Butuh Lebih Banyak Perempuan Peneliti

- Editor

Jumat, 10 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hampir setengah penduduk Indonesia adalah perempuan. Jumlah siswa hingga tingkat sarjana juga didominasi perempuan. Namun, amat sedikit perempuan memilih jadi peneliti. Kondisi serupa juga terjadi di negara maju.

Dalam konteks pekerjaan di Indonesia, peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Neni Sintawardani, di Jakarta, Rabu (8/3), mengatakan, profesi peneliti bukan pilihan utama. Pendapatan periset umumnya lebih rendah daripada profesi lain. “Jadi peneliti bukan pekerjaan populer,” ujarnya.

Data Institut Statistika Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) 2015 menyebut, 31 persen peneliti di Indonesia ialah perempuan. Proporsi itu lebih tinggi daripada rata-rata jumlah perempuan peneliti Asia Timur dan Pasifik yang hanya 23 persen, bahkan di dunia 29 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kehadiran banyak perempuan peneliti menunjukkan terbukanya kesempatan adil dan setara bagi perempuan untuk menekuni sains dan teknologi. Kelebihan yang dimiliki perempuan, seperti lebih rinci, teliti, dan telaten, bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia lewat riset sains dan teknologi.

Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, Yenny Meliana, menambahkan, menjadi peneliti butuh kemauan besar. Riset kerap dianggap membosankan, rumit, dan butuh waktu banyak. Padahal, sains dan teknologi menyenangkan. “Tantangan itu seharusnya jadi penyemangat, bukan penghalang,” katanya.

Namun, peneliti bioteknologi kesehatan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Ratih Asmana Ningrum, menilai, banyak perempuan enggan jadi peneliti karena menganggap itu menjauhkan mereka dari keluarga dan rentan mengalami diskriminasi. “Banyak perempuan peneliti mampu menyeimbangkan karier dan urusan keluarga,” ujarnya.

Diskriminasi di dunia riset Indonesia diakui sejumlah perempuan peneliti LIPI tak terjadi. Kesetaraan lelaki dan perempuan peneliti di Indonesia lebih baik dibandingkan di negara maju, seperti Jepang. “Di lapangan, lelaki dan perempuan peneliti punya tugas dan tanggung jawab sama,” kata peneliti satwa melata dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Evy Ayu Arida.

Meski lebih berat, perempuan yang memilih jadi peneliti harus siap dan berani menghadapi segala konsekuensinya. (MZW)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Butuh Lebih Banyak Perempuan Peneliti”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB