Di tengah hujan deras beberapa waktu lalu di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Siring (5) dan Kanwa (5) dengan tenang menempati ”ruangan” besi di depannya. Tak seberapa lama, datanglah Negara (5) dan Penida (5) yang dengan gesit segera mendekat. Negara memilih pasangannya, begitu pula Penida. Dua sapi asal Bali itu tertarik dengan Siring dan Kanwa yang merupakan sapi asal Madura.
Setelah berputar-putar di sekitar sapi yang mereka sukai, Negara pun tiga hingga lima kali naik ke atas Siring. Pada kali kelima itu, dengan cepat Indra Adie, petugas kolektor semen di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, memasang alat semacam pipa tepat di alat kelamin Negara. Dan, semen si sapi Bali itu pun tertampung di dalamnya.
Bergegas Indra membawa semen yang ditampungnya ke laboratorium. Di tempat itu, semen segar diperiksa, diproses, dan dibekukan dalam storage yang bersuhu minus 196 derajat celsius. Usia semen yang tersimpan di dalam storage bisa puluhan tahun. Semen-semen itulah yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan di BBIB Singosari, kemudian didistribusikan
ke dalam dan luar negeri untuk mengembangbiakkan sapi dan mempertahankan bahkan menambah populasi sapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Proses mengambil semen sapi tersebut dilakukan sekali dalam waktu dua minggu. Pejantan yang bisa diambil semennya adalah sapi berusia 2 tahun. Saat ini masih ada pejantan sapi berusia sudah 17 tahun yang diambil semennya. Ini karena kondisi sapi dan semennya masih sehat.
”Semen yang bagus adalah yang bergerak cepat dan 40 persen hidup. Setiap hari kondisi semen beku ini harus dipantau dan dipisahkan antara yang apkir dan yang baik,” tutur Purwanto, petugas penanganan semen beku BBIB Singosari.
Purwanto menerangkan, semen-semen beku itu disimpan dalam storage berisi cairan nitrogen cair dengan suhu minus 196 derajat celsius. Jika ada straw (tempat menyimpan semen) mengapung, ia akan jadi semen apkir, tidak terpakai dan harus disingkirkan dari storage.
Untuk mendapatkan semen berkualitas bagus, perawatan terhadap sapi-sapi pun tak mudah. BBIB Singosari yang seluas 67,72 hektar (ha) tersebut memiliki lahan hijauan makanan ternak seluas 46,25 ha. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah rumput gajah (19,95 ha), Brachiaria decumbens (10,9 ha), jagung (14,2 ha), dan Calliandra (1,2 ha).
Sapi-sapi di sana pun menjalani perawatan secara spesial. Ada salon sapi yang bisa memungkinkan sapi tumbuh sehat dan kuat. Di salon ini, setiap sapi menjalani pijat tubuh, perawatan kuku, rambut, dan kulit. Jika sapi tidak terawat dan stres, dipastikan semen yang dihasilkan berkualitas buruk. Bahkan, bisa sangat sulit memproduksi semen. Saat ini ada 275 sapi pejantan di BBIB Singosari.
Pilar
Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, BBIB Singosari merupakan salah satu pilar untuk mendukung pertambahan populasi ternak di Tanah Air. Sejak berdiri 1982, BBIB Singosari memproduksi sebanyak 34,4 juta dosis semen beku dan mendistribusikan 30,3 juta dosis semen beku, baik ke dalam maupun luar negeri. Dengan distribusi semen beku tersebut, BBIB Singosari telah berkontribusi pada kelahiran anak ternak hasil inseminasi buatan sebanyak 12,9 juta ekor.
Untuk tahun 2014 saja, distribusi semen beku BBIB mencapai 3,7 juta dosis. Distribusi tersebut dilakukan oleh BBIB Singosari sebanyak 2,187 juta dosis dan BBIB Lembang sebanyak 1,517 juta dosis.
”Saat ini, secara nasional stok benih semen beku kita 8,2 juta dosis yang terletak di dua lokasi, yaitu BBIB Singosari (4,39 juta juga dosis) serta BBIB Lembang (3,9 juta dosis). Jumlah tersebut sangat mencukupi kebutuhan dalam negeri karena rata-rata kebutuhan semen beku dalam negeri sebanyak 3,5 juta-3,6 juta dosis per tahun,” ujar Kepala BBIB Singosari Maidaswar.
Dengan produktivitas semen beku yang terus naik setiap tahun, Maidaswar mengatakan, Indonesia sudah bisa melakukan swasembada semen beku sejak tahun 2012. ”Swasembada benih semen beku ini diharapkan menjadi salah satu fondasi untuk bisa swasembada daging sapi di Indonesia. Sebab, inseminasi buatan sudah berhasil menyediakan pejantan unggul di Indonesia. Tinggal kita terapkan kesepakatan nasional secara bersama-sama untuk berpihak pada peternak dalam negeri, termasuk dalam hal rantai distribusi dan jual beli ternak,” ujar Maidaswar.
Salah satu contoh daerah yang berhasil menerapkan inseminasi buatan adalah Jawa Timur. Sejak menerapkan inseminasi buatan tahun 1980, Jawa Timur saat ini mampu menyumbang sepertiga populasi ternak sapi di Indonesia. Ternak sapi di Jawa Timur saat ini 4,8 juta ekor (95 persen di antaranya dikembangkan dengan inseminasi buatan). Adapun populasi ternak di Tanah Air sebanyak 14,6 juta ekor.
Tahun 2015, Maidaswar menyatakan akan melakukan ekspansi inseminasi buatan ke luar Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Ekspor
Dengan berlebihnya produksi semen beku, BBIB Singosari sudah mengekspor semen beku ke negara lain, seperti Malaysia, Kamboja, Myanmar, dan Afganistan. ”Saat ini kami sedang dalam proses mengekspor sebanyak 24.000 semen beku ke Kazakhstan dan Kirgistan,” ujar Maidaswar.
Inseminasi buatan saat ini dilihat sebagai salah satu cara mempertahankan dan menambah populasi sapi di Tanah Air. Pemerintah menargetkan dalam dua tahun ke depan akan bertambah 1 juta populasi sapi di Tanah Air.(DAHLIA IRAWATI)
Sumber: Kompas, 30 Desember 2014