Badak Sumatera Tinggal 100 Ekor

- Editor

Selasa, 25 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badak sumatera yang ada di Indonesia tinggal sekitar 100 ekor. Perkembangbiakan badak sumatera tidak mudah, selain tidak mudah mengawinkan badak jantan dan betina, satu ekor badak sumatera juga dilahirkan dalam siklus 3-5 tahun. Karena itu, badak sumatera menjadi prioritas dalam pengembangbiakan hewan ikonik Indonesia, dengan target pertumbuhan 10 persen.

Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta dan organisasi pemerhati badak sumatera. “Salah satu wujudnya adalah Suaka Rhino Sumatra,” kata Kepala Subdirektorat Jenderal Pemanfaatan Jenis Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Nunu Anugrah pada acara bincang-bincang dalam rangka memperingati Hari Badak Sedunia, Jumat (22/9), di Jakarta.

Suaka Rhino Sumatera (SRS) merupakan tempat pengembangbiakkan badak sumatra secara semialami di Taman Nasional Way Kambas. Ni Made Ferawati, dokter hewan di SRS, mengatakan, ada tujuh badak sumatera yang dikembangbiakkan di SRS yang luasnya 100 hektar ini. Sejak 2011, tim dokter hewan di SRS meneliti inseminasi buatan pada badak sumatera. “Terakhir kami mencobanya pada Mei lalu, tetapi gagal,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sepasang panda
Indonesia mendapat kepercayaan merawat sepasang panda asal China. Panda jantan bernama Cai Tao yang berusia 7 tahun dan panda betina bernama Hu Chun yang berusia 7 tahun itu dijadwalkan tiba dari Chengdu, Provinsi Sichuan, ke Indonesia pada 28 September. Panda itu akan dirawat di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Jawa Barat.

Direktur Utama TSI Cisarua Jansen Manangsang di Jakarta, mengatakan, China memberikan kepercayaan kepada Indonesia merawat sepasang panda itu selama 10 tahun. Namun, peminjaman dua satwa berstatus Appendix I CITES atau rawan punah bisa itu diperpanjang jika Indonesia sukses merawat dan membiakan satwa pemakan bambu tersebut.

Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam KLHK Listya Kusumawardhani mengatakan, kerja sama konservasi itu untuk mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dan China. Kerja sama konservasi panda itu diinisiasi sejak 2010 pada peringatan ke-60 hubungan diplomatik antara Indonesia dan China. (DD09/DD03/DRI)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Badak Sumatera Tinggal 100 Ekor”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB