BMKG terus berupaya mewujudkan kemandirian dengan memproduksi sendiri peralatan penunjang tugasnya. Salah satunya dengan memproduksi alat pengamatan cuaca untuk membantu aktivitas penerbangan di bandara.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Sejumlah pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meninjau peralatan sistem pengamatan cuaca otomatis (automated weather observing system/AWOS) di kompleks Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (8/7/2019). Peralatan AWOS digunakan untuk memantau kondisi cuaca seperti arah dan kecepatan angin, jarak pandang, serta suhu, kelembaban, dan tekanan udara.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terus berupaya mewujudkan kemandirian dengan memproduksi sendiri peralatan penunjang tugasnya. Salah satu peralatan yang telah berhasil diproduksi sendiri adalah alat pengamatan kondisi cuaca untuk membantu aktivitas penerbangan di bandar udara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kami berharap bisa terus mendorong kemandirian,” kata Kepala Pusat Instrumentasi, Kalibrasi, dan Rekayasa BMKG Hanif Andi Nugraha saat berkunjung ke Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (8/7/2019).
Dalam kunjungan itu, Hanif dan sejumlah pejabat BMKG meninjau peralatan sistem pengamatan cuaca otomatis (automated weather observing system/AWOS) di kompleks Bandara Internasional Yogyakarta. AWOS merupakan alat untuk memantau kondisi cuaca, seperti arah dan kecepatan angin, jarak pandang, tinggi awan, serta suhu, kelembaban, dan tekanan udara.
Hanif menjelaskan, AWOS yang dipasang di Bandara Internasional Yogyakarta dibuat sendiri oleh BMKG. Selain di Bandara Internasional Yogyakarta, peralatan AWOS yang dirakit sejak tahun 2017 itu juga dipasang di Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur, serta sejumlah bandara di Papua.
Meski begitu, Hanif mengakui, sebagian sensor yang terpasang pada peralatan AWOS tersebut masih harus diimpor. ”Kami akui untuk sensor-sensor tertentu, misalnya, untuk mengukur tinggi awan dan jarak pandang, masih impor. Namun, sistemnya sudah kita kerjakan sendiri,” ujarnya.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Petugas BMKG memantau layar yang menampilkan hasil pengamatan cuaca menggunakan sistem pengamatan cuaca otomatis di kompleks Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Senin (8/7/2019).
Menurut Hanif, hingga sekarang, kebanyakan peralatan AWOS yang terpasang di bandara-bandara di Indonesia masih merupakan buatan negara lain. Mayoritas peralatan AWOS di Indonesia berasal dari Amerika Serikat, Finlandia, dan Slowakia.
Penggunaan AWOS dari beberapa negara berbeda itu memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya peralatan AWOS yang dibuat oleh pabrikan dari luar negeri itu sudah memiliki desain sistem sendiri sehingga susah disesuaikan dengan karakter atau kondisi bandara di Indonesia.
Selain itu, peralatan AWOS dari beberapa produsen berbeda itu sulit diintegrasikan data dan sistemnya. Peralatan AWOS dari setiap negara memiliki konfigurasi sistem yang berbeda satu sama lain.
Kondisi itulah yang mendorong para perekayasa di BMKG merancang dan membuat sendiri peralatan AWOS. Selain lebih mudah disesuaikan dengan kondisi bandara di Indonesia serta lebih mudah diintegrasikan data dan sistemnya, peralatan AWOS rakitan BMKG itu juga lebih murah.
Oleh karena itu, pemakaian peralatan AWOS rakitan BMKG bisa menghemat anggaran negara. ”Penghematannya bisa mencapai 40-50 persen,” ujar Hanif.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Sejumlah pejabat BMKG meninjau peralatan sistem pengamatan cuaca otomatis (automated weather observing system/AWOS) di kompleks Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Senin (8/7/2019).
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Agus Wahyu Raharjo menyatakan, peralatan AWOS sangat penting untuk menjamin keselamatan penerbangan. Informasi pengamatan cuaca dari AWOS sangat dibutuhkan oleh manajemen bandara dan pilot, terutama saat pesawat hendak lepas landas atau mendarat.
Menurut Agus, dari 289 bandara di Indonesia, BMKG telah memasang peralatan AWOS di 180 bandara. Di sejumlah bandara yang memiliki landasan udara lebih dari satu, BMKG memasang lebih dari satu AWOS. ”Di bandara di Makassar, misalnya, itu kan runway (landasan) ada dua. Jadi, kami pasang dua AWOS juga,” katanya.
Agus memaparkan, hasil pengamatan cuaca dari AWOS akan dikirim kepada petugas pemandu lalu lintas udara (air traffic controller/ATC). Setelah itu, petugas ATC akan meneruskan informasi tersebut kepada pilot.
”Tujuan dari pemberian informasi itu adalah agar aktivitas take off (lepas landas) dan landing (mendarat) bisa berjalan dengan aman karena yang paling krusial dalam penerbangan adalah take off dan landing,” ujar Agus.
Menurut Agus, saat pesawat terbang hendak lepas landas atau mendarat, pilot harus mengetahui secara persis kondisi cuaca, seperti arah dan kecepatan angin serta jarak pandang. Dengan mengetahui informasi itu, pilot bisa mengambil keputusan tepat saat hendak lepas landas atau mendarat. ”Jadi, informasi-informasi harus sampai kepada pilot,” katanya.
Oleh HARIS FIRDAUS
Sumber: Kompas, 8 Juli 2019