Bukti Baru Covid-19 Bisa Ditularkan Melalui Udara

- Editor

Kamis, 1 Oktober 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masker bermotif batik yang dikenakan warga di RW 04 Cibuluh, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/9/2020). Seni Batik menjadi program pemberdayaan warga di wilayah RW 4 Kelurahan Cibuluh. Di wilayah yang kini dikenal dengan sebutan Kampung Batik Cibuluh ini terdapat 40 pembatik yang yang dibagi dalam 8 kelompok. Program pemberdayaan warga, yang mayoritas adalah perempuan, tersebut menjadi penggerak perekonomian keluarga mereka. Harga batik cap hasil karya mereka dijual mulai Rp 175 ribu hingga Rp 350 ribu, sedangkan batik tulis mulai Rp 300 ribu hingga Rp 7,5 juta. 

Kompas/Rony Ariyanto Nugroho (RON)
17-9-2020

Masker bermotif batik yang dikenakan warga di RW 04 Cibuluh, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/9/2020). Seni Batik menjadi program pemberdayaan warga di wilayah RW 4 Kelurahan Cibuluh. Di wilayah yang kini dikenal dengan sebutan Kampung Batik Cibuluh ini terdapat 40 pembatik yang yang dibagi dalam 8 kelompok. Program pemberdayaan warga, yang mayoritas adalah perempuan, tersebut menjadi penggerak perekonomian keluarga mereka. Harga batik cap hasil karya mereka dijual mulai Rp 175 ribu hingga Rp 350 ribu, sedangkan batik tulis mulai Rp 300 ribu hingga Rp 7,5 juta. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho (RON) 17-9-2020

Studi terbaru menunjukkan, Covid-19 bisa ditularkan melalui udara di ruang tertutup. Karena itu, penggunaan masker menjadi keharusan untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan virus korona baru.

Penelitian terbaru semakin menguatkan bahwa Covid-19 bisa ditularkan melalui udara di ruang tertutup dan merekomendasikan pentingnya penggunaan masker. Bukti terbaru ini didapatkan dari penularan yang terjadi di antara sesama penumpang bus berpenyejuk ruangan udara di China.

Kajian yang dilakukan tim peneliti dari University of Georgia ini dipublikasikan di jurnal JAMA Internal Medicine edisi September 2020. Penularan Covid-19 melalui udara telah lama dicurigai, tetapi bukti empirisnya terbatas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Studi kami memberikan bukti epidemiologi penularan dari jarak jauh, yang kemungkinan besar melalui udara,” kata Ye Shen, profesor epidemiologi dan biostatistik di College of Public Health- University of Georgia, yang juga penulis utama studi ini, dalam keterangan tertulis, Rabu (30/9/2020).

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih beranggapan bahwa penularan Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru terutama melalui kontak dekat melalui tetesan sekalipun belakangan menyatakan ada kemungkinan melalui tetesan lebih kecil atau mikrodroplet di udara.

”Kajian kami menunjukkan, jarak sosial (1 meter) dan cuci tangan yang diterapkan secara luas tidak secara efektif mencegah penularan secara global. Sebaliknya, jumlah kasus Covid-19 baru meningkat dengan mantap,” kata Shen.

Shen dan tim bekerja dengan ahli epidemiologi dari dua pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di China untuk melacak infeksi setelah acara ibadah luar ruangan besar di Provinsi Zhejiang. Beberapa peserta ternyata naik dua bus ke acara tersebut, menciptakan eksperimen alam yang unik bagi para peneliti.

Studi kami memberikan bukti epidemiologi penularan dari jarak jauh, yang kemungkinan besar melalui udara.

Kedua bus telah menutup jendela dan mesin penyejuk ruangan (AC) berjalan, kata Changwei Li, profesor epidemiologi di Universitas Tulane dan rekan penulis studi. Satu bus membawa pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 dan yang lainnya tidak.

Dari penumpang yang kemudian tertular, sebagian besar naik bus yang sama dengan pasien Covid-19 sebelumnya. Meskipun kedua kelompok tersebut kemudian berbaur dengan kerumunan lebih besar pada acara ibadah tersebut, jumlah kasus baru yang dikaitkan dengan acara itu jauh lebih rendah. Itu menunjukkan bus menjadi titik transmisi utama.

Beberapa penumpang bus yang menunjukkan gejala Covid-19 ternyata tidak duduk di dekat penumpang yang terinfeksi sebelumnya.

Berdasarkan temuan ini, peneliti menduga, penularan terjadi melalui partikel aerosol halus yang diedarkan di ruang tertutup dan ini makin potensial terjadi dalam ruangan berpenyejuk ruangan. Karena itu, Shen berharap temuan ini akan mendorong lebih banyak orang untuk memakai masker di tempat umum, terutama di dalam ruangan.

”Memahami rute penularan Covid-19 sangat penting untuk menahan pandemi sehingga strategi pencegahan yang efektif dapat dikembangkan dengan menargetkan semua rute penularan potensial,” kata Shen. Temuan ini memberikan dukungan kuat untuk mengenakan penutup wajah di lingkungan tertutup dengan ventilasi buruk.

Dalam konteks Indonesia, hasil kajian ini bisa menjelaskan tingginya penularan di perkantoran di Indonesia. Masalahnya tingkat kepatuhan masyarakat di Indonesia terhadap pemakaian masker relatif rendah.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7-14 September, 17 persen dari 90.967 responden menyatakan sangat tidak mungkin atau tidak mungkin terinfeksi Covid-19. Sementara yang mengatakan sangat mungkin tertular 19,3 persen, 34,3 persen cukup mungkin tertular, dan 29,4 persen mungkin tertular penyakit menular tersebut.

”Kita perlu lebih keras lagi meningkatkan atau menggencarkan mengenai pemahaman masyarakat tentang Covid-19 bahwa siapa pun bisa terkena risiko karena Covid-19 tidak mengenal umur, jenis kelamin, pendidikan, dan status sosial,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat mempresentasikan surveinya di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pekan lalu.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 30 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB