Layanan kelas digital kini ditopang dengan berbagai aplikasi pembelajaran daring. Aplikasi yang disediakan kian interaktif sehingga memudahkan para penggunanya.
Berbagai perusahaan menyediakan layanan kelas digital. Aplikasi yang disediakan kian interaktif. Dari sisi pengguna, menciptakan interaksi daring yang memantik siswa agar semangat belajar menjadi tantangan.
Teranyar, perusahaan layanan, konsultasi, dan solusi bisnis teknologi informasi, tata consultancy services (TCS), menghadirkan layanan kelas digital bernama TCS iON Digital Glass Room. Layanan ini hadir untuk memfalisitasi pembelajaran dalam jaringan yang dilakukan institusi pendidikan lantaran Covid-19. Layanan ini gratis hingga Maret 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kebutuhan yang saat ini diperlukan adalah alat untuk membantu mengintegrasikan pembelajaran daring dengan pembelajaran di dalam kelas dengan meningkatkan ilmu pengajaran dengan intervensi digital. Jalur digital ini akan dapat membantu menyiapkan siswa atau mahasiswa untuk jenis pekerjaan yang baru muncul di lapangan kerja setelah Covid-19,” kata Country Head TCS Indonesia Bhavin Zaveri, Selasa (4/8/2020), dalam diskusi daring.
Pada saat beralih ke kelas virtual, kata Bhavin, guru dan dosen juga harus mengimplementasikan strategi pembelajaran interaktif yang baru, penilaian dengan pengawasan, dan penilaian jarak jauh sambil tetap memastikan privasi para pemangku kepentingan tetap terjaga
KOMPAS/INSAN ALFAJRI–Country Head TCS Indonesia Bhavin Zaveri, Selasa (4/8/2020), dalam diskusi daring, menjelaskan aplikasi TCS iON Digital Glass Room.
Bhavin menjelaskan, layanan kelas digital yang sudah lebih dulu hadir hanya fokus pada pembelajaran. Sementara TCS iON menghadirkan pengalaman dalam hal transformasi digital.
Menurut dia, pembelajaran digital bukan hanya tentang memiliki sistem manajemen pembelajaran. Lebih dari itu, sistem manajemen pembelajaran yang digagas TCS sangat mudah karena berada dalam satu aplikasi yang dapat diakses oleh seseorang dan sekaligus orang tersebut bisa mempelajari sendiri cara penggunaan aplikasi melalui video yang tersedia di aplikasi.
”Kami memberikan konten dalam mode digital, yang tidak ada di sebagian besar platfrom lain. Kemudian kami menyediakan platform untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan cara yang menghadirkan kompetisi melalui kuis, tes pekerjaan rumah (PR), dan sebagainya. Ini artinya mencakup lebih banyak fitur daripada sekadar manajemen pembelajaran,” tambahnya.
Dia mencontohkan pembelajaran turbin bagi mahasiswa teknik. Melalui aplikasi ini, turbin bisa hadir dalam format tiga dimensi dan empat dimensi sehingga mahasiswa mendapat pengetahuan yang lebih mendalam. Selain itu, iON Digital Glass Room juga terintegrasi dengan dua platform konferensi pihak ketiga. Kemampuan platform konferensi ini dapat diakses secara mudah melalui platform TCS iON.
Baik institusi pendidikan maupun perusahaan yang ingin menggunakan platform ini dapat mengajukan permohonan melalui https://www.tcsion.com/Glassroom. Setelah mengajukan permohonan, mereka akan menerima informasi terkait kebutuhan untuk mempersiapkan TCS iON Digital Glass Room.
Tantangan
Dihubungi terpisah, guru SMAN 12 Kota Bekasi, Jawa Barat, Endah Priyati, menjelaskan, tantangan pembelajaran di kelas digital adalah mengemas interaksi siswa dan guru menjadi menarik. Sebagai guru sejarah, materi pelajaran yang termuat dalam kurikulum sangat banyak.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO—Sri Mulyati menjaga warung kaki limanya di Jalan Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang, sembari memantau anaknya, Lentera, yang sedang mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan dibantu oleh Wahyu, tetangganya, Senin (3/8/2020).
Berhubung interaksi guru dan siswa melalui kelas digital berlangsung dengan nirtatap muka, dia harus memadatkan materi tersebut agar siswa tak bosan. Materi yang ringkas, padat, dan aktual menjadi kunci agar siswa terpacu dengan materi tersebut.
Ia mencontohkan tentang materi imperialisme. Dalam penugasan melalui aplikasi kelas digital Google Classroom, ia meminta siswa untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk imperialisme masa kini.
”Saya bicara tentang penjajahan dan ditarik ke era sekarang. Ketika mengerjakan sesuatu, misalnya, tetapi harus mengeluarkan biaya mahal, merasa terjajah, enggak, sih,” demikian gambaran penugasan dari Endah.
Berbeda dengan Endah, guru SDN 2 Kramat Jati, Jakarta Timur, Yati Rohendrayati, justru masih berkutat dengan hal teknis. Sejumlah orangtua muridnya tidak mengerti cara menjalankan aplikasi Google Classroom. Walhasil, beberapa kali ia ”diserbu” orangtua murid ke sekolah. ”Aku diminta buat ngajarin lagi cata menggunakan aplikasinya,” katanya.
Oleh INSAN ALFAJRI
Editor: AGNES RITA
Sumber: Kompas, 4 Agustus 2020