksual yang terus bermunculan dengan pelaku dan korban beragam seakan tenggelam di balik gegap gempita pemberitaan politik. Padahal, predator masih berkeliaran di sekitar kita dan anak-anak masih amat rentan menjadi korban.

Anak-anak memang belum berkembang sempurna kognisi, sosial, fisik, dan mentalnya sehingga mudah menjadi mangsa. Tabunya membahas seksualitas secara terbuka memperlemah posisi anak. Mereka jarang diajar tentang bagian-bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang dewasa selain ibunya. Guru dan orangtua tidak terlatih menjawab pertanyaan anak seputar seks. Akibatnya, anak tidak paham membedakan sentuhan yang aman dan tidak aman, apalagi mempertahankan diri saat mengalami pelecehan.

Buku Memetik Hikmah Ajar, Program Aku dan Kamu: Pendidikan Kecakapan Hidup Sosial untuk Anak Usia 4-6 Tahun (PKBI Pusat bersama Rutgers-WPF Indonesia, 2011) mengutip penelitian Saeroni dari Rifka Annisa Yogyakarta yang menyebutkan 5,4 juta-7,8 juta anak perempuan berusia di bawah 15 tahun di Indonesia terancam kekerasan seksual. Berdasarkan data yang masuk ke Rifka Annisa 2000-2005, 1-6 kasus pemerkosaan adalah inses, dilakukan oleh keluarga sedarah atau serumah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1399720044Menurut Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PKT RSCM) antara Juni 2000 dan Juni 2005 telah terjadi 1.200 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dari jumlah itu, 68 terjadi pada anak laki-laki.

Artinya, semua anak rentan terhadap tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Kejahatan ini bisa berlangsung kapan saja, oleh siapa saja, dan di mana saja: di rumah, di tetangga, di sekolah, bahkan di lembaga-lembaga yang berbasis agama.

Oleh karena itu, anak perlu bekal penangkal kejahatan seksual dan orangtua ataupun guru perlu ilmu untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak, sekaligus mendeteksi tanda-tanda sedini mungkin saat anak menjadi korban.

Pendidikan seksualitas
Kuncinya adalah pendidikan seksualitas, yang mencakup bidang sangat luas mulai dari pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, organ-organ reproduksi dan fungsinya, serta bagaimana merawat dan menjaga kesehatannya. Seksualitas juga menyangkut hubungan antarmanusia, terutama laki-laki dan perempuan, pengenalan dan pengendalian emosi, serta yang terpenting menghindarkan diri dari pelecehan dan kekerasan seksual.

Maka, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bekerja sama dengan Rutgers-WPF (dulu World Population Foundation) Indonesia dan Bernard van Leer Foundation meluncurkan Program Pendidikan Seksualitas untuk Anak Usia Pra-Sekolah (Program Aku dan Kamu) sejak 2005.

Inilah program pendidikan seksualitas komprehensif pertama di Indonesia yang dikembangkan untuk anak usia dini, bertujuan meningkatkan keterampilan sosial anak prasekolah untuk mencegah tindak pelecehan hingga kekerasan seksual.

Dengan proyek rintisan di Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan kemudian Samarinda, Program Aku dan Kamu sudah melatih lebih dari 164 guru dan mengintervensi lebih dari 6.232 anak. Lebih dari 110 sekolah TK dan PAUD Bina Anaprasa menerapkan program ini untuk anak, guru, dan lebih dari 1.300 orangtua.

Menurut Nurul Agustina MA, Koordinator Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Rutgers-WPF, orang masih sering salah persepsi terhadap pendidikan seksualitas. ”Kenyataannya adalah seksualitas mengacu pada totalitas diri seseorang dan mengukuhkan identitasnya sebagai manusia,” kata Nurul.

Oleh: Agnes Aristiarini

Sumber: Kompas, 21 Mei 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB