Bambu Laut Kini Dilindungi secara Permanen

- Editor

Jumat, 21 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bambu laut atau ”Isis” spp kini berstatus dilindungi penuh. Jenis karang di ekosistem terumbu karang ini memiliki populasi kecil dan pertumbuhan lambat.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN–Bambu laut kini dilindungi penuh oleh Pemerintah Indonesia. Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 20 Februari 2020.

Kementerian Kelautan dan Perikanan meningkatkan status perlindungan terhadap bambu laut. Penetapan status perlindungan penuh bambu laut menjadi langkah strategis yang diputuskan pemerintah untuk mencegah penurunan populasi bambu laut di alam serta kerusakan ekosistem terumbu karang yang meluas akibat eksploitasi bersifat destruktif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 8 Tahun 2020 telah menetapkan bambu laut (Isis spp) sebagai jenis karang yang dilindungi secara penuh. Keputusan menteri itu menggantikan Kepmen KP Nomor 46 Tahun 2014 tentang perlindungan terbatas bambu laut selama lima tahun.

Dalam siaran pers KKP, Kamis (20/2/2020), Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Aryo Hanggono menjelaskan, moratorium atau perlindungan terbatas bambu laut selama lima tahun (2014-2019) masih harus dilanjutkan untuk mencegah penurunan populasi bambu laut dan mempersiapkan langkah pengelolaannya. ”Maka, penetapan status perlindungan penuh bambu laut menjadi keputusan yang paling tepat bagi Indonesia,” kata Aryo.

Ia menambahkan, penetapan status perlindungan bambu laut akan ditindaklanjuti dengan perbaikan pengelolaan bambu laut, yakni dengan melakukan kegiatan riset tentang cara mengambil bambu laut yang ramah lingkungan sehingga tak merusak ekosistem terumbu karang. Selain itu, kegiatan rehabilitasi dan pemantauan populasi bambu laut secara berkala serta peningkatan nilai ekonomis bambu laut melalui kajian bioteknologi bambu laut juga dinilai bisa mendukung pengelolaan bambu laut.

Bambu laut atau karang bambu merupakan biota penyusun terumbu karang kedua setelah karang batu. Bambu laut dikenal sebagai salah satu jenis karang lunak (octocorallia) yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik. Di Indonesia, jenis ini mendominasi perairan Indonesia bagian timur, terutama perairan Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

KOMPAS/SATYA WINNIE UNTUK KOMPAS–Keindahan hamparan terumbu karang dan ikan-ikan, Kamis (28/11/2019), di lepas pantai Pulau Lihaga, Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Selain itu, bambu laut mengandung senyawa antivirus yang menjadi bahan baku farmasi. Tingginya permintaan pasar luar negeri mengakibatkan bambu laut berpotensi untuk dieksploitasi dan diperdagangkan oleh masyarakat jika tidak dilindungi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan Status Jenis Ikan Dilindungi, bambu laut telah memenuhi kriteria jenis ikan dilindungi, yakni keberadaannya yang langka karena kepadatan populasi kecil, pertumbuhan lambat, dan terancam punah akibat rusaknya habitat bambu laut karena penangkapan tak ramah lingkungan.

Sementara Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Augy Syahailatua memaparkan, sebaran jenis bambu laut amat jarang dijumpai dan umumnya dalam jumlah tidak berlimpah. Augy juga menjelaskan, laju pertumbuhan bambu laut relatif lambat sehingga untuk mencapai ukuran komersial diperlukan lima-enam tahun. Adapun usaha budidaya bambu laut belum memberi hasil maksimal.

”Di tingkat nelayan, bambu laut memiliki nilai jual yang rendah sehingga harus dipanen dalam jumah yang besar. Hal ini kurang sebanding dengan dampak kerusakan lingkungan yang terjadi pada saat pengambilannya,” ujarnya.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 20 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB